☯︎00.10 Langkah Pertama...

23 5 0
                                    

Mateo membulatkan matanya terkejut, "A-apa kalian yakin?" tanya Mateo gugup.

"Ini Chelsea pak, jangan aneh-aneh deh," balas Dinda dengan malas.

Mateo semakin dibuat terkejut akan hal itu, "Kenapa kalian tidak memberitahukan kepada saya, jika Chelsea sudah sembuh!" ketus Mateo tajam.

"Emang bapak siapa?" tanya Serlin sambil mengangkat kedua alisnya. Dengan senyuman yang meremehkan. Entah kapan dia sampai dengan membawa satu botol air mineral, dan memberikannya kepada Nelma.

Serlin ini jarang sekali berbicara, sekalinya berbicara langsung menohok batin.

Padil gelagapan, "Ser gak boleh gitu lah, maaf ya pak." ucap Padil kepada Mateo dengan tidak enak hati karena sikap Serlin.

Serlin hanya memutar bola matanya malas, memang benar kan kenyataannya. Mateo menghela napas, kenapa harus ada orang yang menyebalkan seperti Serlin?

"Sudahlah, tidak apa-apa saya sudah terbiasa. Kalian semua cepat pergi, saya beri waktu 20 menit lagi untuk kalian istirahat," kata Mateo "kecuali Chelsea, kamu tetap disini. Saya ingin berbicara!" lanjut Mateo membuat mereka langsung berhenti.

Chelsea menatap Mateo penasaran, Alam langsung mendongak guna melihat wajah Mateo yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Kenapa pak?" tanya Dinda.

"Curiga nih sama bapak," sambung Ceri.

"Kalian ini, saya hanya ingin berbicara. Cepat pergi, atau saya tambahkan hukumannya!" balas Mateo tegas.

Dinda dan Dara terpaksa melepaskan cekalannya kepada tangan Chelsea, dan Chelsea yang langsung berdiri dengan tegak. Semuanya langsung meninggalkan Chelsea dan Mateo, sebenarnya Alam terpaksa pergi dari sana. Hatinya sangat panas melihat Chelsea dengan Mateo berdua entah karena apa.

"Kenapa ya pak?" tanya Chelsea canggung.

Mereka berdua sudah pindah tempat, duduk di kursi panjang yang di sediakan di sisi lapangan.

"Kamu sudah sembuh? Saya kira kamu tidak akan melanjutkan sekolah lagi," ucap Mateo yang masih tidak menyangka jika Chelsea sudah kembali ke sekolah.

"Uh, tidak adakah pertanyaan yang lain? Sembuh, sembuh, sembuh sedari tadi." batin Chelsea jengkel.

Bukannya tidak bersyukur karena masih ada orang yang peduli, hanya saja dia terlalu jengkel dengan pertanyaan mereka. Kenapa tidak bertanya tentang bagaimana keadaan rumahnya yang lama ditinggal, keadaan dompetnya, keadaan pikirannya. Ah sudahlah, pokoknya dia merasa jengkel.

"Seperti yang bapak lihat, saya sudah sembuh," jawab Chelsea seadanya.

"Syukurlah," ujar Mateo yang mulai merasa sedikit canggung.

Chelsea menatap wajah Mateo lumayan lama, Mateo gugup karena ditatap intens seperti itu. Bisa-bisanya dia menjadi gugup seperti itu.

"Sepertinya, bapak sedang banyak masalah ya?" tanya Chelsea sambil menatap Mateo menyelidiki. Dengan tangan Chelsea yang menunjuk ke arah kacamata hitam yang di kenakan Mateo.

"Nggak juga," balas Mateo sambil mengelak.

"Bohong si bapak mah, jujur aja kali pak," ucap Chelsea sambil menggoda Mateo.

"Kamu tahu dari mana, jika saya sedang banyak masalah?" tanya Mateo penasaran dengan kakinya yang di silangkan ke depan. Dia seolah-olah sedang berbicara dengan teman dekatnya

"Mudah saja, mata panda bapak sangat tebal. Walaupun bapak memakai kacamata hitam, tapi aku tetap bisa melihatnya." balas Chelsea senang.

Mateo terkekeh pelan mendengar jawaban itu, "Ya, saya sedang mempunyai masalah yang lumayan menguras otak,"

A SHORT TRIP Where stories live. Discover now