Rumah baru

689 84 2
                                    

"gimana aluna, jauh ya tadi hehe. Bumi sudah sering kesini, gak kaget lagi"

Aluna tersenyum saja"iya jauh banget, pegel duduk"

"Ya perempuan memang begitu pak, jalan dikit aja udah di bilang jauh" aluna menatap tak suka pada bumi, apa maksud nya berbicara seperti itu. Bikin malu saja.

Melihat wajah tak suka dari aluna, bumi dan pak atmo hanya tertawa kecil. Tak bisa bohong, sekecewa nya bumi pada aluna. Hanya melihat wanita nya itu tersenyum saja, semua nya yang dirasa seketika hilang begitu saja. Tak ia pikirkan diri nya, yang penting bisa melihat aluna bahagia. Dirinya pun dipaksakan untuk bahagia, biar bisa bahagia bersama. Hubungan nya memang biasa-biasa saja, karena aluna tipikal manusia yang biasa. Realistis saja, tidak bisa menerima bukan berarti tidak bisa berhubungan baik sesama. Tak lama ia lihat raut wajah tak suka itu berubah menjadi senyum dan bahkan tawa di bibir nya. Seketika hangat menelusup masuk ke dasar hati,  membuat diri semakin candu. Memberi tahu hati untuk tak segera melepaskan. Membuat tawa bumi seketika berhenti dan lebih memilih untuk memperhatikan tawa dibibir sipenghangat hati nya.

"Pak bantu ibu sebentar!" Teriak bu arum dari dapur.

"Eh biar aluna aja pak"tahan aluna saat pak atmo sudah setengah beranjak dari duduk nya. Pak atmo hanya tersenyum kemudian detik berikut nya mengangguk.

Mata bumi mengikuti pergerakan aluna yang sudah masuk kelorong antar kamar untuk menuju ke dapur. Ia bahagia hari ini, bisa mengajak wanita nya untuk ikut andil merasakan kenyamanan dan ketenangan disini. Walau sejenak dan walau jika sampai dirumah kemungkinan kenyamanan dan ketenangan itu pergi. Meski mungkin saja aluna kurang bersedia untuk diajak pergi oleh nya. Terlebih aluna ini sangat anak kota, mungkin saja juga kurang senang diajak kekampung seperti ini. Itu hanya pikiran bumi, harapan nya semoga aluna selalu bahagia diajak nya kemana pun.

"Pekerjaan mu aman?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh pak atmo barusan, berhasil membuat diri nya tersadar sebelum jauh dari pemikiran dan lamunan sesaat itu.

"Aman pak, sekarang pun aku sudah gak terlalu sibuk"

Pak atmo mengangguk"syukurlah, jangan terlalu sibuk dengan kerja. Istri mu juga butuh waktu untuk berdua. mungkin orang-orang bilang seorang istri itu lebih membutuhkan uang dari pada cinta dan waktu. Tapi orang yang sudah punya banyak uang, pasti lebih membutuhkan cinta dan waktu. Karena kan uang nya sudah banyak."

Bumi diam sejenak mencerna apa yang baru saja di ucapkan oleh pak atmo, ia paham. Sedikit tapi.

"Kesimpulan nya, setiap pasangan dan setiap menjalani hubungan itu beda kebutuhan. Tergantung kondisi dan situasi nya. Gak bisa langsung mencetuskan hubungan suami istri hanya butuh uang, dan juga gak semua butuh cinta."

Bumi terkekeh"aku gak paham pak, bahasan nya terlalu jauh dan muter-muter. Pusing hehe"

Pak atmo mengangkat tangan nya, perlahan mengusap kepala bumi" inti nya, kunci suatu hubungan itu harus saling tau kebutuhan sesama."

Bumi mengangguk-angguk"pak, berdosa gak kalau maksa istri buat berhubungan padahal kita tau istri kita belum ada rasa cinta?"

"Yaa tergantung, kalau maksa nya sambil pukul istrimu ya tentu berdosa. Tapi kalau maksa nya cuma rengek-rengek aja ya nggak. Kan itu hak suami"

Bumi tertawa"jelas dosa kalo sambil pukul pak hahahha, tapi kalo istri nolak suami dosa nggak?"

Pak atmo menghentikan tawa nya"ya tergantung juga, kalau nolak nya memang dari dasar hati ya mungkin berdosa. Tapi kalo nolak nya karena terpaksa semoga enggak berdosa. Emang kenapa? Belum di kasih istri mu?" Pak atmo tertawa, melihat bumi yang mengangguk kecil.

AKU BUMI- NYA [ END ]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ