5.2 Fenotip dan genotip

461 55 3
                                    

Bersenandung kecil, Razel melangkah memasuki stadion renang—markas besar milik club renang sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bersenandung kecil, Razel melangkah memasuki stadion renang—markas besar milik club renang sekolah. Di dalamnya terdapat 3 kolam layak pakai dilengkapi papan loncat indah, tribune penonton, ruang ganti, ruang kelas, dan ruang teachmeet. Markas ini merupakan markas ekskul terbesar kedua di AHS setelah markas milik Aritcers—club sepak bola sekolah.

Pada jam pulang sekolah ruangan ini biasanya memang selalu sepi, kecuali bila club renang sedang dalam persiapan lomba, jadwal pertemuan rutin mereka pun hanya Sabtu pagi dan Minggu sore. Makanya begitu Razel menginjakkan kakinya di dalam bangunan luas itu, dia tidak menemukan siapa-siapa selain seorang gadis yang tengah berdiri di tepi kolam.

Gadis yang keberadaannya memang sudah Razel rencanakan.

Suara sepatu boots hitam C&K seharga 3,5 jt milik Razel yang beradu dengan lantai membuat gadis yang berdiri di tepi kolam menoleh. “Lo? Kenapa malah lo yang datang?”

Sebelah alis Razel terangkat. “Emangnya lo pikir siapa yang bakal datang? Lo ngeharapin kehadiran orang lain?” Gadis di hadapannya diam tidak menjawab, berselang beberapa detik Razel tersenyum lantaran sadar kedatangan siapa yang sedang gadis ini harapkan. “Leo?”

Dan begitu si gadis memalingkan wajahnya ke arah lain, tawa Razel seketika menggelegar tanpa bisa ditahan lagi. Tawa mengejek yang biasanya Sabrina sebut sebagai tawa jahat si nenek sihir. “Aurora ... Aurora ... lo nggak tau malu banget, ya?”

Gadis itu, Aurora, langsung melayangkan tatapan tajam pada Razel. “Maksud lo apa?”

“Emang omongan gue kurang jelas? Lo. Nggak. Tau. Malu. Setelah tau kalau Fikri ternyata cuma manfaatin lo, lo dengan gampangnya berharap bisa balik lagi ke Leo yang jelas-jelas udah pernah lo buang.” Razel melipat kedua tangannya di depan dada. “Gue kasih tau ya, Leo yang harga diri dan ego-nya setinggi langit, nggak bakal mungkin mau nerima lo lagi.”

Aurora menggeleng tidak setuju. “Meskipun pernah bikin dia terluka, gue pasti tetap selalu punya tempat di hatinya Leo. Buktinya, dulu waktu gue terang-terangan milih Fikri di depan dia, dia nggak mundur gitu aja, dia tetap ngejar gue. Bahkan demi dapatin gue, Leo sampai rela berantem sama Fikri, satu sekolah bahkan tau cerita itu.”

“Lo kepedean, anjir.” Entah kenapa Razel jadi ilfeel mendengar ucapan penuh percaya diri tingkat tinggi itu. Razel bahkan sampai bertanya-tanya, kenapa ya dulu Aleo bisa suka sama cewek freak ini? “Berantemnya Leo sama Fikri waktu itu sama sekali bukan karena Leo pengen dapatin lo, tapi karena alasan lain.”

“Lo ingat kejadian yang bikin lo sama Leo akhirnya bisa dekat? Kejadian itu terjadi di sini, di tempat ini, di tempat di mana kita berdua lagi berdiri sekarang. Gara-gara kejadian itu, Leo punya rasa bersalah yang besar ke lo, makanya dia nggak bisa diam aja pas tau kalau ternyata Fikri cuma jadiin lo alat balas dendam, itu alasan Leo rela berantem sama Fikri waktu itu.” Razel berhenti sejenak. “Sadar Aurora, detik di mana lo terang-terangan lebih milih Fikri, Leo udah nggak punya perasaan apa-apa lagi ke lo selain rasa bersalah lantaran dia pernah bikin lo nyaris jadi mayat.”

RABIDUS FAMILIAWhere stories live. Discover now