Selesai

25 2 0
                                    

UKS....

"Buka bajumu"

"Abri genit.......", Ucap Jalil saat aku menyuruhnya untuk membuka seragamnya.

"Jangan main-main Lil!, Ayo buka!, Aku yakin di punggungmu juga ada luka"

"Hehehe iya iya maaf"
Iapun membuka seragam dan juga kaosnya.

Benar saja, aku melihat di punggung juga bahunya ada banyak luka memar dan bengkak.

"Bri, ini air"
Ivan membawakan baskom berisi air dan juga kain untuk membersihkan tubuh Jalil.

"Makasih ya Van, maaf ya Lil...."
Aku membasahi kain itu dan mulai mengelap tubuhnya.

"Maaf untuk apa?, Kau menyentuhku seperti ini saja bagiku suatu anugrah bri... Akhhhh!!!!"

"Ehhh maaf! Perih ya di situ?"

Kondisinya cukup parah juga....
Sebaiknya habis ini dia di periksa dulu, setidaknya ke puskesmas.

"Tapi aku benar-benar takjub...., Kau berani mengungkapkan jati dirimu pada mereka.....", Puji Rajab.
"Maaf Lil, sebelumnya aku pikir kau itu cuma orang dengan fanatisme berlebihan pada Abri"

"Bukankah kalian tahu sendiri?, Aku menjadi rival Fahmi bukan tanpa alasan....."
Jalil memandangiku, "itu karena perasaan kami ke orang yang sama itu setara..."
Tiba-tiba Jalil menggenggam erat lenganku, "bri?"

Aku tidak merespon dan tetap membersihkan tubuhnya.

"Bri...., Aku tahu kau saat ini pasti tidak akan memilih apapun...., Tapi...."

"Kau sudah mengatakannya saat melindungiku tadi Lil...."
Akupun menatapnya juga..
"Kau sudah mengungkapkan semuanya saat melindungku"

"Hehehe, tadi itu aku hanya kecoplosan saja....."

"Hiks... ", Aku kembali menangis...
"Ka Karena.... Karena aku...., Sekarang orang-orang akan mengecapmu sebagai homo Lil!"

"Bri...."
Rajab memegang pundakku.

"Lalu bri?, Bukankah itu kenyataannya?, Aku memang homo kan?, Aku tidak akan marah, bahkan malu!, Ini diriku bri...."
Jalil menggenggam erat tanganku.
"Akulah yang harus minta maaf bri...., Karena aku... Mereka juga akan mengecapmu sebagai homo"
Ia menyeka air mata di pipiku.

"Bri....", Ucap Rajab.
"Kau tidak perlu sedih..., Bukankah aku dan Gusti juga homo?"

"Jab..."

"Aku mencintai Rajab bri...., Menurutmu ada yang salah dengan itu?", Tanya Gusti.

"Gus......."

Kemudian Ivan bilang...
"Aku masih suka Sakinah angkatan kita di PMR sih..., Tapi melihat Gusti dan Rajab.... Juga perjuanganmu selama ini... Aku jadi iri bri...".

"Van...."

"Makanya jangan menangis sekarang....."
Jalil mencubit kedua pipiku.
"Uhhh gemoy!"

"Addehhh, berhenti Lil..."

"Senyum dulu kalau begitu!"
Pinta Jalil.

"Hentikan Lil..."

"Senyum atau aku akan meremas dadamu"

Aku lantas tersenyum mendengar ancamannya, "hehe dasar kau ini!!!"

"Nah gitu dong manis...., Jadi boleh kan aku memegang dadamu?"

"JALIL!!!"

"Hahahahahahaha"
Kami pun tertawa.

Lagipula mereka benar...
Buat apa aku khawatir?
Walaupun satu sekolah menyebut aku homo...
Tapi aku punya mereka yang ada di sisiku, sama sepertiku, dan akan membelaku apapun yang terjadi.

Walau SejenakWhere stories live. Discover now