Chapter 86 ♗

225 38 9
                                    

Warning ‼️ : ➡️ (di comment section)

_________________

Posisi matahari akan menandakan waktu siang yang hendak menuju sore. Ini adalah momen yang sempat berlangsung sebelum kelompok Vetra mendatangi tempat Jorel. Palis masih bersuasana lengang nan tak berpenghuni. Memberikan kemudahan bagi kelompok Vetra untuk pergi dari tempat satu ke tempat lainnya. Namun mereka akan tetap senantiasa memasang kewaspadaan mereka.

Valias juga para mage tidak menyangka di hari ini, dalam waktu yang relatif pendek dan saling berdekatan berbagai macam hal mengejutkan sudah menyajikan diri mereka hingga beberapa dari mage itu mempunyai perasaan bahwa tidak akan ada lagi sesuatu apapun yang akan mampu membuat mereka terkejut. Mereka hanya mengikuti kemana Jowan, Vetra, dan Koubun mereka Jaeha pergi. Hingga mereka sudah ada pada detik dimana mereka akan memulai perjalanan mereka mendatangi lantai tertinggi Palis dimana Jorel berada sebagaimana yang sebelumnya dikatakan oleh sesosok remaja delapan belas tahun di antara mereka.

Kini pun remaja itu masih ada di dalam kelompok mereka beserta dengan kedua rekannya yang kini jumlahnya sudah bertambah satu lagi, atau juga bisa jadi bertambah dua. Kedua sosok baru itu sama-sama membawa pedang bersama mereka namun yang satu tampak begitu berbeda dengan yang satunya lagi. Yang satu bersurai cokelat dan tampak mengenakan suatu seragam, memiliki perangai dari seseorang yang biasa diberikan instruksi lalu akan menjalankan instruksi itu dengan baik. Sedangkan yang satunya lagi bersurai hitam dan berpakaian lusuh selayaknya anggota sebuah kelompok pembuat masalah.

Kelompok itu sedang beramai-ramai hendak menuju tangga yang akan membawa mereka ke lantai teratas setelah sebelumnya mereka keluar dari prasarana lift itu di posisi lantai keempat. Mereka melakukan itu atas rekomendasi dari Darius. Karena mereka belum tau akan tampak seperti apa lantai puncak dari Palis itu.

Ketika kelompok itu sedang beramai-ramai pergi menuju tangga itulah, Valias mendengar suara familiar seorang remaja di kepalanya.

"Ukh. Itu gila. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir aku mendapatkan penglihatan membabi buta itu. Kukira aku hampir kehilangan kewarasanku."

Langkah Valias langsung terhenti dan dia diam berdiri seraya meraih sisi kepalanya dengan satu tangan. Terhenyak sekaligus juga merasakan percikan-percikan kelegaan remaja itu akhirnya menunjukkan keberadaannya lagi. Dia tidak lagi dibuat mengkhawatirkan bagaimana keadaannya. "Valias?"

"Panggil aku Norra, Paman. Aku sudah memutuskannya. Kita harus mempunyai nama panggilan yang berbeda. Jangan panggil aku dengan nama itu lagi," Valias Bardev, Norra, berkata.

Valias sesaat terhenyak. Tapi dia tau kalau ada baiknya dia mengikuti sesuai perkataan remaja itu. "Norra. Apa yang tadi terjadi padamu?"

"Aku akan bilang kalau aku terlalu dibuat terkejut dengan penglihatan baru," remaja itu mendengkus. "Aku sudah lama tidak mendapatkan penglihatan seperti itu. Rasanya damai sekali. Aku sudah lupa kalau biasanya aku sudah tidak pernah memiliki kedamaian semacam itu."

"Aku terlena, lalu aku disadarkan. Rasanya aku baru saja mendapatkan pukulan keras di wajah."

Valias terdiam. Lantas kemudian merasa dirinya mengerti apa yang dimaksud Norra. "Penglihatan, maksudmu tentang masa depan?"

"Benar. Tapi seingatku tidak ada satupun dari mereka yang berkaitan dengan mage-mage ini. Kita harus bergantung pada taktik kita sendiri." Norra menjawab.

"Paman punya rencana untuk para mage ini menghadapi Gubernur mereka itu?"

Valias mengira-ngira. Apapun rencana itu, pada akhirnya itu akan tetap menjurus padanya meminta Kei untuk meminjamkan kekuatannya.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang