Chapter 2: Journey to Ramadtaal Sand

85 11 36
                                    

Zeynithe merasa tubuhnya tertarik dalam pusaran yang menggemuruh. Dia bisa melihat cahaya keunguan menyerupai lorong menghisap dirinya tanpa belas kasih. Sensasi ditarik-tarik dari berbagai sisi membuatnya tak bisa merasakan apa pun lagi selain ngilu, nyeri. Jantung Zey berdegup kencang ketika kegelapan total menggantikan bias ungu.

Sekuat apa pun Zey menajamkan penglihatannya, dia tak bisa membedakan pemandangan antara mata tertutup ataupun terbuka. Perlahan kesadaran seperti terurai, gelap, dan kosong. Ketika cahaya menyisip ke retina, Zey tidak tahu berapa lama dirinya tak sadarkan diri. Kepalanya berdenyut ngilu, dia memindai lokasinya mendarat.

Gadis itu membelalak ketika melihat deretan ulat bulu berbaris di sebuah dahan, Zey memang tahu, portal dari VA tidak akan terhubung dengan tempat pendaratan legal. Namun, mendarat di sebuah pohon besar yang dipenuhi ulat bulu tetap membuatnya terkejut.

"Bangun, Zey! Ayo, bangun. Cepat, cepat, cepat." Suara nyaring anak kecil bergema tepat di telinga Zey. Suaranya renyah, tetapi memberi efek mendengung di telinga. Zey tidak suka.

"Siapa kau?"

"Tie, Tie, Tie. Namaku Tie. Aku bagian dari jiwa Miss Sirian." Suara itu sangat ceria.

"Oke, Tie beri tahu aku di mana kita berada."

"Kita mendarat di atas Pohon Hypnora. Salah satu spesies pohon yang hanya tumbuh di Winterland. Ketika seseorang duduk atau berada di bawah dedaunan lebat ini, aroma lembut dari daun dan bunganya akan menyelimuti mereka. Aroma itu memiliki sifat menenangkan dan mengantarkan perasaan damai. Secara bertahap, orang yang berada di dekatnya akan merasakan kantuk yang semakin mendalam hingga akhirnya tertidur dengan nyenyak. Kau sendiri begitu bukan? Tidakkah kau sadar hari sudah berganti? Kau tidur tiga hari tiga malam. Kurasa begitu. Ya, tiga hari tiga malam."

"Tiga hari tiga malam? Kau serius?"

"Ya, kurasa begitu. Kurasa." Terdengar cekikan setelahnya.

Zey yang gusar memeriksa peta yang dilengkapi penanda waktu. Benda itu menunjukkan perubahan waktu, tetapi bukan tiga hari tiga malam, melainkan tiga puluh menit. Dia juga membuka buku ajaib yang menyediakan segala info flora dan fauna, termasuk pohon Hypnora. Dalam buku itu disebutkan efek Hypnora membuat korbannya terlelap 20-30 menit tidak sampai tiga hari tiga malam. Namun, sebagian info yang diberikan Tie valid, tentang fakta dari Hypnora. Alarm dalam diri Zey menyala-nyala.

"Kau membohongiku, Tie? Apa tujuan Miss Sirian mengirimkanmu sebenarnya? Mengganggu misiku? Silakan dicoba!" Kemarahan Zey yang meletup-letup membuatnya nyaris terjerembap seandainya tangan kecil tak menggapainya. "Kau ...."

Zey yakin, sebelumnya tidak ada siapa pun di dahan yang sama. Di hadapannya kini muncul gadis berkulit cerah dengan rambut panjangnya sampai ke pinggang. Dia berkata, "Aku hanya menyelamatkan diri sendiri. Ingat pesan Prof. Valkyrae? Ya, aku tidak mau mati konyol. Masih banyak pintu ajaib di dunia yang harus kubuka."

Helm kuning di kepalanya sangat ikonik, Zey mengenali dwarf yang sering bertengkar di jamuan makan malam. Apa yang Prof. Valkyrae inginkan dengan keberadaan mereka dalam misi The Golden Ticket kali ini? Apa kedua gift ini untuk membantu menjalankan misi atau justru menghambatnya. Zey masih belum mengerti. Tiba-tiba dirinya merasakan sensasi jatuh yang sangat cepat.

"Apa itu?" Zey menuntut jawaban terhadap tersangka yang menyunggingkan senyum lebar. Cukup manis sebenarnya, tetapi menjengkelkan. Zey melihat gadis mungil itu menutup pintu, bukan ... lebih tepatnya batang kayu di pohon berubah menjadi pintu ketika dia menempelkan sebuah kunci. "Kau dari Blue Swiper bukan, aku sering melihatmu saat makan malam."

"Ya, tentu saja. Ellie selalu menggangguku, jadi ya siapa yang tidak mengenaliku. Aku Senya Hanzer. Kau pasti Zeynithe yang itu."

"Hei, Bocah. Apa maksudmu Zeynithe yang itu?" jawab Zey dengan ekspresi datar.

Deception of Whispering SandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang