4.4 Mekanika kuantum

487 51 0
                                    

Aleo melangkah menghampiri teman-temannya yang berada di teras depan bangunan terbengkalai tempat mereka selalu berkumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleo melangkah menghampiri teman-temannya yang berada di teras depan bangunan terbengkalai tempat mereka selalu berkumpul. 4 temannya yang duduk di bangku kayu kelihatan fokus pada ponsel masing-masing, Aleo yakin mereka sedang memainkan game online. Sedangkan 1 orang yang duduk di teras sambil menyandar di pilar—Ibrahim Danuarta alias Ibra, satu-satunya yang rajin di antara mereka—sedang membaca buku paket fisika.

Sembari terus melangkah, Aleo menyempatkan mengambil kotak rokok dari dalam kantong seragamnya, mengeluarkan sebatang sebelum akhirnya menyimpan kotak itu kembali. “Bry korek.” Sebatang rokok itu kemudian diselipkan di antara bibirnya.

Bryan yang namanya disebut, langsung merogoh kantong celananya cepat, mengeluarkan sebuah pemantik yang selanjutnya dilempar ke arah Aleo. Awalnya perhatian Bryan sama sekali tidak beralih dari ponselnya, dia hanya sempat melirik Aleo sebentar sebelum akhirnya fokus kembali pada kegiatannya, namun seakan menyadari sesuatu detik berikutnya kepala pemuda itu tiba-tiba menoleh sentuhnya ke arah Aleo.

Aleo yang berhasil menangkap pemantik itu memilih berdiri menyandarkan punggungnya di pilar yang berhadapan dengan Ibra. Fokus menyulut rokok yang terselip di bibirnya, Aleo sengaja mengabaikan Bryan yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya, kaget, heran, bertanya-tanya, dan ... entahlah Aleo tidak bisa menjabarkannya lebih detail.

“Woy Bry! Lo mana, anjing?! Gue dikepung ini.” Vero yang duduk di samping Bryan, berteriak panik.

“Bryan, fokus! Gue nggak mau kalah lagi, rank gue bisa anjlok lama-lama.” Kata Tian ikut teriak.

Namun bukannya kembali bermain, Bryan malah berujar, “Bodo amat sama rank, gue yakin setelah liat pemandangan di depan, lo semua juga pasti nggak bakal bisa fokus lagi.”

“Pemandangan apa, sih? Mending lo back to game bantuin gue, nih. Anjir! Sekarat kan gue, yaaah.” Vero mendesah kecewa, kemudian beralih menatap nyalang pada Bryan yang duduk di samping kirinya. “Gara-gara lo nih, Bry.”

Bryan berdecak, tanpa mengatakan apa-apa pemuda itu langsung mencengkeram dagu Vero lalu mengarahkannya secara paksa agar menghadap ke arah Aleo. Vero yang awalnya hendak protes, terdiam seketika begitu melihat penampilan Aleo.

“Ver, lo juga out?” Tanya Tian yang duduk di samping kanan Vero.

Vero tidak menjawab melainkan langsung melakukan hal serupa yang baru saja Bryan lakukan padanya, yaitu mencengkeram dagu Tian lalu mengarahkannya secara paksa menghadap ke arah Aleo.

Dan sama seperti reaksi Vero, Tian pun ikut terdiam. Tangan pemuda itu bergerak guna melakukan hal serupa pada Laskar yang masih tidak sadar. Tian juga mencengkeram dagu laskar memaksa kepala pemuda itu menghadap ke arah Aleo.

Dan pada akhirnya keempat pemuda itu tercengang bersama, melupakan game online yang beberapa detik lalu masih sangat berharga bagi mereka. Satu-satunya yang belum melihat penampilan Aleo hanya Ibra, lantaran pemuda itu terlalu fokus pada buku ditangannya.

RABIDUS FAMILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang