KG.23

668 50 6
                                    

"Gak empuk banget."
Taruna benar-benar kesal mendengar kalimat hinaan itu.

"Makanya nyandarnya di bahu cewek-cewek yang cantik dan punya body goals pak." Kesal Taruna sambil mendorong kepala Tula agar menyingkir dari bahunya. Ia juga menyesali mulutnya yang menceritakan masa lalunya kepada Tula, sifatnya memang begitu. Cepat sekali bocor walaupun dengan orang asing.

Bukannya menyingkir Tula malah memejamkan matanya.

"Saya capek banget 5 menit saja."

Aneh bukan? Begitulah yang Taruna rasakan. Bagaikan ketiban emas kiloan, ia merasa tidak percaya begitu dekat dengan Tula sekarang. Membiarkan saja Tula berbuat seenaknya, Taruna memilih menatap pantai. Angin malam meniup lembut, keheningan terjadi. Pelan-pelan Taruna menatap wajah Tula, benar saja Tula memejamkan matanya seperti tertidur. Anggap saja ini hanya mimpi buruk, hari ini saja.

"Taruna."
Mendengar namanya dipanggil dengan suara berat Tula, sontak saja ia menoleh.

"Ya?!"
Taruna menelan susah payah air liurya saat ditatap Tula begitu lekat.

"Mau jadi pacar saya?!"

"Huh? Apa? Bagaimana?!" Taruna pikir ia baru saja salah dengar, atau ia tadi sedang menghayal yang aneh.

Bukan menjawab, Tula malah bersandar lagi di bahu Taruna.

"Saya tidak mengulang kalimat yang sudah diucap, budek."

Taruna melebarkan matanya, ia benar-benar kesal dengan kalimat kasar yang sering Tula lontarkan padanya.

"Suka-suka bapak mau ngomong apa." Final Taruna tidak ingin mencari masalah lagi dengan Tula. Cukup sudah setiap masalah dan penderitaan yang ia hadapi karena Tula dan teman-temannya.

'Cagia saranghae.'

Bunyi notif pesan dari aplikasi hijau milik Taruna berbunyi, dengan segera ia membaca pesan yang masuk.

Mulut Mak Mertua☠
Di mana? Pulang bawain gue seblak ya. Lagi mager banget keluar.

Taruna mengerutkan keningnya dalam saat membaca pesan dari Gala. Enak aja dia main perintah-perintah, enggak tahu aja jika saat ini ia berada di luar kota.

Baru saja jari-jemari Taruna akan membalas pesan Gala tapi, dengan iseng Tula mendorong pelan tubuh Taruna hingga handphone di tangannya jatuh.

"Wadoh, gimana sih pak? Kalau handphonen saya pecah dan rusak gimana? Bapak mau ganti? Kalaupun mau ganti gimana dengan file-file penting saya? Nomor-nomor teman, kenalan dan keluarga saya?!" Cerocos Taruna panjang lebar sambil menyalakan kembali layar handphone dan memeluk dengan rasa syukur setelah melihat handphonenya baik-baik saja. Ia adalah salah satu makhluk penuh perhitungan dengan barang-barang kesayangannya. Jujur saja jaket yang diberikan pada adik atau sepupunya sebelum jadi milik mereka ia akan memberi petuah agar menjaga barang kesayangannya dengan baik. Baginya semua barang-barang yang ia punya adalah kesayangannya, jika rusak atau lecet sedikit saja hatinya akan merasa sedih. Barang saja ia perlakukan dengan baik, apalagi manusia atau kekasihnya.

Tula menatap lama wajah Taruna yang terlihat kesal dengan sikap tidak sopannya.

"Sangat tidak sopan bermain handphone ketika sedang bersama orang."

"Emang bapak orang?!"
Nylot Taruna, lalu menutup mulutnya sadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Taruna tersenyum mengeluarkan gigi-giginya, lalu mengangkat dua jarinya menandakan peace.

"Enggak pak. Becanda, serius amat hehehe." Memaksakan tawanya yang garing sambil memukul pelan bahu Tula. Ia tampak ngerih dengan tatapan mata Tula yang seakan ingin mengeluarkan jarum-jarum untuk menusuk-nusuk tubuh mungilnya.

Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT) Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum