107

869 190 259
                                    

130 vote
150 komen

Siapkan KANEBO
.
.
.

Tongkat milik Yoongi berwarna hitam legam, punya ukiran unik di kepalanya, tanpa sadar Ara memperhatikan benda yang ada di tangannya itu sejak tadi. Bahkan ketika akhirnya Bora dibawa masuk ke dalam ruang ICU untuk mendapatkan penanganan pertama, Ara masih terus menggenggamnya dengan erat, seolah takut jika tongkat itu jatuh dan hilang. Ia bahkan tak memperhatikan jika tangannya sudah memerah, mungkin juga tak merasakan kebas karena rasa bersalah itu terasa sangat mengganggu.

Ara melihat Yoongi duduk di depan ruang ICU dengan sedikit membanting tubuhnya, terlihat sangat kelelahan dan beberapa kali menggerakkan kakinya tak nyaman. Hal itu semakin membuat hatinya berdenyut, merasa sangat bersalah pada pria itu.

Ara memutuskan untuk mendekat, duduk di samping Yoongi dan menyerahkan tongkat itu padanya. "Tongkatmu."

Yoongi sedikit berjengit kaget, tetapi hanya sebentar lalu tersenyum pada Ara. "Terima kasih."

Ara menghela napas, mengulum bibirnya resah. "Yoongi-ssi, maaf."

"Maaf? Maaf untuk apa?"

"Maaf karena tadi kasar padamu."

"Kau tidak salah, Queen. Kau benar, ini kesalahanku dan tanggung jawabku. Maaf karena membuatmu marah."

Ara semakin merasa tak enak, tetapi ada yang harus dia luruskan di sini. "Yoongi-ssi, sekali lagi aku minta maaf karena emosiku yang terlalu berlebihan, tapi ... kenapa aku begitu marah karena kau menggunakanku sebagai alasan untuk mengabaikan Bora. Aku tak sepantas itu untuk membuat seorang ayah melalaikan tugasnya sebagai orang tua. Aku sungguh sangat buruk karena membuat Bora harus kehilangan kasih sayang Appa-nya. Yoongi-ssi, kau berhak mencintaiku, berhak terus mencariku, tetapi kau tidak berhak mengambil hak Bora untuk mendapat perhatian dan kasih sayang darimu."

Yoongi mengangguk, memainkan tongkatnya pelan. "Kau benar, itu kesalahanku. Maafkan aku."

"Kau bersalah pada Bora, Yoongi-ssi, bukan padaku."

"Aku akan meminta maaf pada Bora nanti."

"Mn, dan untuk tamparan tadi ...," Ara sedikit segan, mengulum bibirnya resah. "Maaf."

Yoongi menyentuh pipinya, tersenyum kecil. "Ini tidak sakit sama sekali. Kau hanya ingin menyadarkanku agar mendahulukan Bora, tetapi sepertinya aku memang terlalu jauh melalaikan Bora, sampai tak sadar mana yang harusnya aku prioritaskan."

Suasana kembali canggung, Ara bingung harus bagaimana. Yoongi seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, terus saja mengatakan tak apa dan membenarkan sikap Ara. Namun, itu justru membuat Ara tak terlalu senang. Entah apa yang membuat Yoongi bersikap demikian.

"Mn, Bora akan baik-baik saja kan?" tanya Ara kembali gelisah, menatap pintu ruang ICU dengan dada berdebar hebat.

Yoongi menoleh, menatap paras cantik Ara. "Eomma-nya pulang, dia pasti sembuh."

Ara menoleh, balas menatap Yoongi lalu matanya berkedip beberapa kali. Diingatkan tentang betapa Bora sangat menyayanginya, membuat Ara merasa senang sekaligus malu. Ara merasa dicintai, tetapi begitu jahat karena meninggalkan Bora padahal saat itu ia sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengannya.

"Harusnya saat itu aku tidak terburu-buru pergi," sesalnya mengingat betapa dia egois dengan pergi begitu saja tanpa mencoba mencari tahu apa yang diinginkan Bora. "Sekarang aku merasa sangat buruk, terlalu buruk untuk mendapatkan cinta Bora."

"Jika kau buruk maka aku apa, Queen?" tanya Yoongi ikut menyesali diri, "Saat itu kau sudah mengingatkanku, meminta untuk memberikan perhatian lebih pada Bora, tetapi aku justru mengabaikannya. Aku lupa jika selain seorang pria yang kehilangan cintanya, aku juga seorang ayah yang tak boleh mengabaikan anaknya. Aku membutuhkanmu, tetapi aku lupa jika aku sangat dibutuhkan Bora."

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang