92

826 187 136
                                    

Semoga ini part sedih terakhir atau jangan-jangan kembali membuat kalian mengumpat?

110 vote, keep gacor ya ges ya

Yang nanyain pov Yuna as always  aku ada alasannyaaaa

.

.

.


Hyunjin baru saja tidur beberapa menit yang lalu setelah seharian menjalani pemotretan untuk majalah bulanan di Tokyo. Hyunjin masihlah sangat mengantuk, dia lelah luar biasa dan ingin istirahat dengan tenang ketika suara berisik itu mengganggu waktu tidurnya. Dengan malas Hyunjin mengerang kesal, menutup telinganya dengan bantal karena suara benturan itu terus terdengar.

Oh tunggu! Benturan?

Matanya langsung terbuka lebar, tak peduli ketika kepalanya berdenyut sakit karena gerakan tubuh yang tiba-tiba meloncat dari atas ranjang. Pemuda itu terhuyung ketika berlari, hampir tersandung kaki meja karena lampu ruangan yang sudah dimatikan ketika Lee San-- asistennya--pamit pulang tadi. Hyunjin terburu-buru membuka pintu kamar yang tepat berada di sebelah kamarnya, yang mana dia sudah berpesan pada si pemilik kamar, untuk tidak mengunci pintu ketika tidur.

Begitu bilah kayu itu berayun, Hyunjin langsung memejamkan mata, berkacak pinggang dan menghela napas kasar ketika melihat gadis itu kembali membenturkan kepalanya pada dinding. Hyunjin bergerak mendekat, menahan si pemilik tubuh kecil yang terus saja menyakiti dirinya itu.

"Berhenti," ujarnya memperingatkan, menjaga jarak keduanya dari dinding.

"Ini sakit sekali, Jin-ah. Aku tidak bisa menahannya." Ara kembali mengerang, lalu menjambak rambutnya dengan kasar, dan Hyunjin bisa melihat rambut panjang Ara kini berada di antara jarinya karena rontok, dan jumlahnya tidak main-main.

Dengan lembut Hyunjin membersihkan jemari Ara dari helaian rambut itu. Dia bahkan meringis ngeri saat tak sengaja melihat bantal Ara yang tergeletak di dekatnya bernoda darah. Hyunjin teringat ucapan Sunny kemarin, saat wanita itu membantu membersihkan kamar sang gadis, katanya dia menemukan ada noda darah di bantal Ara, kemungkinan dari kulit kepalanya yang terkelupas. Kemarin Hyunjin tak terlalu memperhatikan ucapan Sunny, karena selain sibuk, tak ada bukti tentang hal itu.

"Aku ingin tidur, lelah sekali, tapi otakku tidak mau berhenti berpikir," adu Ara dengan sedih. Ia merosot turun, duduk di atas lantai yang dingin, membiarkan saja saat Hyunjin ikut duduk di depannya.

"Jika kau terus membenturkan kepalamu, kau justru akan merasakan sakit, Ra-ya. Lihat, dahimu memar dan mulai menghitam."

Ara menaikkan pandangan, menatap Hyunjin dengan sedih. "Aku hanya ingin menghilangkan rasa sakitku, Jin-ah. Sejak kecil aku selalu berpura-pura baik-baik saja, dan bisa bertahan sampai aku dewasa, tapi kenapa kali ini gagal? Aku terus memaksakan diri untuk tersenyum. Aku juga tak pernah berhenti menekankan dalam hati, bahwa semua pasti akan baik-baik saja. Aku hanya perlu menyerahkan semua pada sang waktu, tapi ... ternyata ini terlalu sakit, Jin-ah. Terlebih saat aku melihat mata rubah kecilku, aku berbohong padanya akan kembali ... A-aku tidak bisa menahannya lagi."

Ara mengadu, lalu menangis tanpa suara, terlihat sangat rapuh. Perih sekali saat Ara harus jujur pada keadaan bahwa sebenarnya dia tak baik-baik saja. Hyunjin pun tak mau melihat Ara berpura-pura jika memang sudah tak mampu untuk terus menutupi rasa sedihnya dari semua orang.

Kepergiannya ke Jepang, telah direncanakan sejak Ara berada di Daegu. Saat itu, ketika dia tengah tertidur lelap bersama Bibi Liu, Ara tiba-tiba saja terbangun, bermimpi sangat buruk tetapi dia lupa bermimpi tentang apa. Namun, ada rasa sakit yang begitu hebat mengambil alih seluruh kewarasannya. Ara berlari ke dapur, mencari pisau dengan terburu-buru. Saat itu dia hanya berpikir jika ujung pisau itu mengenai tubuhnya, maka rasa sakit yang ditimbulkan mimpi buruknya akan menghilang.

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang