Chapter 81 ♗

259 46 2
                                    

a/n: diriku diperbudak oc oc ku

Valias Bardev: you brought this upon yourself. Now take the responsibility and finish my story

Yoggu (ke kamu): gurl, makasih loh udah stay tune sampai sini. Watashi terhura 🐒

____________

Valias menyandarkan kepalanya pada dinding di samping lalu mencoba untuk menidurkan dirinya. Pikirannya membuat bayangan bagaimana kira-kira Dylan bicara pada Frey, dan bagaimana mereka akan mendatangi Kei di bukit wilayah kekuasaan Adelard. Dia tidak tau apakah Kei akan bersedia membantunya di sini. Hubungan mereka tidak lah sebegitu baik dan Valias belum melakukan apapun yang kira-kira bisa membuat Kei bersedia untuk meminjamkan sedikit waktunya.

Valias hanya menyebut Kei karena dia tidak merasa lebih banyak orang lagi harus terlibat. Lagipula dengan teknik pedang yang dimiliki Kei, jeruji yang mengurung mereka ini akan dengan sangat mudah terpotong olehnya. Itu kenapa kehadiran Kei saja seharusnya sudah cukup. Selanjutnya, jika harus berhadapan dengan mage Palis, Kei akan bisa dengan cepat melumpuhkan mage-mage itu bahkan sebagai bukan pengguna sihir. Karena mage pun bergantung pada rapalan dan konsentrasi pada aliran mana. Menghadapi Kei yang selalu menggunakan teknik melesat-tanpa-ampun nya, mereka tidak akan bisa fokus pada konsentrasi itu dan akhirnya gagal menggunakan sihir sehingga Kei akan secara mudah menjadi unggul.

Apalagi jika dalam waktu sepuluh harian ini Kei sudah berhasil menguasai batu kekuatan itu. Batu yang merupakan pemadatan dari kekuatan kuno milik sesosok pangeran titan di era pertengahan benua Reiss. Mungkin puluhan ribu tahun sebelum penanggalan Reiss. Jurnal dimana dirinya menemukan petunjuk juga detail mengenai letak tersimpannya batu itu ditulis di tahun 1697. Tujuh puluh satu tahun kemudian Valias membuat Kei menjadi pengambil alih kepemilikan dari kekuatan kuno dari bangsa yang sudah punah itu.

Sedikit-sedikit Valias merasakan keberadaan rasa perih di telapak tangan kirinya yang meskipun sudah terbalut perban. Dengan aksi pertama kalinya yang satu ini, dirinya punya firasat darah Valias Bardev yang ada padanya itu akan dibutuhkan lagi suatu saat nanti. Itu artinya dia akan membuat dirinya terluka lagi.

Yang menjadi pemilik dari bagian yang terluka itu akan tetap Valias Bardev. Tapi sebagai yang menempati sang tubuh, yang akan merasakan sakitnya adalah Abimala.

Vetra menyadari Valias yang bersandar pada dinding dengan mata terpejam. Dia teringat dengan yang keluar dari mulut Wistar kala lalu dan dia merasakan jantungnya untuk sesaat berdegup dengan sangat keras hingga dia bisa merasakan sekujur tubuhnya mendingin dan bagian pergelangan tangan hingga ujung jari kirinya terkena serangan kejut listrik hingga terasa kebas. "T- Tuan Muda?"

Vetra dengan rasa takut yang membuat seluruh bulu kuduknya meremang mencoba memanggil Valias memeriksa apakah remaja laki-laki itu akan meresponnya.

Valias membuka matanya. Melihat Vetra yang sedang melihat ke arahnya dengan air wajah yang panik. Wajahnya nyaris tampak pucat pasi.

"Ya?"

Vetra seketika memperoleh secercah kelegaan tapi dia tetap ingin memastikan kondisi Valias. "Tuan Muda. Waktu itu, Yang Mulia Pangeran Wistar sempat berucap tentang keadaan kesehatan Anda yang tidak begitu baik. A- Apakah sekarang Anda sedang merasa lelah atau tidak nyaman?"

Valias tercenung. Menangkap yang dikhawatirkan mage perempuan itu. "Aku baik-baik saja. Waktu itu, hanya sebuah kesalahpahaman. Aku tidak mempunyai penyakit dan aku tidaklah akan sekarat. Nona bisa melupakan yang diucapkan Pangeran Wistar waktu itu."

Kini Vetra yang tercenung. "K- Kesalahpahaman?" Vetra merasa ragu Valias mengatakan kebenaran.

Valias mengiakan seraya mengangguk. "Aku baik-baik saja. Hanya ingin menutup mata sedikit sambil menunggu sesuatu terjadi."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now