06: Nijiro

302 36 23
                                    

YOU POV

Aku pandangi langit senja yang berada di ujung cakrawala saat diriku menggandeng mesra lengan kekasihku bernama Yuki Yamada. Sesekali aku menoleh untuk memandangi wajah tampan kekasihku yang berpadu mesra dengan cahaya sore keemasan. Aku hentikan langkahku untuk mengambil handphone milikku lalu membuka aplikasi kamera.

Aku ajak kekasihku tersebut berswafoto tanpa mengatakan apapun yang memancing tindakan gemas Yuki mencium pipiku mesra. Momennya sangat bertepatan saat aku tekan tombol "capture" di handphone milikku. Menciptakan foto paling indah dan terlihat begitu bahagia dalam hidupku.

Wajah kami yang disinari cahaya emas dengan senyuman manis penuh kebahagiaan terpatri di wajahku serta kecupan mesra Yuki di pipiku, membuat foto yang kami ambil terlihat lebih indah ketimbang pemandangan senja dihadapan kami. Refleks aku menoleh ke arah Yuki untuk mengatakan, "Sekali lagi!" ajakku memancing Yuki dekatkan wajahnya hingga menempel dengan wajahku lalu tersenyum ke arah kamera handphoneku. Yuki sampai harus menundukkan tubuhnya agar wajah kami terlihat sejajar dalam foto tersebut.

Tak hanya satu foto yang aku ambil untuk momen langka ini. Aku menoleh ke arah Yuki untuk mencium pipinya balik agar dapat aku abadikan momen tersebut dalam bentuk foto, tak lupa dengan momen manis setelahnya saat kami tertawa malu atas kemesraan random ini. Sempat aku berbisik, "Love you!" pada Yuki sebelum aku berlari menuju halte bus yang berada tak jauh dari kami.

Mendapat ungkapan yang begitu mendadak, memancing Yuki ikut berlari untuk mengejar diriku yang tertawa menjauhi darinya. Namun, dengan mudahnya Yuki tangkap dan bawa aku ke dalam pelukannya erat. Tak peduli walau di tengah keramaian kota dan tanggapan orang lain atas hubungan kami. Yang jelas, aku sangat mencintai lelaki di hadapanku ini. Aku elus wajah Yuki sambil aku pandangi wajah kekasihku tersebut dengan mata yang berkaca-kaca, aku sebenarnya ingin sekali menanyakan hal ini pada Yuki sejak lama.

"Jika lingkungan itu menculik ku kembali, apa yang akan oppa lakukan?" tanyaku ditujukan pada DERIUM selaku lingkungan yang telah menghancurkan hidupku. Bukan tanpa alasan, aku tiba-tiba mengungkit masalah ini di tengah kemesraan kami. Aku memiliki firasat yang buruk mengenai pernikahan kami dan aku yakin DERIUM tak akan menyerah begitu saja atas diriku.

"Akan aku bunuh mereka semua karena telah mengambil calon istriku!" jawab Yuki dengan nada menggemaskan agar tak terlihat marah di depan orang lain yang berlalu lalang di sekitaran kami. Aku ajak Yuki semakin menepi di tembok depan sebuah toko yang menjual roti lalu menggenggam tangannya erat.

"Jika mereka berhasil menculik ku kembali, akan aku kirimkan surat pada oppa secara diam-diam. Aku hancurkan dulu lingkungan tersebut dari dalam, setelah waktunya tepat kita bunuh semua orang yang telah merusak kebahagiaan kita, oppa!" ucapanku terdengar seperti ajakan melakukan kejahatan yang mampu membuat Yuki tertawa karena gemas. Lelaki itu cubit pipiku saat ia menanyakan, "Apa setelah bertemu dengan mereka, kau masih memilihku, Y/n?" sukses membuat jantungku berdegup semakin kencang.

Langsung aku jawab pertanyaan Yuki itu dengan nada yang sangat yakin, "Tentu saja oppa, aku mencintaimu dan aku ingin memiliki anak darimu!" ucapku semakin memancing tawa dari Yuki. Namun tawa kali ini terdengar begitu mengerikan seolah memiliki arti yang sangat mendalam. Yuki pandangi wajahku dengan senyuman yang perlahan luntur dari wajahnya.

"Jika kau ingin memiliki anak dariku, kenapa masih kau minum pil KB dari Korea?" pertanyaan Yuki itu seperti petir yang menyambar ku di sore hari yang cerah. Napas ku tercekat seiring berusaha aku alihkan pandanganku ke arah lain. Semakin memecah tawa paksa dari kekasihku tersebut, tangan Yuki mengelus perutku dengan gerakan yang lembut.

"Andai saja kau tak meminum pil itu, dapat ku pastikan kau sedang hamil anakku saat ini!" ucap Yuki tak henti memberikan senyuman penuh arti padaku. Sebelum mengajakku menaiki bus yang telah sampai di halte yang kami tuju. Jantungku terus berdegup kencang pertanda rasa takut mulai memenuhi diriku setelah sekian lama aku merasa sangat nyaman berada di samping Yuki.

Yuki minta aku naik duluan ke atas bus tersebut, suasana bus yang sangat ramai membuat tubuhku harus bersenggolan dengan tubuh orang lain hingga ku temukan sebuah spot yang cukup untuk diriku dan Yuki yang berdiri tepat di belakangku. Yuki begitu sibuk melindungi tubuhku agar tak tergencet oleh sesaknya bus tersebut, sementara diriku semakin diliputi perasaan terkejut saat menyadari siapa lelaki yang duduk di hadapanku saat ini.

Lelaki itu mendongakkan kepalanya seiring senyuman manis yang ia berikan padaku setelah mengetahui diri yang berdiri tepat di samping bangkunya kini. Jantungku semakin berdegup kencang saat lelaki itu bangkit yang membuat wajahnya tepat berada di hadapanku. "Duduklah!" dengan suara berat yang terdengar khas, Nijiro berikan tempat duduknya padaku seiring senyuman penuh arti yang ia berikan untukku.

Namun, senyuman di wajah Nijiro perlahan luntur saat melihat tatapan tajam Yuki yang berdiri di belakang tubuhku. Lelaki itu alihkan pandangannya ke arah lain seiring Yuki tuntun aku duduk kursi yang sebelumnya Nijiro duduki. Aku sempat menatap mata Yuki sebentar yang terus menatap tajam ke arahku. Sekarang, amarah benar-benar tergambar jelas di wajah kekasihku tersebut seiring tangannya yang mengepal keras.

Aku telan ludahku dengan susah dan hanya bisa menundukkan wajahku sepanjang bus ini berjalan. Aku sadar benar atas tatapan yang Nijiro berikan padaku di depan sana. Ia sengaja memposisikan berdiri di barisan depan agar dapat menatapku secara diam-diam di tengah keramaian ini. Bahkan setelah aku beranikan diri menatap balik matanya, Nijiro berikan senyuman manis yang mengandung banyak arti.

Rambutnya terlihat semakin panjang, pipinya yang tak lagi tirus seperti biasanya, serta kumis dan jenggot yang tumbuh subur di wajah lelaki itu. Cukup menggambarkan betapa kacaunya keadaan lelaki itu saat ini. Namun terlihat binar di matanya saat menatapku dari kejauhan dengan senyuman yang terus terukir di wajahnya.

Aku ingin sekali membalas senyuman Nijiro sehingga tanpa sadar ujung bibirku terangkat sedikit sambil terus menatap lelaki itu dari kejauhan. Namun, Yuki yang berdiri tepat di sampingku sengaja mendekat untuk membisikkan, "Alihkan pandanganmu!" perintah lelaki itu yang memancing diriku menatap mata Yuki di sampingku.

Lelaki itu usap puncak kepalaku dengan lembut sambil mengulaskan senyuman puas di wajahnya. "Good girl!" puji Yuki begitu pelan. Aku hanya bisa memejamkan mataku saat lelaki itu usap wajahku dengan lembut, aku yang ingin meredakan amarah lelaki itu pun sengaja membuat gesture manja pada Yuki. Sambil sesekali mendongakkan kepala untuk memberikan senyuman pada Yuki hingga tibalah kami di halte tujuan kami. Yuki ajak aku turun dengan terus menggandeng tanganku erat.

Sementara Nijiro ikut turun di halte yang sama dengan kami. Sadar atas keberadaan Nijiro yang berjalan di belakang kami, Yuki berucap tanpa menatap sedikitpun mataku yang berjalan beriringan dengannya.

"Untuk masalah pil KB, oppa masih bisa memaafkannya. Tapi untuk perihal Nijiro, oppa ingin sekali memukul wajahnya detik ini juga!" yang memancing tindakanku berusaha menenangkan lelaki itu sambil menoleh ke belakang. Tepat ke arah Nijiro yang mengikuti kami secara terang-terangan. Aku ambil handphone milikku setelah kepikiran satu tindakan yang mungkin akan meringankan ketakutan Yuki atas pengkhianatan ku.

"Oppa, bagusnya aku upload foto yang mana ya?" sambil aku membuat gesture mesra dengan menempel di tubuh Yuki sambil mengajaknya melihat ke berbagai foto yang ingin aku upload ke akun instagram milikku. Foto yang akan aku upload adalah foto sebelumnya kami ambil bersama. Untuk akun instagramnya, aku masih menggunakan akun instagramku yang lama setelah menghapus fotoku bersama Haechan dan Jaemin. Beruntungnya aku masih bisa masuk ke akun instagramku tersebut.

"Meng-upload foto saja tak cukup untuk mengakui bahwa kau milikku Y/n. Aku harus menikahi mu secepatnya karena para bedebah itu semakin terang-terangan menarik mu kembali pada mereka. Jadi, apakah kau masih mencintai Nijiro?" tanya Yuki dengan suara yang pelan namun masih bisa ku dengar jelas. Aku gigit bibir bawahku lalu memasukkan kembali handphone milikku ke dalam celana.

"Tidak oppa, aku mencintaimu seorang!" tuhan, aku takut banget atas amarah Yuki. Namun, aku lebih takut kedua kelaki itu terlibat perkelahian lagi. Hingga tibalah Yuki di sebuah gang yang sepi, lelaki itu menoleh ke arah belakang. Niat hati ingin menanyakan maksud Nijiro yang mengikuti kami, tapi lelaki utu ternyata sudah tak berada di belakang kami. Syukurlah!

"Oppa ingin kau membakar semua obat KB itu!"

TBC

Double update ga sehh

DERIUM (Season 2) Where stories live. Discover now