Chapter 6: Perfect Plan - 40% Remaining

19 4 1
                                    

"Jangan banyak bergerak, lukamu belum sepenuhnya sembuh."

Ellie sedang memerban lengan Astra yang terkena dampak serangan dari Runefall dan antek-anteknya. Sudah satu hari berlalu, kondisi mereka masih aman. Itu berarti Oslo benar-benar membantu mereka sehingga Runefall tidak jadi menjadikan kedua siswa ini sebagai buronan. Sekarang, mereka memilih untuk berdiam diri terlebih dahulu sebelum melakukan misi yang lain. Tepatnya, Ellie. Karena Astra sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan, maka mau tidak mau Ellie harus mengambil alih semuanya.

"Dibalik perawakanmu yang terlihat dingin, kau ternyata perhatian juga—Ah, jangan terlalu kencang di bagian sana!" Astra menyahut ketika Ellie memberikan salep dan perban.

"Aku hanya tidak ingin kau menghambat misiku," ujar Ellie berkilah, berjalan meletakkan sisa perban di meja. "Walaupun aku tidak ingin mengakuinya, kehadiranmu kubutuhkan. Setidaknya pada bagian penyerangan."

Astra terkekeh. "Kau tidak usah menambah embel-embel jika membutuhkan bantuanku, Ellie. Bagaimana pun juga aku pasti membantumu." Di akhir katanya pria ini berkedip.

Ellie ingin merespons perkataan Astra, tetapi ia tidak bisa mendapatkan sepatah kata pun untuk menjawab. Alhasil, Astra justru semakin tertawa dan membuat muka Ellie memerah. Lelaki itu memang seratus persen benar. Jika Astra tidak membantunya, mungkin Ellie akan berakhir menjadi tahanan dan penjara. Walaupun ia hebat dalam memanipulasi sistem ataupun strategi, tetapi jika sudah dihadapkan dalam kondisi disergap, Ellie harus memilih salah satu. Mengubah hologram visionnya menjadi mode menyerang, tetapi tidak bisa melakukan hacking atau tertangkap. Jelas bukan dua pilihan yang bagus.

"Setelah ini aku akan bertemu Oslo di suatu tempat," kata Ellie memberitahu Astra. "Kau tidak perlu ikut, karena Oslo memintaku datang sendiri. Ada sesuatu hal yang perlu kujelaskan padanya."

"Kalau pria asing itu mengutarakan perasaannya padamu, aku akan menjadi orang pertama yang menentang itu."

Ellie memalingkan wajah, menyembunyikan senyum yang ia kembangkan tiba-tiba. Kemudian, gadis itu berpamitan kepada Astra karena seseorang sudah menunggunya. Ellie menghela napas. Setelah ini, keadaan nya pasti akan berbeda seratus delapan puluh derajat.

***

Lelaki yang bermainkan seruling sudah menunggu di sana. Seperti biasa, ia duduk di atas sebuah batu tinggi tak jauh dari Rain Castle. Hanya saja, nada serulingnya tidaklah sama. Kini, melodi yang dilantunkan mengisyaratkan kesedihan, amarah dan rasa bingung. Nada yang dapat membuat langit di atasmu mendung.

"Melodimu berbeda kali ini, Oslo," komentar Ellie begitu Oslo selesai memainkan musik. "Kau bisa saja memunculkan di kastil ini."

"Aku memang berharap begitu," katanya. "Hujan selalu melambangkan kesedihan dan curahan isi hati. Makanya aku ingin menumpahkannya. Aku lupa bahwa di balik cerita menarik yang dibawakan seorang pendongeng, bisa saja tersimpan kebohongan di dalamnya. Padahal, pendongeng itu baru saja menarik hati pendengarnya."

Ellie tertegun sebentar mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Oslo. "Kau menyadari kedokku?"

Oslo tersenyum pahit. "Tadinya aku berpikir kau orang yang berbeda Ellie," lanjut Oslo memalingkan wajah. Ia memandang ke arah yang lain. "Rupanya kau memang seorang penipu. Aku adalah orang bodoh yang tertipu omongan gadis cantik sepertimu. Harusnya aku membiarkan Runefall menangkapmu dan rekanmu itu. Namun—"

"Kau tidak bisa melakukannya?" Potong Ellie cepa-cepat.

Amarah Oslo memuncak. Ia mengepalkan kedua tangannya berusaha agar tidak terjadi pertengkaran dengan lawan bicaranya. Ketika tak sanggup menahan dengan fisiknya, Oslo berteriak. Kencang sekali. "Itu karena aku menyukaimu, Ellie!" pekik Oslo. "Namun, kau justru menyakiti hatiku. Sekarang, jelaskan padaku siapa kau sebenarnya."

Masquerade of The GuiltyWhere stories live. Discover now