Chapter 87 ♗

202 45 2
                                    

Cw: ⚠️ kekerasan yang bisa bikin ngilu ⚠️

Yoggu's note: things are going to be all shocking and would make you flabbergasted

Translate ➡️ hal-hal di sini akan membuat Anda syok dan akan membuat Anda kehilangan kata-kata 🤌🏼

________________

Kedua tangan Vamir berada di depan hidungnya seraya dia meringis dan merintih kesakitan bahkan menitikkan air mata karena bisa jadi tulang hidungnya retak. Sedikit darah sukses keluar dari sebelah lubangnya. Dia masih berkutat dengan rasa sakit tapi harus dia sadari juga kalau dia telah kehilangan tongkat sihirnya. Batu permata yang ada di sana berfungsi membantu mage memfokuskan aliran mana untuk kemudian mana dan mantra bersimulasi membentuk reaksi sihir ilmiah. Tanpa tongkat sihir itu dia tidak bisa membuat sihir.

Kedua mata Jorel membelalak.

Siapa anak muda ini?

Apa itu yang menyelubungi pedangnya? Itu... bukan hasil mantra. Apa itu?

"Argh." Jorel mengerang merasakan pergelangan tangannya diremat dengan begitu kuatnya. Dia lihat rupa pemuda yang meremat tangannya itu. Tampak lebih muda dari Vamir, sorot matanya benar-benar diselimuti oleh emosi marah juga benci yang bisa membuat orang yang melihat sosoknya bergidik. Begitupun Jorel yang seketika tau kalau pemuda itu sedang menahan diri dari barangkali meremukkan setiap tulang yang dia punya.

"Dari mana kau berasal? Pedang macam apa itu yang kau gunakan, dan apa yang menyelubungi pedangmu itu?" Jorel masih sempat untuk mengutarakan rasa keingintahuannya. Mengesampingkan situasi yang dimilikinya.

"G- Gubernur." Vamir mati-matian berusaha untuk mampu mengucap dan mendekati Jorel. Tapi sebuah pedang yang tajam diayunkan hingga bagian ujungnya mengarah padanya. Dia menangkap apa maksud dari gestur itu.

Jorel memandangi pergelangan tangannya yang diremat kuat oleh tangan seseorang. Dia kembali memandang wajah pemuda yang merupakan pemilik tangan itu.

Ujung matanya menyadari kelompok mage muda yang melawannya itu kini sudah terlepas dari efek batu Orba nya barusan dan kini sedang mulai dalam perjalanan mendekat ke arahnya.

Dia mendecakkan lidah lalu menggunakan satu tangannya merogoh saku di balik pakaian besarnya. Begitu tangannya sudah keluar dari balik pakaiannya itu tampak kedua jari telunjuk juga jempolnya sudah mempunyai sesuatu menyerupai butir kelereng terapit di antara mereka. Jorel membawa objek itu ke mulutnya lalu dia menelannya.

Kei mengernyit melihatnya dan memindahkan posisi tangan kirinya yang mencengkeram tangan Jorel menjadi mencekik leher mage tua berumur di atas seratus tahun itu. Kedua mata Jorel melotot. Entitas yang tadi dia telan itu masih ada di tenggorokannya. Cekikan Kei membuatnya tertahan di sana.

Sial, itu membuat tenggorokanku sakit. Padatan butir bunuh diri itu besar, tahu!

Jorel dan Kei saling bertukar perang mata yang intens, Jorel menjadikan itu kesempatannya untuk mencolok kedua mata Kei dengan kedua ujung jari kirinya.

Di saat Kei merasakan syok akibat matanya yang habis dicolok di situlah tangan yang dia gunakan untuk mencengkram leher Jorel menekuk. Dan Jorel memanfaatkan momen itu untuk mematahkan paksa sikut pemuda itu.

Kedua mata Kei melotot. Dia menahan sakit hingga dia menjatuhkan pedangnya dan berlutut merintih mengerang menopang tangan kirinya yang patah.

Vetra dan yang lainnya melihat apa yang terjadi barusan. Banyak dari mereka memekik syok melihat apa yang barusan terjadi pada tangan Kei. Vetra di tempatnya meneriakinya. "Tuan Kei!!"

Jorel melihat kelompok mage muda itu yang sebentar lagi akan sudah semakin mendekat ke arahnya. Dia berdecak lagi lalu menghajar sisi kepala Kei di bagian telinganya dengan menggunakan lututnya. Dengan cukup mengejutkannya mage tua itu punya cukup kekuatan fisik untuk dia bisa menghajar pemuda itu hingga Kei tersungkur ke samping masih dengan memegangi tangannya yang patah.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now