17 - PERSUADE

2.6K 283 9
                                    


MASA KINI

Acha membuka lemari etalase yang berisikan koleksi boneka sapinya. Setiap dua minggu sekali, Acha punya rutinitas untuk menghitung semua boneka sapinya dan mengecek kelengkapan semua peliharaannya.

"Jero ada, Nomi ada, Kikey ada, terus... Mimi ada, Poni ada. Dan..."

Acha menyipitkan matanya, memperhatikan baik-baik deretan boneka sapinya.

"Aje juga ada!" seru Acha puas melihat semua boneka sapi di etalase pertamanya lengkap.

Acha membalikan badan dengan senyum merekah. Ia pun segera mengambil handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Pagi ini, Acha ada kuliah pagi.

****

Acha berangkat kuliah sendiri, sejak lima hari yang lalu, Iqbal tidak bisa menjemputnya. Jadwal Iqbal cukup padat, apalagi sejak Iqbal sering dimintai bantuan Prof. Tomi membuat Acha dan Iqbal harus berangkat dan pulang sendiri-sendiri.

Acha tidak langsung masuk ke kelas, Acha mampir terlebih dahulu ke kantin. Acha ingin membeli cemilan, entah kenapa hari ini Acha ingin memakan sesuatu yang manis-manis. Ya, untuk menaikkan moodnya.

"Acha."

Acha menoleh ke arah suara panggilan. Acha melihat sosok Abdi melambaikan tangan ke arahnya dan segera mendekatinya.

"Hai, Abdi," sapa Acha ramah.

Abdi segera duduk di kursi sebrang Acha dan tersenyum lebar.

"Hai, Acha. Langit hari ini sangat cerah dan udaranya sangat segar pasti karena kebaikan hati lo, Cha," ucap Abdi tanpa tau malu.

Acha mengerutkan kening, bingung sekaligus shock mendengar gombalan receh Abdi. Dan, Acha sangat tau, jika Abdi sudah memujinya seperti ini, pasti ada udang dibalik batako.

"Mau minta bantuan apa?" tanya Acha tak ingin basa-basi.

Senyum di wajah Abdi semakin lebar.

"Nggak yang cowok, nggak yang cewek sama-sama punya insting bagus. Bangga gue bisa kenal lo dan Iqbal, Cha," puji Abdi sambil bertepuk tangan.

"Acha juga bangga dengan diri Acha sendiri. Acha juga selalu bangga sama Iqbal. Jadi, Abdi mau minta tolong apa ke Acha?" perjelas Acha.

Abdi menghela napas panjang, raut wajahnya berubah serius.

"Bantu bujuk Iqbal dong, Cha," pinta Abdi.

"Bujuk Iqbal buat apa?"

"Buat ikut tanding basket rector cup mewakili fakultas. Anak-anak paksa gue biar Iqbal bisa gabung. Lo tau, kan, Iqbal jago banget main basket. Iqbal harapan kita banget nih, Cha. Masa tahun kemarin kita udah kalah, tahun ini mau kalah lagi," melas Abdi.

Acha berpikir sebentar, tak langsung membalas.

"Abdi sudah coba minta ke Iqbal langsung?"

Abdi mengangguk.

"Sudah, Cha."

"Ditolak, ya?" tebak Acha.

Abdi mengangguk kedua kalinya.

"Ditolak telak gue Cha. Makanya gue minta bantuan ke lo. Siapa tau kalau lo yang bilang, Iqbal mau. Kan, Iqbal bucin banget sama lo."

OUR MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang