☯︎00.06 Bad girl, katanya

21 8 0
                                    

TIDAK ADA!

***

"Apa boleh, aku memakai perban itu lagi?" tanya Chelsea dengan pertimbangan yang matang.

Semuanya terdiam, mereka menatap heran ke arah Chelsea dan sedikit bingung. Kenapa dia ingin menutup matanya lagi, jika boleh jujur mereka sangat menyukai pemandangan yang mereka lihat saat ini.

"Kenapa, apakah ada sesuatu?" tanya dokter Dinda, dan di anggukan kepala oleh semua orang.

"Tidak, hanya saja aku tidak terbiasa dengan tatapan-tatapan itu. Aku hanya ingin menyembunyikannya sementara waktu," jawab Chelsea sambil menatap dokter Dinda memohon.

Dokter Dinda tersenyum tipis sebelum menjawab, "Baiklah jika seperti itu, tetapi nanti setelah adzan Dzuhur," ungkap dokter Dinda.

Chelsea tersenyum manis, menanggapi hal itu.

Calvin menghela napas lega, dan berlalu dari sana tanpa pamit. Diikuti dokter Dinda yang pergi, sekarang hanya ada mereka berlima, Rully mengalihkan pandangannya ke arah samping karena tidak kuat melihat senyuman yang di tampilkan Chelsea. Begitu manis.

"Nama kalian siapa si?" tanya Chelsea tiba-tiba.

Dara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Kamu lupa?" tanya Dara memastikan, dan Chelsea mengangguk.

Chelsea tidak tahu nama mereka siapa saja, setiap berkumpul juga dia jarang memperhatikan mereka. Dia hanya memikirkan bagaimana hal ini bisa terjadi, tetapi dia memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Jaga-jaga jika kejadian itu terulang kembali.

"Mungkin, karena ingatan ku sedikit menghilang," balas Chelsea sambil terkekeh kecil.

Dara mengangguk, "Kenalan ulang ya, nama aku Dara Fathiya Rossiani, ini kakakku namanya Rully Amrullah Rajasa," terang Dara sambil menunjuk Rully yang berada di samping kanan.

"Idrus Marham, panggil gue Beno," timpal Idrus yang terlihat cool.

Sebastian maju satu langkah guna memperkenalkan diri, "Gue Sebastian gak pake nama panjang, panggil aja Tian atau Ian,"

"Tian? Namanya seperti tidak asing yah," gumam Chelsea, sambil menggaruk pipinya yang gatal.

"Masa sih, tapi kayaknya nama Tian itu jarang deh. Eh iya temen gue yang gak kesini, namanya Raditya Rafaza. Panggil aja Radit, tapi jangan Tya ya!" tambah Sebastian sambil melirik Rully, yang hanya diam saja sedari tadi.

Chelsea mengangguk, "Oke, terimakasih ya kalian semua sudah mau menemani ku di sini," ujar Chelsea tulus.

"Ya, itu sudah kewajiban seorang teman. Aku sama kamu itu satu sekolah dan masih kelas 10, nah mereka bertiga kelas 11 dan berbeda sekolah," jelas Dara.

Dara sebenarnya ingin terus berbicara, tetapi dia merasakan ada yang menarik tangannya pelan. "Ayok," ucap Sebastian pelan sambil melirik Rully  yang masih diam.

"Heh, apa itu pegang-pegang!" celetuk Idrus tidak terima, lalu melepaskan pegangan mereka berdua.

Sebastian melirik sinis ke arah Idrus, dan langsung saja menarik tangannya secara kasar. Belum juga satu langkah, Idrus sudah memberontak. "Kenapa jadi pegang tangan gue?" tanya Idrus sambil menatap Sebastian horor.

Sebastian mengacak rambutnya frustasi, kenapa Idrus ini tidak peka. "Sensi amat lo, lama-lama gue tarik juga usus lo," cibir Sebastian geram.

"Gue gak punya usus," balas Idrus, bercanda.

"Gila lo!" seru Sebastian, sambil menendang pelan kaki Idrus.

Idrus tidak memperdulikannya, dan menarik tangan Dara dengan lembut dengan berjalan ke arah luar, sambil memelototi Sebastian.

A SHORT TRIP Where stories live. Discover now