Kompres

18 2 0
                                    

Jreng....

Suara petikan gitar...

Abri nampaknya akan bernyanyi.

Jika ku hadir untuk disakiti...

Biarlah ku pergi jauh dan sendiri....

Tanpa ada kamu siapapun di sini ku menangis...

Kebodohanku t'lah anggap dirimu 'Kan baik untukku...

butakan hatiku Kau pergi begitu saja tak ku tahu Ku telah layu....

Mungkin...

Karnaku...

Terlalu....

Mencintaimu...

Ku terluka....

Kemana ku berlari?

Kemana aku 'kan pergi?

Ku cintai namun benci Caramu mencintaiku...

Kebodohanku t'lah anggap dirimu 'Kan baik untukku....

Butakan hatiku...

Kau pergi begitu saja tak ku tahu Ku terluka...

Kemana ku berlari? 

Kemana aku 'kan pergi? 

Ku cintai namun benci Caramu mencintaiku...

Biarlah ku simpan Menjadi kenangan hidupku...

Kemana ku berlari?

Kemana aku 'kan pergi?

Ku cintai namun benci Caramu mencintaiku...

Kemana ku berlari? 

Kemana aku 'kan pergi? 

Ku cintai namun benci Caramu mencintaiku...

Ku cintai namun benci Caramu mencintaiku...

Aku hanya bisa diam selama ia bernyanyi...

Hingga...

"mi!, Abri sepertinya sudah mau pulang!", Wandi menyadarkanku.

Aku melihat Abri tengah berjalan keluar dari cafe.

"kejar mi!", kata Rajab.

Akupun melangkahkan kakiku, mengejar Abri yang sudah ada di parkiran luar.

"bri!!!, bri tunggu bri!!! Abri!!!"

Abri pun berhenti...

"bri, aku mau ngomong...."

"mau bicara apa lagi?", ucapnya dengan suara yang terdengar gemetar dan tanpa menoleh sedikitpun.

"kau belum puas ya?, kau.... kau itu benar-benar pengganggu!"

"bri, kumohon beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya"

"sudah cukup mi...., aku sudah paham...., dan...", Abri pun menoleh sedikit ke arahku, nampak sekali wajahnya sangat amat pucat, "aku benci caramu mi...."

Ia pun kembali melangkah.

"Tunggu!"

Sontak aku langsung memegang tangannya, tapi....

Aku merasakan sesuatu yang lain...

Tangannya terasa panas dan gemetar.

"bri?, kau sakit?!, harusnya kau jangan ke sini!, ayo aku antar pul..."

Walau SejenakWhere stories live. Discover now