"Ibu, apa Langit tadi menanyakan alamat rumahku?" Tanya Salsa setelah ayahnya pergi untuk mandi sebentar. Sekarang keempat perempuan ini berbincang hangat di rumah kaca belakang rumah yang ditumbuhi berbagai macam pot bunga yang dulu sangat Salsa rawat. Setelah kepergian Langit Salsa mengajak ibu dan dua temannya untuk kebelakang sekalian dia ingin menjenguk tanamannya. Salsa rasa, para pelayan disini sangat rajin merawat tanamannya.
"Dia tadi sangat berusaha, tapi tenang saja ibu dan ayah menjaganya rapat-rapat."
Salsa menghela nafas lega dan pandangannya teralihkan ke anggrek ungu yang berada di jangkauannya. Ia tiba-tiba ingat, anggrek ungu ini adalah pemberian kakaknya Sammy.
"Haloha, sepertinya gue datang diwaktu yang tepat?"
Semua orang mengalihkan pandangan ke sumber suara dan terlihat Sammy datang dengan Radit dibelakangnya. Melihat Radit Salsa hanya memutar bolanya malas, pasti dia sengaja datang karena kepo.
"Kenapa lo ikut? Nggak ada yang terima lo, pulang sono," usir Salsa membuat Radit menaikkan satu alisnya bingung, sepertinya dia tidak menyulut emosi Salsa hari ini. Kenapa cewek ini mengusirnya?
"Idiih ngusir, gue kan mau ketemu bunda gue. Ya nggak bun?" Tanya Radit mendekati ke Bella dan salim padanya.
"Kenapa kalian masih berantem terus, sih, nak Radit mana yang lain?"
Radit duduk disamping Bella seraya mengedarkan pandangannya ke seisi rumah kaca yang penuh bunga-bunga cantik. Jika Salsa menyukai bunga maka dia harus membelikannya juga untuknya dirumah mereka." Yang lain nggak tahu bun."
Salsa berdecak dan memutar bolanya malas mendengar kebohongan Radit. Jelas-jelas semuanya ada dirumah, bilangnya nggak tahu.
"Bang Sammy, bawa makanan nggak kesini?" Tanya Mila menaik turunkan alisnya.
"Bawa, banyak di dalam. Pas sekali kalian ada, makanan itu nggak akan terbuang sia-sia karena abang beli banyak hahaha...."
"Bang, pulang ada apa?" tanya Salsa membuat Sammy tertawa lebih keras.
"Tentu saja ketemu ayah, bukannya kemarin ayah baru pulang dari luar negeri?" Tanya Sammy melirik kearah bunda-nya yang sekarang sedang menatapnya juga,
●●●
Pukul 7 malam semua orang yang tersisa dirumah pergi bersama-sama ke kantor polisi setelah mendapat kabar bahwa yang mengeroyok Naufal kemarin sudah ditangkap dan sudah mengaku bersalah. Ayah Naufal, Herman yang sibuk diperusahaan menyempatkan hadir dan mereka berlima sama-sama melihat preman-preman yang sudah babak belur dibalik sel jeruji. Namun mereka hanya mengaku bersalah dan tetap tidak ingin menyebutkan siapa dalang yang membayar mereka."Tenang saja, mereka tidak akan tahan jika disiksa 24 jam dan akan segera mengaku," ujar polisi membuat ketua preman itu meliriknya tajam dengan mata merah. Jika orang itu benar-benar akan menepati janjinya untuk merawat keluarga mereka selagi mereka tiada nanti maka mereka akan bungkam sampai mereka mati dan tidak akan menyebut nama siapa pun.
"Mari kita bicara di depan, ada yang ingin saya sampaikan."
Mereka semua kembali ke depan dan langsung mendapati Salsa dan Radit yang baru memasuki kantor polisi.
"Apa benar sudah ditangkap?" Tanya Salsa tidak percaya, dia kira akan memakan waktu beberapa hari tapi tidak disangka hanya beberapa jam.
"Benar, kita dengar penjelasan polisi."
Semuanya berdiri mengerubungi polisi kecuali Herman dan Rei yang duduk dikursi. Polisi menjelaskan kronologi kejadian menurut analisa mereka dan identitas para preman. Salsa mendengarnya tidak percaya, ternyata orang itu sudah menghitungnya dengan cermat dengan membayar preman luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOTUS
Teen Fiction# Judul awal Secret husbands in school Tidak perlu dipercaya,hanya perlu dibaca untuk hiburan semata