5.4 Penginderaan jauh

480 61 6
                                    

Keluar dari kelas terakhir untuk hari ini, Aleen melangkah sendirian di lorong koridor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keluar dari kelas terakhir untuk hari ini, Aleen melangkah sendirian di lorong koridor. Awalnya ingin keluar bersama Sabrina, namun Aleen urungkan niatnya mengingat matanya masih sedikit sembab. Aleen takut Sabrina akan bertanya macam-macam mengingat semalam gadis tomboi itu juga menyaksikan langsung perdebatannya dengan Aleo.

Hari ini Aleo tidak masuk sekolah. Tidak tau ke mana perginya si sok jenius itu, tapi Aleen curiga seharian ini Aleo membolos ke gedung IPA. Apalagi di sana kan, ada Mbak crush-nya dia, sudah pasti Aleo betah berlama-lama di sana.

Jujur, kalau bukan karena Papa yang bilang ‛kamu bisa mendapat sangsi dari Avia bila berani tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas’ Aleen pasti sudah meliburkan diri satu hari ini. Papa bilang Avia sangat overprotective terhadap pendidikan dan ilmu. Menurut nenek tua itu, absen menuntut ilmu sehari saja, dapat menyebabkan kerugian besar.

Sounds very excessive.

Lama-lama, tinggal di kediaman keluarga ADHINATHA membuat Aleen jadi muak sendiri, ingin rasanya dia memutuskan hubungan dengan keluarga itu, serius. Tapi mengingat pembicaraannya dengan Papa semalam membuat Aleen tau kalau memutuskan hubungan dengan keluarga ADHINATHA tidak segampang itu.

“Pa, tadi kan Papa cerita kalau Papa pernah memutuskan hubungan dengan keluarga ADHINATHA. Gimana kalau Papa lakuin itu sekali lagi, Aleen kangen sama rumah lama, Pa.”

“Aleen, kamu capek tinggal di sini, ya?”

“Bukan. Aleen emang cuma kangen—”

“Papa tau, sayang. Kamu mulai nggak betah tinggal di sini, kan? Lelah karena merasa tertekan?”

Aleen menunduk menggigit bibir bawahnya. “Aku nggak suka belajar IPS, Pa. Otak ku sulit beradaptasi.”

Papa menarik Aleen ke dalam dekapannya. “Aleen, bilang sama Papa, kamu udah mulai merasakan gejala-gejala stres?”

“Belum. Tapi kayaknya dikit lagi itu bakal terjadi.”

Aleen bisa merasakan dekapan Papa semakin erat. “Kita nggak bisa mundur sekarang, Nak. Memutuskan hubungan dengan keluarga ADHINATHA tidak segampang itu. Dulu koneksi keluarga ADHINATHA belum terlalu besar, makanya Papa masih bisa bertahan hidup tanpa gangguan dari mereka. Tapi sekarang, koneksi kepala keluarga sudah ada di mana-mana, hidup kita tidak akan tenang bila keluar dari sini. Kamu paham maksud Papa, kan?

“Iya. Keluar dari keluarga ADHINATHA artinya kita harus siap menderita. Avia punya kuasa untuk mencabut kontrak kerja Papa, Avia juga punya kuasa untuk melarang sekolah manapun menerima kehadiran Aleen. Intinya, dengan kekuasaan yang Avia miliki, dia bisa membatasi setiap pergerakan kita.” Aleen menghela napas. “Sekarang Aleen paham kenapa waktu itu Papa minta maaf duluan sesaat sebelum mobil melintasi gerbang, itu karena Papa emang udah tau kalau hal semacam ini bakal terjadi, kan?”

RABIDUS FAMILIAWhere stories live. Discover now