Tergesa-gesa berlari dari ruang kerja nya menuju parkiran motor dikantor nya. Dengan baju yang sudah tidak berbentuk lagi, bahkan dasi nya pun sudah ia lepas entah kapan dan jas nya ia tinggalkan di dalam ruang kerja nya. Bumi- laki laki kelahiran 1999 itu terlihat sedang terburu-buru. Entah apa yang di kejar nya. Ia melajukan motor nya membelah kota jakarta siang ini, tak sampai 10 menit ia sudah berada di salah satu cafe yang jarak nya lumayan dekat dari kantor. Ia turun dari motor nya kemudian kembali berlari memasuki cafe tersebut. Dengan nafas yang ngos-ngosan ia toleh kan kepala nya ke kiri dan kanan mencari seseorang yang sudah menunggu nya. Orang tersebut melambaikan tangan nya, bumi segera berjalan menghampiri nya.
"Luna maaf ya agak ngaret, kamu udah lama?" Seorang yang menunggu nya itu adalah aluna- sipenghangat hati nya. Mereka sepakat untuk makan siang bersama disini untuk mengobrol lebih banyak dan pasti nya agar lebih dekat satu sama lain.
"Baru aja sampe, duduk dulu kak nih minum" jawab aluna sembari menyuguhkan segelas minuman. Bumi menyambut nya dengan senyum, ia minum hingga minuman nya tersisa sedikit.
"Udah pesen ya? Maaf ngerepotin"
Aluna mengangguk"tapi aku gaktau makanan kesukaan kamu kak, jadi nya aku pesenin sama kayak aku. Steak ayam crispy gakpapa?"
"Gakpapa, makasih ya" aluna mengangguk.
Hening.
Kembali disambut keheningan, kecanggungan dan kebingungan. Kedua nya bungkam tak tahu harus berbuat apa, sama-sama bingung dengan keadaan sekarang. Aluna memangku dagu nya dengan tatapan wajah ke arah pintu luar cafe itu, sedangkan bumi terdiam dengan tatapan wajah tertunduk pada handphone. Waktu terus berjalan, mereka masih saja sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan. Jangan kan bicara, menatap sesama pun kedua nya tidak ada rasa berani. Hingga suara pelayan cafe menyadarkan kedua nya dari pikiran masing-masing. Bumi hanya tersenyum mengangguk sopan saat pelayan tersebut meletakkan pesanan mereka diiringi kalimat silahkan dinikmati kak. Aluna hanya diam memperhatikan betapa tulus nya senyuman orang di depan nya ini. Bumi yang merasa di perhatikan, juga ikut menatap wajah aluna. Aluna yang sadar segera membuang muka nya.
"Ayo makan! Kok diem aja"ujar bumi dengan kekehan kecil di akhir kalimat nya. Ia lihat aluna hanya mengangguk dengan senyum tak enak nya. Kedua nya menyantap makanan mereka dengan nikmat, tidak ada yang bersuara. Yang terdengar hanya dentingan sendok dan pisau yang mengenai piring.
Setelah makan, kedua nya kembali diam. Tujuan awal yang ingin berbicara banyak ternyata hanya omong kosong. Bumi yang tidak menyukai situasi saat ini berusaha untuk mencari topik pembicaraan agar panjang dan tak hanya sesi tanya bertanya.
"Aluna"pangilnya.
Aluna menoleh"eh kenapa kak?"
"Diem terus dari tadi. Ada yang kamu pikirin?"
Aluna menggeleng kecil"cuma bingung aja mau ngomong apa"
Bumi menghela nafasnya"kamu harus banyak-banyak cerita supaya terbiasa sama aku....kan nanti kita bakal sering ngobrol. Mungkin, kalau kamu mau pernikahan itu terjadi"
Aluna tersenyum getir, ada rasa tak enak pada lelaki yang menyandang status sebagai calon suami nya ini. Ia memang dari tadi diam karena benar-benar bingung mau ngomong apa dan membahas apa, karena biasa nya jika bertemu bumi, lelaki ini lah yang awal nya membahas sesuatu. Mungkin karena sama-sama masih ada rasa tak menyangka, maka nya kedua nya seperti ditutup oleh kebingungan.
"Kata kamu manusia itu ditakdirkan untuk berpasang-pasangan, nah sama seperti kamu mungkin ini memang takdir ku"
"Itu bukan kata aku alunaa"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUMI- NYA [ END ]
Random"Bumi itu salah satu bagian dari semesta, ia punya segala nya" "Tidak, bumi hanya punya aluna"