Ext 12. Step Down, Step Up

8.3K 612 64
                                    

Harusnya buat 100k, tapi aku nya baru bisa selesain sekarang. Terima kasih semua sudah sayang sama Danisa dan Samudera..

*

Danisa menghela napas keras-keras ketika melihat tumpukan buku yang berada di hadapannya. Belakang lehernya lelah setengah mati. Ingin rasanya ia mengutuki dosen yang bukannya mengajar malah menyuruh mahasiswanya merangkum setiap topik dari apa yang harus diterangkan.

Gadis itu mendesis pelan sambil membaca-baca buku referensinya. Ia kedapatan membahas topik terkait Social Marketing. Bukan, social marketing bukan pemasaran dalam bentuk media sosial, tetapi pemasaran yang berbentuk aktivitas sosial. Dan sialnya, buku-buku dengan topik tersebut sangat sulit dicari sementara dosen gila jahanam itu sama sekali tidak memperbolehkan internet sebagai sumber tugas mereka.

Lagipula, Danisa masuk ke dalam jurusan komunikasi untuk menjadi jurnalis. Kenapa dirinya tiba-tiba masih harus mengikuti mata kuliah Pengantar Komunikasi Pemasaran di tahun pertama, sih?

"Urgh," erang Danisa pelan sambil menutup wajahnya. Jika ini bukan perpustakaan, ia pasti sudah berteriak histeris. Gadis itu hanya bisa berteriak dalam hati sambil menyumpah serapah dalam diam.

"Jangan kebanyakan marah-marah, entar cepet keriput." Sebuah suara membuat Danisa mendongak. 

Seorang lelaki berkemeja flanel hijau tersenyum simpul. Ia duduk di sebelah Danisa dengan setumpuk buku lainnya. Rambut kecokelatannya tertata ke atas sementara kacamata berbingkai kotak membuat penampilannya jadi seperti seorang kutu buku yang manis.

Namanya, Joshua. Danisa mengenalnya karena mereka satu kelas di semester ini. Cowok satu itu sebenarnya sudah mengambil diploma III di Sydney namun kemudian melanjutkan S1 nya di Indonesia. Katanya, dengan gelarnya itu, ia cukup  satu atau dua tahun berkuliah akibat konversi dari kampus sebelumnya.

"Dapet topik apa lo?" sambar Danisa ketika kawannya itu duduk.

Lelaki itu memiringkan kepala untuk menunjukan buku-buku yang ia bawa. "Consumer behaviour. Spesifiknya, keputusan pembelian."

"Anjir! Gampang banget!" Danisa memajukan bibir bawahnya. 

"Apanya gampang? Keputusan pembelian nggak cuma satu teori, ada lebih dari lima, gue rasa." Si lelaki beersungut-sungut. "Ada yang empat langkah, lima langkah, tujuh langkah. Nggak sekalian seribu langkah kayak pencegahan osteoporosis? Lagian ya, kayaknya, gue beli barang ya beli aja."

Danisa terkekeh. Ia menarik napas. Matanya melirik-lirik lagi ke arah buku yang Joshua letakan.

"Apa?" hardik Joshua melihat wajah Danisa.

"Joshua... baik deh, tukeran yuk."

Joshua jelas memutar bola mata sambil menjulurkan lidah. "You wish!" 

"Katanya susah!" balas Danisa sengit. "Kalau gitu tukeran aja."

"Punya lo apa?"

"Social marketing," jawab Danisa cepat.

"Ogah!" Lelaki itu mengibaskan tangannya. "Mending gue ini deh, banyak teori nggak apa-apa. Daripada yang itu, sumbernya susah. Di sini nggak lengkap!"

Kalau ini platform X, Danisa ingin me-retweet ucapan Joshua berkali-kali. Pemasaran sosial memang sulit sekali dicari sumbernya. Satu-satunya buku yang benar-benar menuliskan SOCIAL MARKETING besar-besar di bukunya hanya satu, itu pun karya Kotler.

Kotler lagi. Kotler lagi.

Danisa mendecih seraya kembali pada buku dan laptopnya. Ia bisa gila. Tanpa panduan, tanpa apapun, mahasiswa itu harus membuat bahan ajar mereka sendiri untuk dibagikan pada teman-temannya pada presentasi setiap sesi pertemuan.

ODDINARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang