PART 5

7.8K 302 4
                                    

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

"Aku sudah menemukan, tempat tinggal gadismu itu!" ucap Vino tersenyum bangga menatap Emilio.

"Kalau begitu, tunggu apalagi? Bawa dia padaku!" balasnya angkuh.

"Sepertinya tidak semudah itu tuan!"

"Apa maksudmu?" Emilio memicingkan matanya.

"Setelah aku menyelidiki, dengan bermodalkan kain yang kau berikan kemarin, sesuai dugaan! Gadis itu bukan berasal dari keluarga biasa! Dia-"

"Aku tidak peduli dia berasal dari keluarga seperti apa, tugasmu adalah membawa gadis itu kehadapanku!" potong Emilio.

"Bagaimana aku bisa mengatakan ini?" Vino terlihat gelisah.

Emilio kembali memicingkan matanya.

"Tuan Aarizz! Kau mengenalnya bukan?"

"Yah!" singkatnya menunggu Vino melanjutkan ucapannya.

"Dia bukan hanya ulama besar yang disegani di negeri ini! Tapi kau tahu, dia juga mantan anggota gangster yang sama kejamnya dengan dirimu!"

"Lalu?" ujar Emilio tampak tenang.

"Gadis yang kau maksud, kemungkinan besar adalah putri bungsu dari tuan Aarizz!"

"Itu terdengar sangat menyenangkan!" guman Emilio dengan smirknya.

"Kau tersenyum?" heran Vino.

"Aku semakin menginginkan gadis itu!"

"Biar kuperingatkan! Tuan Aarizz tidak akan mudah ditakhlukan! Kalau kau berani melawannya, salah satu dari kita akan hancur!" peringat Vino.

"Kau sadar dengan apa yang kau ucapkan barusan?"

"Sejak kapan kau jadi penakut seperti ini? Dan, jikapun akan ada yang hancur, kupastikan dialah yang hancur!" tambah Emilio kesal.

"Cepat! Siapkan kendaraan untukku! Aku akan menemuinya!" titahnya tak terbantahkan.

"Haruskah aku menyiapkan pasukan juga?" balas Vino.

"Tidak perlu, aku perlu bernegosiasi dulu dengannya!" ucap Emilio dengan rencana busuknya.

...

"Apa?" tanya Aarizz memastikan pendengarannya.

"Yah tuan! Tuan Emilio, sedang menuju ke mansion tuan Aarizz!" ucap bawahannya.

Dengan cepat Aarizz mematikan sambungan telepon.

Pikirannya mendadak berkecamuk. Entah mengapa, ia jadi memiliki firasat buruk.

"Emilio? Untuk apa Iblis itu datang kemari?" pikirnya langsung mengarah ke Mazaya.

"Mungkinkah? Tidak!" Aarizz menggelengkan kepalanya.

"Ada apa ayah?" tanya Alfian menghampiri ayahnya.

"Dimana adikmu, Mazaya?"

"Tadi Maryam meminta izin kepadaku, katanya dia hendak ke pasar bersama Mazaya, kemungkinan mereka masih di pasar! Kenapa? Kau terlihat sedang tidak baik- baik saja ayah?" Alfian heran melihat sikap ayahnya.

"Emilio!"

"Hm?" bingung Alfian.

"Dia sedang, menuju kemari!"

"Untuk apa dia kemari?" tanya Alfian.

"Entahlah! Itulah yang ayah bingungkan!" jawab Aarizz berpikir.

"Kau nampak cemas ayah! Haruskah kita menyiapkan pasukan?" usul Alfian.

"Tunggu, kita belum mengetahui Niat mereka datang kemari!" tahan Aarizz

Tak berselang lama...

"Maaf tuan! Dibawah ada Tuan Emilio yang ingin bertemu dengan tuan!" ucap salah satu pengawalnya.

"Berapa jumlah gangster yang dia bawah?" tanya Alfian.

"Hanya tuan Emilio dan satu anggotanya tuan!"

"Baik, kau pergilah!" ucap Alfian berkacak pinggang.

"Tenanglah Alfian, mungkin dia hanya berkunjung!" Aarizz berusaha terlihat tenang.

"Tidak ayah, untuk apa dia berkunjung kemari? Kita bahkan tidak memiliki hubungan kerja sama dengannya!" Alfian melangkah ke arah nakas, ia membuka laci dan meraih sebuah pistol.

...

"Tuan Aarizz, senang bertemu dengan mu!" sapa Emilio dengan smirknya. Ia duduk dengan angkuhnya disalah satu sofa ruang tamu.

Vino menunduk, memberi salam kepada Aarizz dan Alfian.

"Duduklah!" Suruh Aarizz kepada Vino.

"Terima kasih!"

Aarizz dan Alfian ikut duduk.

"Aku tak ingin basa- basi! Alasan kedatanganku kemari adalah, AKU MENGINGINKAN PUTRIMU!" ucap Emilio to the point.

"Apa?" Alfian langsung menodongkan senjata kearah Emilio.

Hal itu tentu saja membuat Vino melakukan hal yang sama.

"Turunkan senjatamu!" titah Emilio menatap Vino.

"Alfian! Tenanglah!" ucap Aarizz menatap putranya.

"Bagaimana tuan Aarizz?" Ulang Emilio.

"Kau tahu betul, selama ini aku menentang aktivitas gelap yang kau jalankan! Dan kau kemari, malah menginginkan putriku?" ujar Aarizz tak habis pikir.

"Bukankah, kita memiliki kesamaan?kau bisa seperti saat ini, juga hasil kejahatanmu di masa lalu!"

"Apa maksudmu?"

"Maksudku adalah, meskipun saat ini kau ulama besar yang disegani, jangan lupakan seberapa kejamnya dirimu di masa lalu. Bahkan kau lebih kejam dariku!"

"Tak ada gunanya membahas masa lalu!-"

"Yah, kau benar! Karena jika orang- orang sampai tahu, kalau kau ini penjahat kelam*n! Maka citramu akan buruk dimata masyarakat!"

"Hentikan omong kosongmu, dan pergilah dari sini" Marah Aarizz.

"Seharusnya kau merasa terhormat, dengan kedatanganku!" balas Emilio.

"Aku merasa sangat terhormat, apalagi jika kau bersedia meninggalkan kediamanku saat ini juga!"

Emilio bangkit dari duduknya sembari mengibaskan jaz hitam yang ia kenakan dengan angkuhnya.

"Aku sudah memintanya baik- baik! Jangan salahkan aku, jika hal buruk terjadi pada keluargamu!" ancam Emilio melangkahkan kakinya pergi, diikuti oleh Vino.

...

"Siapkan anggota gengster dalam jumlah yang besar! Kita akan menyerangnya malam ini juga!" titah Emilio yang langsung diangguki Vino.

°°°

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Kamis/17/08/23

Di bawah naungan Sang Iblis [END]Where stories live. Discover now