55

610 47 0
                                    


  Seorang pemuda dengan senyum sumringah mulai turun dari motor besarnya menatap pagar menjulang tinggi yang ada di hadapannya dengan perasaan tidak dapat diprediksi. Kadang bibir itu tersenyum, kadang bersmirk lalu datar sebelum ia mengetuk pagar di hadapannya dengan kunci motor agar seseorang segera datang membukakan pagar.

  "Sebentar mas, saya datang."

  Seorang pria paruh baya datang tergopoh-gopoh dengan sapu ditangannya, pak Juan yang melihat seseorang familiar segera berseru senang dan membukakan pintu gerbang. Langit memeluk pak Juan sebentar sebelum mengatakan kalau dia datang untuk menjenguk Salsa yang sedang sakit.

  Pak Juan sekali lagi mengatakan kalau sekarang ini Salsa tidak tinggal dirumah, dirumah hanya ada Tuan dan istrinya. Sejak Salsa menikah itu Sammy juga jarang pulang, ia memiliki apartemen diluar dan tidur disana.

  "Lalu Salsa kemana paman? Paman tahu tempat tinggalnya?"

  "Tidak tahu Den Langit, kenapa Aden tidak tanya non Salsa-nya sendiri?"

  Sebenarnya pak Juan tahu, tapi dia hanya tidak ingin memberitahu saja. Ia tidak ingin mendapat amarah dari tuan-nya karena membeberkan rahasia nona-nya kalau nona-nya tidak memberitahu sendiri.

  "Dia tidak ingin memberitahunya paman, padahal saya sudah baik hati ingin menjenguknya. Apa tante Bella ada dirumah?"

  Jika Salsa dan pak Juan tidak ingin memberitahu, dia akan cari tahu sendiri.

  "Nyonya ada dirumah Den, silahkan masuk."

  Langit sudah membawa Buah-buahan dan roti untuk bingkisan ibu-nya Salsa. Awalnya semua itu untuk Salsa, namun karena cewek itu sulit berkata jujur maka ia akan membawanya untuk mencari tahu.

  Gerbang dibuka lebih lebar agar motor Langit bisa masuk, terhitung sudah satu setengah tahun lamanya Langit tidak main disini dan beberapa sudut sudah berubah menjadi mewah. Namun, Langit merasa ini tidak begitu buruk karena sebentar lagi dia akan tinggal disini setelah mendapatkan Salsa. Ya, sebentar lagi.

  "Pak, sebelah sana di bawah pohon mangga itu dirombak dan dibangun Gazebo kecil bergaya eropa. Jangan lupakan kolam ikan koi itu diubah menjadi air mancur yang indah dan tinggi."

  "Tapi Nyonya, kolam ikan itu sangat disukai non Salsa."

  "Mau membantah? Salsa tidak tinggal disini, untuk apa kolam itu ada? Sudah, ikuti saja apa yang ku katakan."

  "Tante Bella."

  Bella yang sedang berdiskusi dengan kepala pelayan di samping rumah langsung terkejut saat seseorang yang dulu Bella targetkan untuk menjadi salah satu suami Salsa ternyata muncul kembali. Dengan tampilan berbeda dan lebih tampan.

  "Wow nak Langit datang? Apa sudah lama berdiri disana?" Tanya Bella berjalan mendekati Langit yang menatap busana Bella dengan mata yang penuh keserakahan. Busana Bella terlihat mahal dibanding yang dipakainya satu setengah tahun lalu, dan Langit menduga kalau keluarga ini sudah sangat kaya.

  "Tidak tante, Langit disini ingin menemui tante. Apa kabarnya tante?"

  "Baik, ayo masuk dulu dan bercerita di dalam. Tidak baik panas-panasan disini," ujar Bella sembari tersenyum dan menggandeng Langit masuk namun Langit menahannya sebentar karena dia harus membawa barang bawaannya. "Ini ada buah dan roti buat tante."

  "Kenapa repot-repot? Dirumah tante tidak kekurangan apa pun, tapi tante akan menerimanya karena ini pemberian darimu. Ayo masuk dan minum-minuman segar."

  Langit mengangguk dan mengikuti Bella masuk, saat pintu tinggi itu dibuka Langit terbelalak dengan interior rumah yang jelas berbeda dan lebih mewah dibandingkan dulu. Setiap sisi adalah barang mahal yang berasal dari eropa, bahkan sofa di ruang tamu lebih lembut dan nyaman dibanding rumahnya.

  "Oh ya paman mana tan? Salsa mana kok nggak kelihatan?" Tanya Langit pura-pura tidak tahu kalau Salsa sudah tidak tinggal di rumah ini. Bahkan aktingnya ini Bella tidak menyadarinya.

   "Oh, paman lagi dikantor sedang cek keuangan perusahaan. Salsa sudah tidak tinggal dirumah ini, dia sudah pindah."

  "Pindah kemana tan? Ke rumah kakeknya atau..."

  "Tidak, masih di daerah sekitar sini. Dia ingin coba mandiri katanya, yaudah tante izinin. Anak gadis sebesar Salsa jangan terlalu banyak dimanja."

  "Dimana alamatnya tan? Langit sudah lama tidak bertemu Salsa, kangen soalnya."

  Bella terdiam sejenak dan perhatiannya teralihkan ke seorang pelayan yang datang membawa nampan berisi minuman dan berbagai macam cemilan. "Ayo diminum, dimakan. Jangan sungkan, anggap rumah sendiri."

  "Baik tan, terimakasih. Ngomong-ngomong tante semakin kaya ya hahaha..."

  "Iya hahaha....lalu bagaimana perusahaan ayahmu? Kenapa kalian malah pindah ke jakarta lagi?"

  Karena pekerjaan ayah Langit yang bangkrut Bella membatalkan rencananya menjodohkan Langit menjadi salah satu suami Salsa. Lagipula setelah kebangkrutan ayah Langit mereka tidak berhubungan lagi dan sekarang Langit tiba-tiba kembali dan pasti mereka ada rencana lagi di Jakarta.

  "Ya, ayah mencoba bangun perusahaan lagi sih tante. Langit nggak tahu bagaimana spesifiksnya tapi dua hari lalu ayah pernah bilang sama ibu kalau akan ada investor tinggi dari Amerika, nggak tahu kelanjutannya gimana. Kayanya sukses sih," ujar Langit menyeruput minuman di hadapannya dan tersenyum tipis. Bohong dikit nggak papa.

  "Wow keren, langsung bangun perusahaan lagi setelah bangkrut. Kali ini perusahaannya dibidang apa?"

  "Emm di bidang komputer sih tan, semoga bisa sesukses perusahaan keluarga  Herland ya tan?"

  "Ya, semoga saja. Tapi jangan mimpi bisa saingin ya? Hahaha...Perusahaan Herland itu sangat sulit buat dikalahkan, jadi main aman jangan coba singgung. Kalau tidak, kiet awas saja perusahaannya hancur hahaha...."

  Langit ikut tertawa saja mendengar penuturan Bella dan tidak menganggapnya serius. Lagipula, ayahnya tidak benar-benar sedang membangun perusahaan. Dan ya, ia ingin sekali perusahaan Herland berada dibawah kendalinya.

   "Dan ibumu, sekarang ibumu sibuk apa? Tidak mungkin kan dia hanya duduk dirumah? Tante sangat kenal dengan ibumu, dia sangat tidak suka berdiam diri dirumah. Suka bosan katanya."

  Langit sedikit tersedak tapi dengan cepat dapat menetralkan diri, ia pun mengedarkan pandangannya untuk dapat berpikir cepat," ibu sedang sibuk bangun brand tan, brand tas mahal katanya. Tapi ya, Langit nggak terlalu peduli bagaimana perkembangannya. Maklumlah Langit anak laki-laki tan, mana paham begituan."

  "Beneran? nama brand-nya apa..."

  Notif ponsel Salsa berbunyi dan gerakan mengoles salep di bahu Naufal harus berhenti sebentar. Setelah membacanya terdengar decakan dari bibir Salsa membuat Naufal tidak bisa menahan diri,"Dari siapa?"

  "Pak Juan, tukang kebun gue. Dia bilang kalau Langit datang kerumah mencari gue. Dia juga sempat mendengar kalau beberapa kali dia mencoba mencari tahu dimana alamat gue."

  Salsa semakin risih dengan tingkah Langit, ia jadi merasa kalau Langit sudah benar-benar berubah. Padahal dulunya kalau dia tidak mau mengatakan sesuatu Langit tidak akan mencoba mencari tahu lagi dan menunggu untuk dirinya sendiri yang cerita.

  "Dirumah lo ada orang emang?"

  "Ya, nyokap bokap gue sudah pulang. Setelah ini gue mau pulang sebentar."

 "Mau gue temenin?"

 "Nggak usahlah, nanti Langit mikir apaan lagi."

  


LOTUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang