46

825 141 62
                                    

Ramein sama komen yaaa... Kalo rame aku bakal double
.
.
.

Sebelum menikah, Ara pernah menonton salah satu saluran video online mengenai rumah tangga. Sebutlah dia mempelajarinya sedikit, supaya tidak terlalu syok dengan kultur baru yang akan dijalaninya tersebut.

Di sana disebutkan jika seorang istri yang baik akan merasa tidak tenang jika sang suami terlihat marah, hal itu terjadi karena dunia seorang wanita yang telah menikah akan terfokus pada suaminya.

Jadi, atas konsentrasinya yang entah menghilang ke mana saat ini, benarkah itu menandakan jika Ara telah menjadi seorang istri yang baik? Setidaknya, mungkin dia sedang melatih diri untuk hal tersebut di masa depan.

Sayang, walau sudah berlangsung beberapa jam, perasaannya masih saja tidak karuan saat membayangkan bagaimana Yoongi menatapnya sinis tadi pagi. Harinya terasa kacau, bahkan makan siang pun terasa hambar.

Selepas makan siang, perasaan gelisah Ara tak kunjung juga berhenti terlebih saat pintu kelas bergeser yang menampilkan seorang wanita muda dengan rambut dicepol rapi. Itu Shin ssaem, guru yang kerap kali pelajarannya dibolosi Hyunjin. Namun, tampaknya apa yang Ara ucapkan pada Hyunjin terakhir kali itu cukup berhasil karena dia melihat si pemuda tengil menatap dengan menyunggingkan senyum jahil di mejanya.

Beberapa kali Ara menahan kuap lebarnya dengan mengatupkan bibir dalam desahan yang berefek pada hidungnya yang membesar dengan mata berair, benar-benar bosan dan untuk menghalaunya dia memutuskan untuk mencorat-coret buku catatan, menuliskan secara acak apa saja yang mungkin akan dia masak untuk makan malam nanti. Sepertinya dia berniat memasakkan Yoongi sesuatu, sebagai permintaan maaf.

"Mungkin aku akan memasak Galbi Go imo pernah mengatakan kalau dia sangat menyukainya," monolog Ara lirih, balpoin yang dipegangnya dia ketuk-ketukkan pada kertas putih yang sudah dia tulisi, sementara matanya menatap kosong ke arah Shin ssaem yang tengah menjelaskan tentang sejarah budaya Korea.

Astaga, Ara sepertinya harus setuju dengan Hyunjin karena cara mengajar wanita di depan kelas itu memang sangat membosankan, bahkan Ara dapat melihat siapa saja yang sudah menahan kuapnya sejak tadi.

Bias sinar matahari terakhir sudah menyorot melewati jendela pada meja bagian depan kelas, membuat Areum yang duduk di sana tampak menggeserkan kursinya agar terhindar dari panas sinar itu. Ara baru saja akan menyerah dengan mengangkat tangannya untuk meminta izin ke toilet saat suara bel penanda jam pelajaran berakhir terdengar.

Hyunjin adalah orang pertama yang keluar dari kelas dengan bersemangat, pemuda itu bahkan tampak tak terganggu sedikitpun dengan tatapan dingin Shin ssaem.

"Aku menuruti nasehatmu Lim Ara," bisik Hyunjin mengikuti Ara yang berjalan ke arah loker miliknya, "dan dari kemarin aku mengirimkan pesan padamu, tetapi tidak ada satu pun yang kau baca. Apa suamimu memblok nomorku di ponselmu secara diam-diam?"

Ara sampai menghentikan langkah, berbalik sambil memicingkan mata. "Bisa diam tidak? Jangan membahas suamiku kalau di sini," desis Ara lirih, karena ketika pembahasan tentang Yoongi mengudara, mau tidak mau kembali membuat rasa bersalah Ara semakin besar.

Pemuda tengil itu tersenyum. "Iya maaf, ngomong-ngomong terima kasih, hidupku jadi lebih tertata karenamu. Aku anggap ini sebagai hutang yang akan aku bayar di masa depan."

Ara sampai menggeleng, entah ini menjadi moto hidup Hyunjin atau apa, tetapi Ara nyaris mendapati pemuda itu menyuarakan hal tersebut di berbagai kesempatan.

"Ya, ya baiklah aku doakan kau sekaya Elon Musk biar mengganti uangku dengan nomimal super banyak di masa depan," ucap Ara sambil menyimpan buku-bukuya di loker, "ngomong-ngomong soal ponsel, dia mati saat aku tercebur ke dalam kolam renang kemarin."

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Donde viven las historias. Descúbrelo ahora