Mencoba

1.4K 144 7
                                    

Siang ini adalah siang pertama bumi merasakan kebahagiaan yang sangat bahagia. Siang hari yang penuh dengan senyuman, penuh dengan tawa, penuh dengan kehangatan didalam hati nya. Siang hari ini duduk berdua, makan berdua, mengobrol berdua, bercanda berdua, bersama aluna. Siang yang selalu ia nantikan setiap hari nya, akhirnya hari ini dan mungkin seterus nya akan ia nikmati setiap hari.

Menikmati wajah cantik aluna, ia pastikan tidak ada seorang pun yang bosan. Lagi-lagi jika melihat senyum dan tawa nya yang selalu menjadi candu bagi bumi. Sedari tadi pandangan mata nya tak henti memperhatikan seluruh bagian wajah aluna yang tengah fokus menonton tv, dengan mulut yang selalu bergerak mengunyah buah semangka dan melon potong. Membuat wajah nya seperti anak kecil yang imut dan lucu. Tapi jika wanita nya ini tersenyum, aura kedewasaan seketika mencuat dari wajah nya yang selalu membuat bumi terpikat.

Aluna duduk bersandar pada dada bidang milik bumi, dengan kedua tangan yang memegang piring buah dan garpu kecil. Sedangkan bumi hanya diam tak ingin bergerak karena takut mengganggu wanita nya ini yang tengah bersandar didada nya. Sesekali aluna tertawa dengan adegan dikartun yang tengah ia tonton, membuat bumi juga ikut terkekeh. Tapi bukan karena kartun nya, melainkan karena melihat wajah aluna yang tertawa.

"Buah nya abis, piring nya tolong taruh dimeja boleh?" Aluna dengan mata nya yang indah, apapun pinta nya selalu membuat bumi otomatis mengangguk.

"Gak mau lagi buah nya? Aku kupasin lagi kalo mau" aluna menggeleng. Terlalu gemas, bumi tiba-tiba mencubit kedua pipi aluna sehingga membuat wanita itu menoleh dengan tatapan tajam nya.

"Sakit!" Bumi hanya menyengir, melihat wajah kesal aluna.

"Abis nya gemes! Mama kayak nya salah kasih vitamin deh, soal nya kok kamu gak gede-gede. Masih aja jadi bayii" aluna membuang arah muka nya, jujur ia menahan salting nya saat ini.

"Udah ah buruan taro piring nya" bumi terkekeh kecil kemudian beranjak dari duduk nya dan meletakan piring itu ke atas meja makan yang hanya berada di belakang sofa. Setelah itu ia duduk kembali disamping aluna.

"Kak.." panggil aluna.

Bumi menoleh"kenapa? Butuh apa? Hm?"

"Aku butuh kamu buat bantuin aku untuk mencoba ambil cinta aku dari dheo dan alihin buat kamu" bumi tersenyum lalu detik berikut nya ia mengangguk.

Bumi menyentuh perut rata aluna"dia.. dia juga bakal bantuin kamu. Bahkan baru beberapa hari dia hadir, tapi dia udah bantuin kamu buat buktiin kalo kamu itu hebat dan berani ambil keputusan"

Aluna mengangguk"dia juga pasti bangga banget punya bapak kayak kamu kak.. orang yang juga lebih hebat, berani, sabar, selalu baik, dan punya semua hal positif yang berada di dalam diri kamu. Aku untung nya belum jauh.. masih ada kesempatan untuk ngambil jalan ini, jalan yang sudah direncanakan tuhan, jalan yang memang harus aku jalani"

"Tuhan selalu punya cara untuk manusia nya kembali ke jalan yang ia rencana kan. Tanpa mengubah atau pun merusak jalan pintas"

•••••

Tak hanya siang hari, sore hari nya pun juga merasakan kebahagiaan yang mungkin tidak pernah ia rasakan selama menjadi bagian dari aluna. Sore nya yang selalu pulang dari kantor melihat rumah yang sepi bak tak berpenghuni, hari ini sore itu berubah total. Sore nya berubah menjadi pemandangan yang sangat indah, sore nya membuat hati tenang dan hangat sepenuh nya. Sore hari yang mulai hari ini akan ia nikmati dan mungkin juga dengan hari-hari seterus nya.

Memperhatikan aluna yang kini tengah berdiri memegang selang yang sudah menyemprot pada tanaman di depan rumah mereka, berpadu dengan bumi yang kini tengah merapikan serta mengisi kembali tanah-tanah kedalam pot tanaman. Memakai kaos putih polos dan celana pendek serta sendal jepit rumahan juga berpadu dengan aluna yang memakai dres santai dan juga tak lupa dengan sendal khusus untuk dirumah.

AKU BUMI- NYA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang