1. memorial day

214 16 2
                                    

Sing baru saja pulang ke rumah.
Di rumah sangat sepi karena hanya ada dia dan adiknya. Mama dan appanya sedang ada kerjaan di luar kota, sing Leo dari pintu kamarnya yang tidak tertutup, waktu sudah larut tapi, adiknya itu masih belajar.

Sudah tujuh tahun mereka hidup dalam satu atap. Dua orang asing di pertemukan dan menjadi sodara. Walau hanya berstatus sodara tiri. Tapi, sing sudah menyayangi Leo seperti adik kandungnya sendiri.

Berbanding balik dengan Leo, yang sampai saat ini masih belum bisa menerima kehadirannya.

Sing masuk ke kamar. Setelah membersihkan tubuhnya sing berniat untuk tidur. Dia sudah lelah seharian beraktivitas di luar rumah

Tapi, niatnya untuk tidur harus di tunda karena ada yang menelfonya ?.

"Nihauo..." Sapanya.

"Nihauo. Datanglah ke Mansion malam ini juga. Aku menunggumu." Ucap seorang lelaki itu melalui telefon,

"MANSION...? jangan gila, aku tidak mungkin malam-malam seperti ini pergi ke Hongkong." Ucapnya.

"ANAK BODOi... siapa yang menyuruhmu ke Hongkong? Aku, ada di Korea." Ucap laki-laki itu begitu dingin.

"Tetap saja aku tidak bisa pergi malam ini juga!."

"Aku tidak perduli. Datang, atau rahasiamu akan aku bongkar!." Setelah mengucapkan kata terakhirnya peria itu menutup telfonnya.

Sing bersiap-siap untuk pergi.

Sebelum pergi.. sing menyempatkan untuk melihat apa adiknya itu sudah tidur, apa blm
Sing masuk ke kamar adiknya, Leo tidak menyadari jika sing masuk ke dalam kamarnya..
Leo, masih belajar padahal waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
"Knpa belum tidur ?.
Leo yang baru menyadari ada orang di dekatnya terhentak.
"Leo, ini sudah terlalu malam. Knpa blm tidur ?" Lirih sing
"Aku, bukan anak kecil lagi jangan mengaturku, kau bukan Hyungku. mengerti!?."

"Berhentilah, bersikap seolah-olah kau Hyungku.!"
Selalu saja seperti ini, Leo selalu bersikap dingin pada sing.

"Leo Jangan keras kepala." Bentak sing. Ahh dia sudah membentak adiknya.. "Leo, ini sudah hampir pagi,
Muka mu juga sudah terlihat pucat, istirahatlah aku, tahu kmu, pasti kecapean."
Leo menatap sing tidak perduli.

"Aku akan pergi ke luar." Ucapnya.

"AKU, TIDAK PERDULI. BAHKAN JIKA, KAU TIDAK LAGI PULANG KE RUMAH. AKU, JUGA TIDAK AKAN PERDULI. MALAH AKU, AKAN SANGAT SENANG SEKALI." Cetusnya.

" BERHENTILAH BERPURA-PURA PERDULI PADAKU, AKU TAHU SEMUA KEPERDULIANMU SELAMA INI HANYALAH PALSU. AKU TAHU KAU BERPURA-PURA BAIK DAN PERDULI PADAKU, HANYA UNTUK MENDAPATKAN CINTA DARI APPA... TAPI, ITU TIDAK AKAN PERNAH TERJADI!. OH.. IYA,, BAHKAN KAU JUGA SUDAH KEHILANGAN CINTA DARI AYAHMU KAN??...JADI, BERHENTILAH BERPURA-PURA PERDULI PADAKU." Ucapnya..

______________________________________
Mobil sport sing memasuki kawasan gamnam.

Entah karena alasan apa sing tidak tahu ?, Babanya itu membeli rumah di Korea
Dan sayangnya, rumah itu hanya diapakai untuk menyiksa anknya.
"Buang-buang duit saja."gumamnya.

Sesampainya di mansion sing di sambut oleh bodyguard yang sedang berjaga di sama.

"hannyonghaseyo."sapanya, sambil membungkuk.

"hannyonghaseyo." Balas para bodyguard itu sambil membungkuk.
"Selamat malam tuppan muda. Sapanya.
"Tuan sudah menunggu di dalam" ucapnya.

"Baik.." gumamnya. Sing masuk ke dalam Mension.

Sing masuk ke ruang kerja. Baru saja masuk dia, sudah di kagetkan dengan kegiatan mesum dua orang di sana.
Sing berdecih jijik, ini bukan kali pertamanya melihat hal seperti itu, tapi tetap saja menjijikkan di mata sing.

"I'm sorry. Aku mengganggu waktu Klian." Lirihnya.
Peria yg sedang asik dengan dunianya itu lantas menghentikan kegiatannya.

"Ohh.. kau sudah datang." Gumamnya.
Peria itu merapihkan pakaiannya yang berantakan, dan menyuruh wanitanya untuk keluar.dan kini hanya ada mereka berdua di ruangan kerja.

"APA MAUMU TUAN LOUIS.?" Lirihnya suaranya lembut tapi, mengintimidasi.

"APA KAU TiDAK DI AJARI CARA BERBICARA SOPAN, OlEH MAMAMU.?" Cetusnya.

"JANGAN BAWA-BAWA MAMAKU."
"Dia mengajariku dengan sangat baik, bahkan dia mengajariku agar tidak membencimu. Selorohnya.

"Jadi untuk apa baba memanggilku" kirinya.
"Deg" Louis terhenyak sesaat, saat mendengar kata-kata dari anaknya.
Dia tahu, sing itu sebenarnya lembut, hanya saja dia sering bersikap dingin karena tidak mau di anggap lemah.

Louis teringat alasanya memanggil anaknya itu. Anaknya ? Ya, tentu saja. Dia memang masih belum memaafkan putranya itu. Tapi, dia masih menggap sing anaknya.

"KAU INGATKAN HARI INI, HARI APA.?" Bentaknya.

Sing menelan lidahnya. Bagaimana sing bisa lupa, hari ini hari apa.? Dia selalu mengingatnya. Hari ini, hari di mana perseritaan hidupnya di mulai..
Hari di mana.. sing harus ke hilangan adik satu-satunya. Lebih tepatnya hari ini.. HARI PERINGATAN KEMATIAN ADIKNYA.

"Kau ingat hari ini, hari apa.?" Selorohnya.
Sing masih terdiam membeku dia tidak tahu harus berbicara apa...
Lalu sebuah tangan mendarat di pipi kanan sing. "Plakk..." Siapa lagi pelakunya ?, Jika bukan, babanya.

Tubuh sing mulai bergetar, dahinya juga sudah mengeluarkan keringat.
Sing mengerutukin dirinya.. mengapa fanik attacknya harus kambuh saat ini. Sing berkali menghindari babanya ke pintu. Louis melepaskan sabuk, dari pinggangnya. Sing berusaha membuka pintu tapi, tidak bisa.
"Pintunya sudah di kunci dari luar." Ucap Louis.

Louis mencekal tangan sing lalu membenturkan kepala sing ke tembok. Membuat sing ambruk ke lantai. Sing memegangi kepalanya yg pusing.

"BANGGUN!.." Bentak Louis.
Dengan sekuat tenaga sing berusaha untuk bangun.

"BUKA BAJUMU!." ucapnya.

Sing hanya pasrah, dia tidak bisa berbuat apa-apa mau melawanpun tidak ada gunanya. Sudah di pastikan malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk sing.




DEAR SING  || XODIAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang