D2 (17)

17 7 0
                                    

Happy reading!

Bagian Tujuh Belas // Ketahuan

Ia tidak boleh pesimis harus optimis bisa saja dia belum mendengar pembicaraan.



Ck... Devano membuang wajahnya kentara sekali dirinya tengah dibuat kesal oleh kedua sahabatnya ini. Namun, saat itulah Devano merasa  tubuhnya tiba-tiba menegang bahkan detak jantungnya sudah tidak karuan. Hal yang paling tidak diinginkannya sekarang justru terjadi.

Tidak, Devano tidak boleh pesimis ia harus optimis bisa saja Ranty baru datang dan belum mendengarkan pembicaraan mereka bertiga. Merasa ada sesuatu Iqbal dan Angga memalingkan wajahnya dan melihat Ranty yang berdiri mematung dengan style sederhana yang sering ia gunakan yaitu dress polos selutut.

Berbeda dari Devano yang masih optimis bahwa Ranty belum mendengar pembicaraan mereka Angga justru bertaruh bahwa Ranty sudah mendengar semuanya terlihat dari tatapan Ranty yang seperti meminta penjelasan dengan tangan yang terkepal.

Devano masih diam ditempat berbeda dengan Ranty yang perlahan-lahan maju dimana setiap langkah Ranty sudah seperti siksaan bagi Devano hingga akhirnya Ranty tepat berada didepan pria yang saat ini menggerakkan tangannya asal pertanda bahwa ia tengah dilanda gelisah.

Angga yang merasa tidak boleh ikut campur karena ini sudah masuk ranah pribadi Devano dan Ranty menatap dan mengangguk ke arah Iqbal yang dibalas anggukan oleh Iqbal menandakan mereka harus pergi dari sini.

Tanpa berpamitan pada Devano mereka meninggalkan halaman belakang rumah yang dipakai untuk lapangan golf pribadi tersebut namun sebelumnya Angga berhenti disamping Devano dan menatap ke arah Ranty seraya menyunggingkan senyum sebuah senyum penuh arti namun tidak dapat  diartikan oleh kedua pasangan ini dan hal tersebut tak luput dari penglihatan Devano juga Ranty yang sama-sama tengah mengarahkan pandangan pada laki-laki berkulit tipis itu.

Setelah melakukan adegan tersenyum penuh arti Angga memutuskan untuk menyusul Iqbal yang sudah lebih dulu meninggalkan mereka.

Kini hanya tersisa dua orang yang saling mencintai sejak empat tahun lamanya tak ada yang berani membuka suara Ranty dengan keterkejutannya karna baru saja mengetahui bahwa kekasih yang sangat ia cintai malah menikah dengan perempuan lain.

Tangannya masih menggenggam erat menandakan bahwa ia sedang menahan kekebalan ya.

Bayangkan siapa yang tidak sakit hati mendengar pria yang selama empat tahun menjalin kisah cinta malah dengan mudahnya menikah dengan perempuan lain.

Sedangkan Devano sedari tadi masih diam ditempat tangannya bergerak tidak karuan, kepalanya juga masih menunduk dan memejamkan matanya erat menandakan bahwa ia benar-benar bingung ia bingung bagaimana cara menjelaskan kejadian yang sebenarnya padahal ini semua bukan kesalahannya ia hanya dipaksa untuk menikah dengan Dafychi.

Dengan keberanian yang perlahan ia kumpulkan Devano akhirnya membuka mata dan memberanikan diri menatap tepat di kedua bola mata Ranty yang berwarna coklat toh ini bukan kemauannya dirinya dipaksa oleh Ayahnya yang sangat ia benci.

Namun, baru beberapa saat Devano langsung mengalihkan pandangan ke sembarang arah ia tak sanggup melihat kedua mata yang saat ini sudah menyiratkan berbagai kekecewaan terlihat dari mata cantik tersebut yang saat ini sudah mulai berkaca-kaca.

"Ranty... "Devano akhirnya membuka suara dengan sangat lirih bahkan hampir tidak bisa didengar dengan baik.

Tapi, berbeda dengan Ranty satu kata yang keluar dari mulut Devano tadi sangat jelas bisa ia dengar melihat bahwa jarak mereka yang sangat dekat. Ranty mengepalkan tangannya.

D2 [complete] || Series Ke-1Where stories live. Discover now