Empat

611 72 18
                                    

Kangen sama F4 kw dan Pelangi nggak nih?

Siap-siap kita bakal menuju hal-hal yang....
Hayo yang apa?

Eis, baca aja yah kalau kepo!!
Pasti kalian udah kangen sama mereka, apalagi sama akang Langit yang kecheee😍😍

Sebelum itu, jangan lupa tinggalkan jejak, sebagai apresiasi dengan tulisan ku.

Vote🔥

Komen👻

Mari marii kita membaca!!

***

4. Kasus Bianca Abiguel




Seperti yang sudah di ceritakan Pelangi kemarin. Perkataan itu jelas terngiang-ngiang dikepala nya. Apalagi soal dia yang Pelangi maksud.

Awalnya memang Bumi tidak percaya yang dikatakan oleh gadis itu. Tapi dari tatapan Pelangi dan juga kata-kata gadis itu, menunjukkan keseriusan.

Pantas saja, Bumi sering kali memergoki Pelangi yang tengah melamun tanpa sebab, terdiam saat berjalan. Tapi cowok itu tak tau penyebabnya karena apa, jika ditanya Pelangi selalu beralasan tidak apa-apa.

Hingga membuat cowok bersurat abu itu tidak bisa tidur semalaman.
Alhasil Bumi sekarang nyaris berangkat kesiangan. Untung saja cowok itu mahir dalam mengendarai Kawasaki ninja hijau nya.

Sampailah tiba tepat pukul 07.25, untung saja gerbang sekolah nya belum di tutup. Setelah memarkirkan helm nya cowok itu membuka helm, lantas menaruhnya diatas motor.

Jangan khawatir semua siswa-siswi Batavia yang membawa kuda besi dilengkapi dengan helm nya akan aman disana, karena satpam akan nangkring diparkiran ketika bel berbunyi. Salah satu kenyamanan bersekolah di Batavia, tidak perlu khawatir soal helm.

Bumi menghembuskan napasnya lega. Cowok penyuka olahraga basket itu lantas menyampirkan tas ransel nya dibahu kirinya. Berjalan menuju lobi untuk ke koridor kelas. Namun, saat ini tidak ada keberadaan empat temannya, yang biasa nangkring di depan lobi. Mungkin karena sebentar lagi bel masuk.

Cowok itu segera menarik tungkainya menaiki undakan tangga.

"Tumben telat, bro!!" sapa seseorang ketika dirinya baru saja menapaki kaki di kelas. Bumi mendapati sosok pemuda berkulit putih dengan lesung pipinya. Namanya Jaya, teman satu kelasnya. Cowok berlesung itu juga anggota basket, sama seperti Bumi.

Bumi mengangguk sebagai jawaban, cowok berambut abu itu lantas menerima tos sapaan dari Jaya, yang tadi mengulurkan tangannya.

Cowok yang kebanyakan tingkah itu sedikit mencuri perhatian teman sekelasnya. Karena tidak biasanya Bumi melengos begitu saja ketika memasuki kelas. Biasanya cowok itu akan menyapa semua anak perempuan dikelas, mengedipkan mata, atau melontarkan sekadar gombalan buaya nya.

Tapi sepertinya nya untuk hari ini tidak. Wajah Bumi terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Bumi Idgar_ Cowok yang satu kelas dengan Pelangi. Terkenal dengan sikapnya yang sering membawa tawa, lewat candaannya. Terkenal dengan gelar playboy Batavia— yang tamvan. Tukang gosip, dan ribut sama Api. Cowok yang memiliki tinggi 179 cm itu termasuk anggota tim basket Batavia, bersama Api. Bumi suka sekali mengganti warna rambutnya. Cowok yang seperti tokoh wattpad itu memiliki iris coklat nyaris seperti Silverqueen ketika meleleh, dipadukan dengan kulit nya yang putih pucat. Rambut Abu nya kini bermodel potongan Two block, perpaduan antara undercut dan french crop. Tapi— nanti akan berganti warna lagi.


"Belum ada guru, ya?" kata cowok itu melemparkan pertanyaan pada gadis berjepit kupu-kupu yang berada di sebrang mejanya, deretan kedua dari belakang. Ya, Bumi tentu saja duduk di kursi paling belakang. Bumi, bukan tipikal cowok ambis ya. Dia juga sadar diri kok, nggak pinter.

"Iya, lo kesiangan?" Setelah mengangguk, Pelangi balas melemparkan pertanyaan pada cowok itu.

"Gue nggak bisa tidur, gara-gara perkataan lo kemarin!" sarkas cowok itu berdecih pelan.

"Ngapain di pikirin!" balas Pelangi kembali memfokuskan pada buku ditangannya. Bukan buku pelajaran, melainkan buku novel bergenre fiksi remaja favorit nya.

"Heh, masalah nya itu bikin kita semua kaget ya. Gue juga masih bingung, percaya atau nggak," decak Bumi dengan nada tinggi tetapi seperti orang berbisik. Cowok itu juga mencondongkan dirinya agar lebih dekat pada Pelangi.

"Masa iya lo bisa liat setan!"

"Bumi! Jangan keras-keras, mereka bisa denger," ujar Pelangi yang kini sudah berdiri didepannya. Tangan gadis itu terulur menutup mulut si pelaku.

Cowok bersurai abu-abu itu membulat keduanya matanya. Perlahan tangannya menurunkan tangan Pelangi.

"Jinjja?!" pekik Bumi dengan aksen bahasa Korea nya. Cowok itu dengan cepat menutup mulutnya rapat-rapat. Matanya menelisik tiap sudut kelas dengan tatapan gelisah.

[Jinjja: benarkah, serius, atau sungguh.]

Seketika bulu kuduknya merinding mendengar penuturan gadis berjepit kupu-kupu barusan.

Oh ayolah, cowok itu memang gemar sekali menonton drama Korea. Hingga refleks nya bisa terbawa sampai kedunia nyata.

"Mereka ada disini?" tanya cowok itu berbisik ditelinga nya.

Bumi harus waspada, bisa saja mereka sedang berkeliaran dikelas. Kan cowok itu tak bisa melihatnya. Bagaimana jika mereka mendengar ucapan Bumi?

"Ada."



Dengan memicingkan matanya, cowok berambut abu itu menatap lurus pada gadis yang sekarang tengah berjongkok di depan sekolah. Tempat kejadian tempo hari kakak kelasnya bunuh diri.

Gadis pendek itu terlihat menggunakan sesuatu sembari melemparkan senyuman nya.

Setelah beberapa jam kelas berakhir, jam istirahat sekarang tengah berlangsung. Pelangi mengajak mereka untuk ikut ada sesuatu yang Pelangi ingin cari tau. Katanya mau menemui seseorang tapi sekarang malah berbicara seorang diri disana. Mereka berempat dilarang mendekat untuk sekarang, katanya takut keliatan dia.

Kurang lebih sekitar sepuluh menit, gadis itu mendekat kearah mereka. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang.

"Kenalin, dia temen-temen gue." Terlihat gadis itu berbicara dengan mata yang melirik kesamping, seraya menunjuk kearah mereka setelah nya.

"Lo lagi ngomong sama siapa?" Langit bertanya dengan kening berkerut.

"Dia, Bianca Abiguel," kata Pelangi sembari menunjuk pada sisi sebelah kanannya, yang tak ada apa-apa.

"Ngi, lo jangan bercanda! Itu nggak ada siapa-siapa," tukas Api dengan tatapan tak percaya seraya menunjuk ke samping pelangi.

"Mau sampai kapan? Sampe kalian liat setan, baru percaya sama gue?!" imbuh gadis itu merotasikan bola matanya.

"Gue cuma mau misi kita selesai. Pulang sekolah kita bahas, dirumah gue. Kalau nggak mau nggak usah ikut," lanjut gadis itu lagi.

Bumi melongo melihat ekspresi wajah Pelangi. Cowok itu tau sekarang pasti gadis berjepit kupu-kupu biru itu tengah merajuk.

"Kak Bin, jangan lupa nanti ikutin gue pas pulang sekolah. Tapi diparkiran, jangan sampe ketauan sama dia," ucap Pelangi yang kini menghadap pada samping kanannya. Gadis itu mengutas senyum tipis, sebelum kemudian menarik tungkainya pergi.

"Gimana Lang, menurut lo?" tanya Api yang kini menatap lekat pada Pelangi yang sudah hilang di belokan koridor. Gadis itu sepertinya akan menujunya kelas.

"Kita ikutin aja!"

***


Jangan lupa vote dan komennya!!

SMA BATAVIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang