Satu

1.4K 131 42
                                    


Udah siap baca kelanjutannya?

Divote dan komennya dulu, dong!!

Mari kita lanjut membaca!!

***

1. Bianca Bunuh Diri




Matahari telah menunjukkan dirinya dengan malu-malu, pertanda pagi akan segera tiba dengan disambut oleh sinar nya.

Perlahan kelopak mata itu terbuka, mendengar suara alarm yang berbunyi. Lantas tangannya dengan acak meraih benda tersebut yang terdapat diatas nakas. Mematikan nya dengan kasar, menaruhnya kembali, dan melanjutkan sesi tidurnya yang baru saja terganggu.

Siapa suruh membuat keributan, dipagi buta, dirinya kan masih dalam mode mengantuk.

Penghuni ranjang itu menarik selimut tebalnya, memeluk guling nya dengan tenang.

"LANGIT, KAMU INI KENAPA BELUM BANGUN? UDAH JAM 7 LEWAT LOH!"

Pemuda yang tengah bergelung dibalik selimut itu meringis kecil. Mendengar suara teriakan yang paling ia kenali. Langit, mendesah. Lantas dengan terpaksa turun dari tempat tidur nya.

"Bukannya kamu pasang Alarm, kenapa nggak bangun?" Sosok wanita paruh baya berkacak pinggang menatap tajam kearah nya. Dengan suara khas cerewet yang selalu mengisi pagi seorang Langit Setraperkasa- anak bungsunya.

"Mati, Bunda," kata cowok itu menurut mulut nya-menguap, karena masih mengantuk.

"Duh! Kamu itu udah gede loh, Langit. Kenapa nggak di benerin?"

"Kata siapa Langit masih bayi, Bunda?" gumam cowok itu yang masih terdengar di telinga Sari. Alhasil setelah nya, Langit meringis karena mendapat jeweran dari wanita itu.

"Ah, sakit Bunda-"

"Mangkanya, kalau dibilangin jangan ngejawab," ucap wanita paruh baya setelah melepaskan jeweran pada telinganya.

"Iya-iya Bunda, maaf." Setelah nya cowok jangkung itu segera beranjak ke kamar mandi, atas perintah sang Bunda tentunya.

Langit menyelesaikan acara mandinya, setelah rapih. Cowok itu bergegas untuk turun, menuju meja makan.

"Sarapan yang banyak, biar tambah gede."

"Langit udah gede kali!!" gumam cowok itu merotasikan bola matanya.
Ayahnya selalu saja seperti ini, merasa jika anak bungsunya masih seperti anak kecil.

Bima lantas terkekeh melihat ekspresi pada wajah putranya. Pria paruh baya yang masih terlihat menawan mesti sudah berumur.

Pria yang menjabat sebagai- kepala rumah tangga adalah seorang pengusaha tambang Emas yang berada di Kalimantan. Namun, keluarga Langit justru tinggi di Jakarta, tepatnya Jakarta Pusat. Itu karena keinginan sang Istri, jadi Bima tidak akan bisa menolaknya.

Ayahnya itu terkenal pengusaha kaya, sering disebut-sebut dilayar kaca- namanya. Hanya saja karakter Bima yang kerap sekali tak sesuai ketika diluar. Pria paruh baya itu selalu menunjukkan sisi dingin dan tegas nya di depan publik, tidak seperti saat berada dirumah. Seperti sekarang, selalu menasehati Langit, memberikan wejangan dan segara kata-kata motivasi, sering kali juga menggoda sang istri.

"Bunda cantik banget hari ini," tuturnya tersenyum menggoda kearah sang istri.

Tuhkan, apa kata Langit? Baru saja dibilangin, Ayahnya sudah berulah.

"Berarti kemarin nggak cantik?" ujar wanita paruh baya itu memberikan tatapan tajam, membuat si suami terkekeh geli.

"Selalu cantik tiap hari," kata Bima seraya mengusap pipi Sari yang berada disampingnya.

SMA BATAVIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang