part 23

12 2 2
                                    

Happy Reading.....

Mata Ainara perlahan terbuka, matanya menyipit saat cahaya terang mengenai matanya. Perempuan itu memegang kepalanya ia meremas rambutnya saat rasa sakit menyerang kepalanya.

Sayup-sayup Ainara mendengar beberapa orang memanggil namanya dan menyentuh tangannya ia mencoba untuk membuka matanya kembali dan terlihat ada keluarganya, suaminya dan beberapa sahabatnya yang menatapnya khawatir.

"Aku dimana?" tanya Ainara.

"Kamu di rumah sakit sayang, kamu sebenarnya kenapa sih? Ada apa?? Kenapa kamu bisa pingsan?" ujar Anggi menyerbu anaknya itu dengan beberapa pertanyaan.

"Bu.. sabar dulu, anak kita baru sadar jangan di paksa untuk mengingat dulu!" tegur Adnan pada istrinya itu.

"Aku gak tahu Bu, yah, tiba-tiba aja ada orang yang ngelempar batu terus mecahin jendela rumah dan itu kejadiannya dua kali terus pas yang kedua kalinya itu batunya malah kena kepala aku," ucap Ainara.

"Iya Om, Tante, kami tadi lagi telepon sama Ainara bahas acara reunian nanti tiba-tiba aja jendelanya pecah terus kita semua mutusin buat nemenin Ainara sampai suaminya pulang tapi pas nyampe disana keadaan Ainara udah pingsan terus banyak darah gitu jadi kami mutusin buat bawa Ainara langsung kerumah sakit tanpa izin terlebih dahulu maaf yah," kata Zara menjelaskan apa yang seben terjadi.

"Gak apa-apa sayang, malahan kami berterimakasih karena kamu sudah menolong Ainara kalau gak ada kalian mungkin Ainara masih ada di rumah dalam keadaan yang parah," ucap Alifia sambil membelai rambut Zara.

"Pak Adnan, bagaimana kalau masalah ini kita laporkan ke kantor polisi biar kita tahu siapa pelakunya," ucap Argantara.

Adnan mengangguk dan menyetujui usulan besannya itu, mereka berdua memutuskan untuk kekantor polisi.

"Ibu, sama ibu Alifia mau ke ruangan dokter dulu kita mau lihat hasil CT scan di kepala Ainara," ucapnya.

Semua orang perlahan-lahan meninggalkan Aiden dan Ainara berdua, sahabat-sahabatnya pamitan untuk ke kantin rumah sakit dan tersisa hanya mereka berdua di ruangan itu.

"Kenapa mas?" tanya Ainara saat melihat Aiden menatapnya.

"Masih ada yang sakit?" tanyanya sambil mengusap kepala Ainara yang di lilit perban.

"Aku udah gak apa-apa mas, kamu gak usah khawatir".

"Mana bisa aku gak khawatir, untung ada temen-temen kamu loh coba kalau gak ada mereka yang tolongin gimana?!" marah Aiden.

"Pokoknya setelah kamu keluar dari rumah sakit mas akan sewa bodyguard buat jaga-jaga di rumah," ucapnya.

"Maas gak usah terlalu berlebihan deh aku udah gak apa-apa kok".

"Mau bantah suami hm?" tanya Aiden.

Kalau sudah begini  mau tidak mau Ainara harus setuju dengan keputusan Aiden. "Okeyyy iyaa kita pake bodyguard, tapi mas cari bodyguard itu gak gampang loh," ujarnya.

"Mas tahu, jadi sementara mas cari-cari bodyguard kamu harus ikut mas ke kantor,"  katanya.

"Mas khawatir banget sama kamu sayang, mas takut kamu kenapa-kenapa tadi tuh mas mau meeting sama client dari Singapura tapi, tiba-tiba ibu telepon kalau kamu masuk rumah sakit, mas panik banget  mas cancel semua meeting hari ini," ujarnya dengan semangat mendengar itu Ainara tertawa.

"Kok ketawa sih?" heran Aiden. "Yaa gak apa-apa, habisnya ekpresi kamu lucu banget," ucapnya membuat Aiden merubah ekspresinya menjadi datar.

"Hahahah utututuuu sini-sini aku peluk biar kamu gak khawatir lagi," kata Ainara merentangkan tangannya dan di sambut dengan senang oleh Aiden.

"Maafin Mas ya udah lalai jadi suami gak bisa jagain kamu," katanya sambil mencium kepala Ainara.

***

"Assalamualaikum," ucap Alfarezel sambil menyembulkan kepalanya kedalam ruang rawat Ainara.

"Ah abaanggggg kangen banget," teriak Ainara antusias.

"Affaahh iyaa dek?" tanyanya dengan nada yang mengejek.

"Iyalah! lo kemana aja sih lo gak pernah telepon gua, kadang kalau gua cht juga balasnya lamaa, lo udah gak sayang sama adek lo yang cantik bin imut ini?" tanyanya dramatis.

"Iyaa maaf Abang sekarang lagi sibuk banget dek, libur kuliah Abang tuh kerja di cafe punya temen Abang jadi barista terus pulang larut malam juga kadang ga pulang makanya Abang jarang tengokin kamu," ucapnya.

"Bodoamat gua ngambek!".

"Gausah ngambek lo jelek kalau ngambek makin jelek!" ejeknya membuat Ainara kesal.

"Ih maaasss masa aku di Katain jelek," rengeknya pada Aiden.

"Hahahaha enggak kok kamu cantik, cantik banget," ucapnya mendengar itu Ainara tersenyum dan menjulurkan lidahnya pada Alfarezel.

"Nih gua bawain, cake vanila kesukaan lo," mendengar kata Vanila semangat Ainara kembali full.

"Widihh inget juga lo kesukaan gua,"

"Inget lah dek, gua paling inget lo sampai ngejar anjing gara-gara dia jatohin vanilla smoothies lo hahaha," ucapnya sambil terbahak-bahak.

Aiden menyimak obrolan adek kakak itu, terlihat jelas Ainara sangat bersemangat bertemu dengan Abangnya, hati Aiden sedikit lega karena melihat Ainara sudah bisa tertawa dan tidak meras sakit atau ketakutan.

"Halo Abang ganteng," sapa Shanika saat memasuki ruangan Ainara.

"Eh ada kalian juga ternyata, nih makan gua ada bawa cake," ucapnya.

Queenza dan Shanika menerima cake yang diberikan oleh Alfarezel namun Zara hanya meliriknya sekilas.

"Lo gak mau?" tanya Alfarezel. "Gua gak suka vanilla bikin enek," ucapnya.

"Terus Lo suka apa?" tanya Alfarezel.

"Lo" .

Seandainya mulut Zara berani untuk mengatakan itu mungkin sudah lama kata-kata itu keluar dari mulutnya namun sayang seribu sayang, ketakutan untuk hal yang akan terjadi kedepannya itu terlalu besar daripada cintanya saat ini.

Seeu in the next part 🙌

Aiden Argantara



pantrologimata Where stories live. Discover now