Chapter 7: Obtaining The Document

41 4 2
                                    

"Jadi karena ini Anda belum memberikan dokumen itu kepada saya meski pemimpin sendiri sudah memerintahkannya?" Zey menahan napas melihat wajah Thaddeus.

Pria jangkung itu tampak serius dan penuh perhatian saat memandangi layar monitor. Tangannya terlipat di depan dada dengan jari-jari yang sesekali menggaruk dagu seperti memikirkan situasi yang terjadi dalam rekaman CCTV. Kadang-kadang pria itu melihat ke arah Zey yang tak mengubah posisi sama sekali. Zey menenggelamkan dirinya dalam balutan selimut tebal. Matanya merah terus berair ketika dia berusaha berkonsentrasi pada gambar yang diputar.

Sosok perempuan itu jelas dirinya yang sedang beraktivitas seperti biasa, duduk diam di depan komputer berjam-jam. Tak ada yang aneh, saat kamar itu kosong, tak ada aktivitas apa pun. Zey menyipit menatap ke arah Thaddeus yang berusaha memutar dalam mode kecepatan yang berbeda-beda.

"Apa yang ingin Anda tunjukkan dengan memata-matai saya?" Zey marah, dia menoleh ke arah lukisan abstrak, ternyata tidak hanya deteksi sidik jari yang ada di sana, beberapa kamera pengawas pun tersamar di antara ceruk 3D bingkainya. Jika Zey tidak bertengkar dengan Senya, mungkin dia tak akan menemukan benda itu. "Dan apa itu? Anda menikmatinya?" lanjutnya.

Monitor menunjukkan gambar Zey dalam balutan handuk tipis dengan rambut setengah basah yang tergerai. Gadis itu mengibas-kibaskan rambut sebelum mengumpulkannya ke satu sisi untuk menyisirinya. Bahu Zey yang mungil sangat mulus, kini terekspos dengan tonjolan buah dada yang menyempurnakan penampilannya. Gadis itu berbalik dan helai kain pun terjatuh menampakkan tubuhnya yang polos.

"Jika ini yang ingin Anda tunjukkan, lebih baik jika Anda keluar sekarang!" Suara Zey meninggi, debu yang masuk ke mata membuatnya perih, air mata pun meleleh.

"Ini salah paham, saya tidak bermaksud--" Suara Thaddeus gagap. Dia tak mengerti mengapa videonya berubah. Dia yakin melihat makhluk kerdil berambut panjang dengan helm kuning kuno yang warnanya sudah memudar. Makhluk menyerupai bocah 5 tahun itu berkeliaran di kamar, mayoritas aktivitasnya tidur. Sesekali wujud itu muncul dari ketiadaan. "Maaf atas kecerobohan saya. Izinkan saya menebus kelancangan ini."

"Lebih baik Anda keluar sekarang, saya ingin sendiri."

"Saya mengerti, tapi mohon berikan kami kesempatan untuk membuktikan kesungguhan kami. Kami ingin memberikan perawatan terbaik agar Anda segera pulih," pinta Thaddeus sebelum meninggalkan ruangan.

Zey tak merespons lagi. Dia berbalik ke arah berlawanan, memunggungi layar monitor, dan seulas senyum tersungging. Beruntunglah kemampuannya memanipulasi data tak hanya terbatas pada dokumen saja, tetapi visual juga. Zey kembali mengerang, evolusi membuatnya tak enak badan.

Tiga puluh menit sejak Thaddeus meninggalkannya, datang seorang office boy. Usianya kisaran dua puluh tujuh tahun, dia membawakan menu makan malam yang dipesan khusus oleh atasan mereka. Merek dagang yang tertera dalam kemasan berasal dari restoran cepat saji terdekat. Zey hanya mengambil olahan buah suamaline yang dijadikan makanan penutup dan menyerahkan sup daging unta kepada office boy itu.

"Terima kasih, Khan," ucap Zey sebelum menutup pintu dengan sempurna. Zey mendapat perlakuan yang sama darinya. Perut Zey bergemuruh, biar saja. Tentu saja dia melakukan itu dengan maksud tertentu.

Zey melirik jam digital di nakas, kabar dari Senya belum juga datang meski waktu telah berlalu cukup lama. Zey menghela napas panjang setelah mengaktifkan Sand Sweeper guna membersihkan debu-debu dari tenggorokan, selaput mata, dan hidungnya. Hawa kantuk tiba-tiba merambat menghampirinya, dalam sekejap buah suamaline yang dia pegang tergelincir jatuh ke lantai dengan bunyi lembut. Meskipun ingin mengambilnya, kantuk yang begitu kuat membuat Zey tak mampu bergerak. Tubuhnya semakin lemas, akhirnya tertidur tanpa sempat membetulkan posisi.

Deception of Whispering SandHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin