Aku dan Dia

55 3 0
                                    

Aku pun berganti pakaian.

Benar, akulah yang akan menggantikan Fahmi bermain.

Kalau soal takraw aku juga bisa, tapi juga tidak jago.

Setelah selesai ganti pakaian, aku bergegas masuk kelapangan.

Nampak kak Waldi terkejut melihat aku yang akan bermain.

"bri?, kau bisa?", tanya Ikbal.

"bisa kok, tenang saja", ucapku.

Tiba-tiba seseorang memegang tanganku, dan itu adalah kak Waldi. "dek?, kamu mau main?!", tanya nya.

"iya kak", jawabku.

"aduhh, ba bagaimana ya.....", ia nampak bingung, "kakak tidak bisa keras-keras sama kamu"

"kak Waldi jangan meremehkan aku ya!", kataku dengan percaya diri, "jangan sampai kalah ya kak...", bisikku pelan.

"hmm", kak Waldi tertawa kecil lalu mengelus kepalaku, "jangan nangis kalau bolanya kena kamu ya", setelah itu kak Waldi pun kembali ke tim nya.

Aku juga segera mengambil posisi, "kau tahu main kan bri?", tanya Ivan.

"iya van, yang penting tendang kan?"

"ehhh ehehehe i i iya bri", tawa Ivan.

Priiit!!!!

Pak Irwan meniup peluitnya, kak Waldi seketika melakukan service.

Bola pun melayang ke arah Ikbal dan berhasil ia kembalikan.

Cukup sengit, dan entah kenapa tiap kak Waldi menendang bola, ia seperti sengaja untuk tidak mengarahkan bolanya padaku.

Aku pun merasa jengkel, rasanya seperti dia tidak percaya dengan kemampuanku.

Nampak sesekali kak Waldi melihatku dan melemparkan senyuman manisnya, tapi walau begitu aku tetap memasang wajah datar.

Tiba-tiba rekan tim kak Waldi menendang bola ke arahku, aku sontak membalasnya dan kali ini ku arahkan ke kak Waldi langsung.

Kak Waldi terlihat sedikit terkejut saat aku menendang cukup keras. Kak Waldi berhasil menghalau bolanya, dan kali ini bola melayang kembali ke arahku.

"bri bisa tuh!", sahut Ikbal.

Aku pun menendang bola itu, melayang kembali melintasi jaring dan tidak ada yang berhasil menendangnya.

"bagus!", teriak Ivan senang.

Kini skor kami jauh memimpin, selisih 4 poin.

.

.

Pertandingan yang sangat seru, berakhir dengan kemenangan tim PMR.

"kamu....", kak Waldi sudah berdiri di belakangku.

"ka kak", aku berbalik.

"hehehe, maaf ya saya sudah meremehkan kamu", ucapnya.

Akupun tersenyum, "makanya jangan menilai dari luar dulu kak hehe"

"iya, oh iya kamu mau langsung balik habis ini?", tanya kak Waldi.

"hmm bagaimana ya kak?, bosan sih di rumah kalau cepat pulang", kataku.

"ya sudah, kita makan di luar bagaimana?", ajaknya.

"kak Waldi tidak sibuk?, bukannya kakak panitia?"

Kak Waldi menggeleng, "tidak kok sayang, kan acaranya sudah selesai, kita ganti baju dulu ya"

Akupun mengangguk setuju.

Walau SejenakWo Geschichten leben. Entdecke jetzt