11. PACARAN?

10.1K 828 18
                                    

Harusnya tuh part kemarin cuma sampai Danisa kabur. Tapi kurang greget gitu. Haha

***

"Aku ikut tim Publikasi Dokumentasi karena... Karena mau deketin Samudera."

Samudera membelalak ketika suara rekaman itu terputar. Ia menengok ke arah Danisa yang sudah bergetar hebat.

Samudera tahu jelas Danisa menyukai Kiano. Aneh. Apa maksudnya? 

Semua orang memandangi mereka sekarang. Samudera memang sudah biasa ditatapi segitu banyak pasang mata. Mulai dari menghajar orang, menolak perempuan, bersikap gila. Semuanya! Tetapi, tidak dengan cara seperti ini. Tidak dengan skandal segila ini.

"Sa?" Samudera menengok ke arah Danisa. Ia menunggu penjelasan.

Danisa menggeleng. Ia berdiri. Sesaat kemudian, Danisa langsung berlari begitu saja keluar kantin. 

Samudera berencana mengejar. Ia berusaha berdiri. Tetapi, sesaat kemudian, ia sadar, kakinya yang cuma berfungsi satu tak akan sanggup untuk menyusul Danisa. 

Rasanya, Samudera ingin mengutuk semua yang terjadi dalam hidupnya. Kakinya yang tak bisa berjalan adalah salah satunya.

Ia sekali lagi menengok ke arah Isabella dan Kiano. Kiano masih berwajah dungu, seperti biasanya. Wajah yang sekarang ini ingin Samudera tampar tanpa alasan yang ia tak mengerti. 

Sementara, Isabella tersenyum culas sambil bergelayut di lengan Kiano. Dan, Samudera tak bisa berbohong. Ia jijik dengan senyum Isabella yang tampak memenangkan pertandingan.

Samudera tahu yang terjadi kemarin sore. Setelah mendapatkan pesan bahwa Danisa sakit di grup percakapan, Isabella muncul tiba-tiba. Dengan baju pemandu soraknya, ia datang dan berkata bahwa lebih baik menonton dirinya latihan daripada rapat dengan anggota tidak lengkap.

Seharusnya, Samudera sadar, sejak awal, ada yang tidak beres. Sialnya, dia terlalu abai. Berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Samudera melirik sekali lagi ke arah Isabella sebelum berjalan dengan kesal keluar. Seisi kantin memerhatikan dirinya. Dan kini, Samudera tak peduli. Fokusnya hanya satu, mencari Danisa. Ia butuh penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Ia berjalan menyusuri lorong sambil menelepon Danisa berkali-kali. Tetapi, gadis itu tidak mengangkat barang satu kali pun.

Samudera menghela napas. Ada beberapa opsi untuk Danisa datangi. Yang pertama, perpustakaan. Dan kedua, tangga di dekat ruang fotografi.

Karena agak terpencil, Samudera ke sana untuk merokok tetapi ia malah berkali-kali menemukan Danisa di sana untuk duduk dan makan sendirian. Jadilah Samudera urung.

Samudera menggumam kecil sebelum ia berjalan ke arah ujung lorong. Ia akan coba mengunjungi tangga ruang fotografi terlebih dahulu. Hingga, ia melihat ujung sepatu menggantung.

Samudera menarik napas. Mendekat ke arah perempuan itu.

"There you are." Samudera berucap cepat. Ia menemukan Danisa. Duduk dengan tubuh bergetar dan isak di tangga. 

Samudera memandangi Danisa. Ia tampak berantakan. Pemandangan itu terasa menyakitkan hati. Aneh, memang. Samudera tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Seolah-olah, dia marah pada setiap orang yang membuat gadis di hadapannya menangis.

Samudera menggeleng pelan. Ini salah! Apa yang terjadi? Lelaki itu berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran aneh dalam kepalanya.

"Apa yang lo maksud di rekaman tadi?" tanya Samudera tanpa basa-basi. Ia mencoba menjaga sikap kerennya. "Lo suka sama gue?"

ODDINARYWhere stories live. Discover now