09: Cincin

439 49 56
                                    

YOU POV

Aku sempurnakan make up di wajahku menggunakan setting spray lalu mengibas-ngibaskan kedua tanganku di depan wajah. Sambil menunggu spray tersebut meresap di kulit wajahku, aku menoleh ke arah Yuki oppa yang terlihat kesusahan memperbaiki bajunya yang tersangkut di celana bagian belakang.

Aku mendekat ke arah lelaki itu lalu membantunya merapikan penampilannya. Sempat aku rapikan pula kerah baju Yuki oppa sebelum mengelus dadanya pelan. Aku mendongak dengan senyuman yang terus terukir di wajahku, "Rambut oppa mau diginiin aja?" tanyaku.

Tanganku terulur mengelus rambut halus milik Yuki sebelum lelaki itu menjawab, "Lebih tampan dibiarkan seperti ini, seperti oppa korea atau dipakein pomade?" tanya lelaki itu balik, sukses memecah tawaku pelan. Aku elus wajah Yuki yang memar lalu menjawab, "Bagus di atur menggunakan pomade dong, biar keliatan lebih tegas dan berwibawa!" jawabku kemudian mengambil pomade lelaki itu yang berada di atas meja riasku.

Aku ajak Yuki duduk di kursi meja rias dalam kamar kami. "Mau gaya rambut seperti apa, oppa?" tanyaku lagi sambil menatap lelaki yang memejamkan matanya di hadapanku ini.

Yuki pun menjawab, "Seperti kemarin saja, dikebelakangin semua". Aku anggukkan kepalaku dan mulai menatap rambut kekasihku ini. Hampir setiap hari aku mengurus segala keperluan lelaki ini, termasuk merapikan tatanan rambut Yuki agar penampilan lelaki itu terlihat lebih berwibawa dari sebelumnya.

Disaat aku rapikan bagian belakang rambut Yuki, lelaki itu bertanya, "Jadi tak boleh cium lagi ya setelah menggunakan lipstick?" sukses membuatku tertawa pelan di belakang tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disaat aku rapikan bagian belakang rambut Yuki, lelaki itu bertanya, "Jadi tak boleh cium lagi ya setelah menggunakan lipstick?" sukses membuatku tertawa pelan di belakang tubuhnya.

Yuki yang melihat ekspresi malu dari pantulan cermin di hadapan kami pun ikut tertawa pelan sebelum ku ubah posisi menjadi berdiri di samping tubuh Yuki untuk mengecup pipinya secara tiba-tiba.

"Lengket sayang!" ucap lelaki itu sambil membersihkan bekas lipstick milikku yang menempel di pipinya. Aku pun tertawa semakin kencang lalu berusaha menghindar saat Yuki ingin membawaku ke dalam pelukannya.

Sungguh, aku senang sekali menggoda lelaki ini, apalagi saat mendengar tawa menggemaskan dari kekasihku tersebut. Rasanya, aku bisa menghabiskan seluruh hidupku hanya bersama lelaki ini.

"Lipsticknya dihapus dong, biar oppa bisa menciummu setiap saat." bujuk lelaki itu yang langsung aku jawab dengan gelengan kepala. "Nanti pucat kalau aku tak pakai lipstick oppa!" Yuki akhirnya berhasil membawa tubuhku ke dalam pelukannya.

"Pakainya tipis aja. Nanti kalau terhapus saat oppa menciummu, tinggal kami pakai ulang!" pinta Yuki tak gentar meluluhkan diriku.

Di saat kami tenggelam dalam kemesraan yang kami bangun, pintu kamar kami seperti di ketuk dari luar seiring panggilan dari nenek terdengar lembut, "Yuki, Y/n, teman kalian sudah menunggu di depan!".

Langsung kami hentikan kemesraan ini dan mengambil seluruh barang kami lalu turun menuju ruang tamu rumah nenek. Tak lupa aku bawa handphone, parfume, lipstick, tisu, dompet dan berbagai perlengkapan wanita lain dalam tasku. Namun, Yuki bahkan tak biarkan aku membawa tasku sendiri, ia masukkan dompet miliknya ke dalam tasku lalu melingkarkan tas wanita itu di pundaknya sementara tangan yang lain terus menggenggam tanganku erat.

DERIUM (Season 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang