PART 57

3.5K 198 27
                                    

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

Lagi- lagi gemuruh guntur dan hujan, mengiringi isak tangis Mazaya. Dan untuk yang kesekian kalinya, ia merutukki nasibnya yang malang ini.

"Sampai kapan takdir akan mempermainkanku? Sampai kapan? Aku tidak sekuat itu, Tuhan!" teriak Mazaya, merasa lelah.

"Tolong cabut nyawaku juga, aku sudah tidak sanggup!" tambah Mazaya, merasa putus asa.

"Yusuf! Maafkan bibi, sayang! Maafkan bibi, yang sudah gagal melindungimu! Maaf!" disela tangisnya, Mazaya mengelus perutnya yang kembali terasa nyeri.

Air mata bercucuran semakin deras. Kondisi Mazaya sedang tidak baik- baik saja. Ia pun merebahkan diri diatas lantai kamarnya.

Hal yang ia nantikan saat ini adalah, Jack segera datang dan membawanya pergi jauh dari tempat ini.

Disisi lain...

"Paman? Kau kenapa?" tanya Maryam, khawatir melihat lengan Vino terluka.

"Bisa tolong bantu ambilkan kotak obat di laci meja, di kamar paman?" pinta Vino duduk di sofa.

"Tentu saja!" dengan cepat Maryam berlari ke kamar Vino.

"Ada apa tuan?" Nina ikut menghampiri Vino.

"Aku tidak memanggilmu!" jawab Vino.

"Maksudku, kau kenapa? Kenapa lenganmu bisa terluka seperti ini?"

"Kau mengkhawatirkanku?"

"Hm? Kenapa dia jadi bicara melantur seperti ini?" batin Nina merasa bingung dengan respon Vino.

"Aku hanya ingin tahu, darimana kau mendapatkan luka ini!"

"Dari suatu tempat!" balas Vino, membuat Nina menghela nafas.

"Baiklah tuan, aku tidak akan menanyakan hal apapun lagi!" ucap Nina, hendak pergi.

"Apa kau sedang kesal padaku?"

"Tidak! Untuk apa aku merasa kesal padamu!" jawab Nina, cepat.

"Lalu, kenapa-"

"Paman! Ini kotak obatnya!" potong Maryam, terengah- engah.

"Terima kasih!"

"Paman! Alangkah lebih baik, jika kau membiarkan bibi Nina yang membantu mengobati lukamu!" usul Maryam, membuat mata Vino berbinar.

"Tidak! Tuan Vino, adalah pria perkasa nona! Dia pasti bisa mengobati lukanya sendiri!" tolak Nina, lagi- lagi hendak pergi.

Vino memasang wajah memelas.

"Bibi Nina, kali ini tolong paman Vino yah! Kasihan dia! Lihat saja ekspresi wajahnya, dia sudah seperti orang bodoh yang kehilangan arah tujuan hidupnya!" celoteh Maryam, mengatupkan kedua tangannya.

Di bawah naungan Sang Iblis [END]Where stories live. Discover now