Dulu #3

16 2 0
                                    

Setahun lebih telah berlalu....

Keseruan yang kami rasakan seketika pudar.

"Haaaa haaaaaaaaaaa haaaaa ha haaaaa", Gusti, Rajab dan Ivan menangis histeris saat tahu Abri dan keluarganya akan pindah dari asrama.

"Abri jahat!, Abri sudah ga mau temenan sama kita!!!!!! Haaaa", sahut Rajab kesal.

"haaaaa haaaaaaaaaa Aku ga mau pindah! Aku mau tetap di rumah pak!!!!!!", Abri terus merengek ke ayahnya, "nanti Abri ga bisa main lagi sama yang lain!, nanti Abri ga punya teman lagi! Haaaaaaa!!!!"

Sedih juga sih....

Hehe, tapi kenapa aku tidak menangis seperti mereka?, atau karena aku memang tidak tinggal disini?

"Abri...", ucapku, Abri langsung menatapku dengan mata sembabnya.

"kita masih teman kok"

"heee tapi gimana kita main bareng?!!!!!!!", tanya Gusti, Ivan dan Rajab bersamaan.

"ehhh i itu......, nanti om tiap akhir pekan bakal ngajak Abri kesini", kata om Arsun.

"ga mau! Pokoknya Abri mau tetap disini!!!!", Abri tetap bersikeras.

"sedih juga ya bu", ucap tante Irma.

"iya, nanti bu Ani sering main kesini ya sama Abri, kita juga kangen liat kalian", kaga tante Maria.

"jadi sekolah Ab...", ucapan tante Susan langsung di potong sama tante Irma.

"bu Sus, nanti anak-anak dengar, kasian mereka"

Mendengar itu aku baru merasa lebih sedih, sebelumnya tak masalah jika Abri pindah dari asrama, tapi jika pindah sekolah juga itu akan lain cerita..

Jika benar Abri pindah sekolah, maka kami benar-benar akan berpisah!

Setelah nyaris sejam lebih drama mengharukan terjadi dan keluarga Abri berusaha membujuk Abri, akhirnya Abri pun menurut untuk naik ke mobil..

Yah malaupun kak Nima menariknya masuk secara paksa...

"TIDAAAAAAAK!!!!!!", terlihat Abri berteriak di dalam mobil dari kaca belakang.

Ia terus memukul-mukul kaca mobil itu sambil menangis histeris.

Sementara itu, yang lain juga sama...

Mereka begitu terpukul dengan kepindahan keluarga Abri.

Sejak saat itu, kami sudah mulai jarang bertemu dengan Abri...

Kadang ayahnya membawa Abri ikut ke asrama saat sedang tugas, itupun kalau libur sekolah...

Abri benar-benar hilang saat kami sudah naik kelas empat SD, saat itu kami sudah tidak pernah berjumpa dengannya lagi...

Hingga....

Saat kami sudah kelas dua SMP....

Waktu itu aku sedang duduk di sofa sambil mengerjakan pr ku, saat itu tiba-tiba ayahku pulang dari kantor dan terlihat sangat gelisah.

"bu!!!! bu?!!!!, Fahmi, ibumu mana?", tanya ayah padaku.

"ibu lagi mandi yah, ayah kenapa kayak bingung begitu?", tanyaku penasaran.

"i itu......, ada berita, ayahnya Abri hilang dalam tugas!"

Saat mendengar itu aku tak bisa mengucapkan apapun...

Aku terus terbayang kondisi Abri dan keluarganya saat ini, mereka pasti sangat amat terpukul....

.

.

Walau SejenakOnde as histórias ganham vida. Descobre agora