1.1 Simbiosis mutualisme

567 55 3
                                    

Keluarga ADHINATHA itu penuh dengan kejutan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keluarga ADHINATHA itu penuh dengan kejutan. Sama seperti malam ini, Aleen tidak mengerti kenapa para remaja keluarga ini dikumpulkan dalam satu ruangan. Tepat setelah makan malam selesai, Albert mengantar Aleen bersama Razel dan Fikri ke ruangan serba putih yang di dalamnya terdapat lima bangku yang berjajar dengan susunan melengkung berbentuk setengah lingkaran. Anehnya, Albert kemudian pergi begitu saja tanpa menjelaskan apa-apa.

Karena melihat Razel dan Fikri duduk di bangku itu, Aleen jadi ikut-ikutan mengambil tempat duduk. Razel dan Fikri duduk berdekatan, berbeda dengan Aleen yang memilih duduk terpisah. Rasanya canggung begitu senyap mendominasi suasana dalam ruangan, tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka sampai ketika Sabrina tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Sabrina mengambil tempat di samping Aleen, menyisakan bangku paling tengah menjadi kosong. Tentu saja, Sabrina tidak mungkin duduk di bangku tengah itu dan berakhir berdekatan dengan Razel. Perdebatan mereka di sekolah cukup sengit, meski Aleen tidak tau bagaimana kelanjutannya tapi sepertinya perseteruan itu belum berakhir.

“Ck, selalu datang telat, nggak pernah ngerasa bersalah lagi. Nggak tau diri.

“Kalau gue nggak tau diri emang kenapa? Masalah buat lo?”

Tuh kan, Aleen bilang apa? Perseteruan mereka belum berakhir.

Mendapat balasan dari Sabrina, Razel hanya mendengus sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Sedangkan Sabrina tersenyum miring melihat respons gadis itu.

“Jadi Aleen Alnaira, kenapa tadi lo dipanggil ke ruang headmaster?” Yang ini Aleen sama sekali tidak pernah menduganya, Sabrina tiba-tiba berbicara padanya.

“Ah itu ... buat lengkapin berkas kepindahan.”

Gadis tomboi itu mengangguk. “Oooh. Terus gimana? Betah tinggal di sini?”

Bukannya menjawab Aleen justru mengerutkan dahinya bingung mendengar pertanyaan Sabrina. Maksudnya?

“Bukannya masih terlalu cepat buat nanya kayak gitu ke dia?” Fikri tiba-tiba menyahut, pemuda yang dari tadi menunduk itu kini menatap lurus ke arah Sabrina. “Dia baru empat hari tinggal di sini.”

Namun Sabrina belum sempat mengatakan apa-apa begitu seseorang kembali membuka pintu, kali ini Aleo dengan pakaian serba hitamnya. Untuk pertama kalinya Aleen melihat pemuda itu memakai pakaian lain selain seragam acak-acakannya.

Finally ... raja kita yang paling agung tiba, guys. Haruskah kita sambut sambil berlutut?” Razel melempar nada sarkas, jelas sekali gadis itu sedang mengolok-olok Aleo.

Yang diolok-olok justru diam melangkah menuju bangku paling tengah, satu-satunya bangku yang masih kosong. Bayangkan saja di dalam ruangan itu mereka berlima duduk saling berhadapan dengan formasi sebagai berikut:

Aleen                                   Fikri
       Sabrina              Razel
                        Aleo

RABIDUS FAMILIAWhere stories live. Discover now