5.5 Energi baru dan terbarukan

505 59 4
                                    

Matanya perlahan terbuka, Aleo meringis sebab rasa sakit di kepalanya dan penyesuaian pencahayaan yang diterima oleh korneanya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Matanya perlahan terbuka, Aleo meringis sebab rasa sakit di kepalanya dan penyesuaian pencahayaan yang diterima oleh korneanya. Pemuda itu mengerjap pelan memindai ruangan bernuansa abu-abu yang begitu asing baginya. Di mana ini?

“Sshhh ...”

Suara desis seseorang membuat Aleo menoleh. Baru sadar kalau ternyata dirinya tidak sendirian di dalam ruangan ini. Ada Razel yang baru saja mendesis, duduk saling membelakangi dengan Fikri. Keduanya diikat dalam satu tali yang sama, otomatis punggung mereka saling menempel. Tangan dan kaki mereka juga terikat.

Tidak jauh dari posisi Razel dan Fikri, Sabrina dan Aleen dengan kondisi yang sama, juga ada di sana. Aleo sendiri baru menyadari bahwa tangan kirinya ternyata diborgol pada besi yang menempel di dinding. Sebenarnya apa yang terjadi? Ingatan Aleo hanya sebatas dirinya yang sedang mengejar Aleen di lorong rumah sakit.

“Di mana ini?” Razel sepertinya sudah sadar seutuhnya.

“Kenapa gue diikat?” Suara Sabrina ikut terdengar.

“Apa yang terjadi?” Fikri menyahut.

“Penculikan?” Dan Aleen bergumam.

4 sepupu Aleo ternyata sudah sadar semua.

“Ingatan terakhir gue cuma pas Aurora muncul, abis itu ... gelap, gue nggak ingat apa-apa lagi.” Ucap Sabrina.

“Jangan-jangan ini ulahnya Aurora?” Tebak Razel suuzan.

“Itu nggak mungkin.” Kata Fikri. “Aurora nggak punya power buat ngelakuin hal semacam ini.”

“Aurora kan anak orang kaya, bisa aja dia bayar orang suruhan.”

“Dia emang anak orang kaya.” Aleo angkat suara. “Tapi mustahil dia berani melakukan penculikan.”

“Ya ... ya ... lo berdua emang paling kenal si cahaya kutub.” Ujar Razel dengan nada menyindir.

Aleo langsung melihat ke arah Aleen, netra mereka bertemu, hanya 2 detik sebelum gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain. Shit! Aleen pasti tambah salah paham. Ingin rasanya Aleo berteriak di depan wajah gadis itu kalau apa yang dia pikirkan sama sekali tidak benar.

Andai di dalam ruangan ini hanya ada mereka berdua, Aleo pasti sudah menjelaskan semuanya pada Aleen. Menjelaskan kalau baginya Aurora bukan siapa-siapa lagi, menjelaskan kalau kemarin sore Aleo terlambat datang ke taman bukan karena menunggu di hospital sekolah.

Ya, Aleo memang sempat menceburkan diri ke kolam renang untuk menolong Aurora, dan sepertinya Aleen melihat adegan itu melalui akun base sekolah. Tapi Aleo hanya mengangkat Aurora ke tepi kolam, setelahnya dia langsung pergi dari sana. Tidak ada adegan di mana Aleo menggendong Aurora ke hospital.

Sama sekali tidak ada. Jadi buat apa Aleo menunggu di hospital kalau orang sekaratnya saja dia tinggalkan di TKP? Kemarin Aleo langsung bergegas menuju ruang ganti setelah menelantarkan Aurora di tepi kolam, membiarkan orang-orang yang mulai ramai mengurus gadis itu.

RABIDUS FAMILIADonde viven las historias. Descúbrelo ahora