6.5 Gold, glory, dan gospel

429 46 12
                                    

Berdiri 4 langkah di belakang Sabrina, Razel bisa melihat keberadaan Fikri meski dari kejauhan

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Berdiri 4 langkah di belakang Sabrina, Razel bisa melihat keberadaan Fikri meski dari kejauhan. Padahal Razel sudah tau kalau kejadian ini memang akan terjadi, lantas kenapa pula dirinya sempat shock berat saat melihat Fikri dibawa oleh pihak berwajib? Konyol!

Walau lumayan jauh, tapi dari sini Razel masih dapat melihat dengan jelas Fikri dan Om Madaharsa saling melempar tatapan permusuhan. Razel tau setelah kejadian ini hubungan antara anak dan papa itu pasti akan semakin kacau.

Bukannya bermaksud membela Fikri, tapi menurut Razel, Om Madaharsa memang papa yang buruk. Di saat-saat seperti ini harusnya sebagai Papa, pria dewasa itu menaruh kepercayaan penuh pada putranya. Bukan malah ikut menyudutkan Fikri.

Kalau saja kejadian ini bukan bagian dari rencana, Razel yang notabenenya hanya sepupu Fikri pun pasti akan pasang badan dan membela Fikri mati-matian di depan semua orang, serius. Pasalnya jelas sekali es kutub itu tidak mungkin berurusan dengan barang haram macam narkotika. Kenapa? Ada dua alasan kuat nya.

Pertama, kami keturunan keluarga ADHINATHA mustahil mengonsumsi obat-obatan seperti itu lantaran pernah mendapat education khusus mengenai zat-zat berbahaya. Kami tau betul bagaimana cara kerja obat itu dalam tubuh manusia.

Kecuali Aleo, Razel tidak menanggungnya. Pergaulan pemuda itu terlalu bebas, bahkan dia jadi perokok aktif meski sudah tau risikonya, ditambah lagi waktu itu Aleo juga mengakui bahwa dirinya pernah jadi kriminal yang berteman dengan preman. Bisa jadi si berandal itu pernah menggunakan narkoba, tidak ada yang tau kan?

Dan alasan ke dua, Fikri jelas tidak punya waktu luang untuk mengurus transaksi barang-barang ilegal. Yang seperti itu pasti sangat merepotkan. Jangankan waktu untuk bersenang-senang, jam tidurnya saja, terpaksa Fikri pangkas agar pemuda itu bisa memiliki waktu untuk mendalami astronomi.

Mau tau satu rahasia? Sebenarnya tiap kali Fikri duduk sendirian di tangga depan air mancur, pemuda itu tidak hanya sekadar menengadah mengamati langit malam. Beberapa menit pertama mungkin memang Fikri gunakan sebagai penghilang penat, namun di beberapa menit berikutnya, otak pemuda itu akan mulai bekerja untuk mengkaji ilmu favoritnya.

So, kesimpulannya obat yang ditemukan di loker Fikri sudah jelas milik orang lain. Apa susahnya coba bila Om Madaharsa menjelaskan semua itu untuk membela sang putra? Jika bukan keluarga lalu siapa lagi yang akan membela?

“PAK! PAK! TUNGGU PAK! JANGAN BAWA FIKRI, DIA NGGAK BERSALAH. ITU PASTI BUKAN PUNYA DIA.”

Atensi Razel teralihakan—bukan! Tapi Atensi semua orang teralihkan. Seorang murid laki-laki berseragam IPA tiba-tiba menerobos kerumunan untuk menghampiri Fikri. Namun belum sempat sampai di posisi Fikri, pemuda itu sudah ditahan duluan oleh Mr. Lutman.

“Saya berani sumpah, Pak. Itu bukan punya Fikri, saya kenal dia dengan baik, dia pasti difitnah.”

Ah, Razel tau pemuda itu. Iker Bastian Aripwardana Said alias Ibas—satu-satunya makhluk di muka bumi ini yang berhasil memperoleh label teman dan kepercayaan dari Fikri. Tidak heran sih kenapa pemuda itu bisa melelehkan Fikri yang beku, liat saja aksinya barusan, dari situ sudah jelas kalau selama ini pemuda itu memang tulus berteman dengan Fikri.

RABIDUS FAMILIADove le storie prendono vita. Scoprilo ora