Kurt Roosevelt

44 7 1
                                    

Sementara itu di kota Denpasar, Charles sedang duduk berdua. "Astaga, Christina Goldman. Rasanya aku bahagia sekali" kata Charles sambil tersenyum lebar. "Baiklah, Charles Roosevelt. Apakah yang membuat dirimu senang?" tanya Christina. "Baiklah, Christina Goldman. Ada wanita yang mencintai Matthew" jawab Christian. "Baiklah, Charles Roosevelt. Siapa wanita tersebut?" tanya Christina sambil memeluk erat. "Baiklah, Christina Goldman. Aku akan mulai bercerita" jawab Charles sambil mencium bibir. Seketika itu juga, mereka berdua saling berbagi cerita singkat.

Sementara itu di kamarnya, Matthew sedang tertidur pulas. "Astaga, anakku Kurt Roosevelt. Akhirnya kau datang" kata Matthew sambil memeluk. "Baiklah, daddy tersayang. Kenapa kau mencariku?" tanya Kurt sambil tersenyum lebar. "Baiklah, anakku Kurt Roosevelt. Sekarang aku memiliki pengganti mommy" jawab Matthew sambil memeluk. "Tetapi, daddy tersayang. Kenapa kau mencari diriku?" tanya Kurt sambil keheranan. "Tentu saja, Kurt Roosevelt. Karena kau adalah anakku" jawab Matthew sambil duduk. "Tetapi, daddy tersayang. Tubuhku sudah lama dikuburkan" kata Kurt lagi. Seketika itu juga, Matthew mulai teringat akan sesuatu hal.

Sementara itu di rumahnya, Daniel sedang duduk berdua. "Astaga, Daniel Roosevelt. Rasanya aku bahagia sekali" kata Daniel sambil tersenyum lebar. "Baiklah, Daniel Roosevelt. Apakah yang membuat dirimu senang?" tanya Victoria. "Baiklah, Victoria Turner sayang. Ada wanita yang mencintai Matthew" jawab Daniel jujur. "Baik, Daniel Roosevelt sayang. Siapa wanita tersebut?" tanya Christina sambil memeluk erat. "Baiklah, Victoria Turner sayang. Aku akan mulai bercerita" jawab Daniel sambil mencium bibir.

Sementara itu di sebuah kamar, Diana sedang duduk bersama. "Astaga, Daisy Roosevelt. Rasanya aku bahagia sekali" kata Diana sambil tersenyum lebar. "Baiklah, Diana Roosevelt. Apakah yang membuat dirimu senang?" tanya Daisy heran. "Baiklah, Daisy Roosevelt. Sebaiknya kau melihat ini" jawab Diana sambil tersenyum. "Baiklah, Diana Roosevelt. Tolong berikan ponselmu" kata Daisy sambil meminta. "Tenanglah, Daisy Roosevelt. Video tersebut ada dalam ponselmu" kata Diana menolak. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di rumahnya, Daniel sedang duduk berdua. "Astaga, Derek Roosevelt. Rasanya aku bahagia sekali" kata Derek sambil tersenyum lebar. "Baiklah, Derek Roosevelt. Apakah yang membuat dirimu senang?" tanya Windy heran. "Baiklah, Windy Spencer sayang. Ada wanita yang mencintai Matthew" jawab Daniel jujur. "Baik, Derek Roosevelt sayang. Siapa wanita tersebut?" tanya Windy sambil memeluk erat. "Baiklah, Windy Spencer sayang. Aku akan mulai bercerita" jawab Derek sambil mencium bibir.

Sementara itu di sebuah kamar, Dante sedang duduk bersama. "Astaga, Damian Roosevelt. Rasanya aku bahagia sekali" kata Dante sambil tersenyum lebar. "Baiklah, Dante Roosevelt. Apakah yang membuat dirimu senang?" tanya Damian heran. "Baiklah, Damian Roosevelt. Sebaiknya kau melihat ini" jawab Dante sambil tersenyum. "Baiklah, Damian Roosevelt. Tolong berikan ponselmu" kata Dante sambil meminta. "Tenanglah, Dante Roosevelt. Video tersebut ada dalam ponselmu" kata Damian. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di kota London, Dimitrio sedang tersenyum. "Astaga, William Simanjuntak. Aku jenuh sekali" kata Dimitrio. "Tetapi, daddy tersayang. Apakah yang harus kita lakukan?" tanya William heran. "Astaga, William Simanjuntak. Aku ingin ke Indonesia" jawab Dimitrio sambil berbaring. "Tetapi, daddy tersayang. Indonesia sedang musim panas" kata William sambil tersenyum. "Astaga, William Simanjuntak. Aku ingin ke Indonesia" kata Dimitrio sambil memeluk. "Baiklah, daddy tersayang. Permintaanmu akan aku turuti" kata William sambil mencium. "Baiklah, William Simanjuntak. Kau adalah anak baik" kata Dimitrio sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka tidur.

Sementara itu di kota Denpasar, Charles dan Christina berduaan. "Astaga, Christina tersayang. Tolong gosok punggungku" kata Charles sambil tersenyum. "Baiklah, Charles sayang. Wajahmu seperti Chuck Norris" kata Christina sambil memuji. "Baiklah, Christina sayang. Wajahmu cantik seperti Meryl Streep" kata Charles jujur. "Baiklah, Charles sayang. Sekarang berbalik menghadap kepada diriku" kata Christina. "Baiklah, Christina Goldman. Perintahmu adalah tugasku" kata Charles sambil memeluk. "Baiklah, Charles Roosevelt. Rasanya aku rindu seperti ini" kata Christina tersenyum. "Baiklah, Christina Goldman. Berikan aku sebuah ciuman" kata Charles sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka bermesraan-mesraan.

Sementara itu di kamarnya, Matthew sambil mendengarkan. "Astaga, Christina tersayang. Tolong gosok punggungku" kata Charles sambil tersenyum. "Baiklah, Charles sayang. Wajahmu seperti Chuck Norris" kata Christina sambil memuji. "Baiklah, Christina sayang. Wajahmu cantik seperti Meryl Streep" kata Charles jujur. "Baiklah, Charles sayang. Sekarang berbalik menghadap kepada diriku" kata Christina. "Baiklah, Christina Goldman. Perintahmu adalah tugasku" kata Charles sambil memeluk. "Baiklah, Charles Roosevelt. Rasanya aku rindu seperti ini" kata Christina tersenyum. "Baiklah, Christina Goldman. Berikan aku sebuah ciuman" kata Charles sambil tersenyum. Seketika itu juga, Matthew mendadak ereksi dengan hebat.

Sementara itu di rumahnya, Daniel dan Victoria berduaan. "Astaga, Victoria tersayang. Tolong gosok punggungku" kata Daniel sambil tersenyum. "Baiklah, Daniel sayang. Wajahmu seperti Henry Cavill" kata Victoria sambil memuji. "Baiklah, Victoria sayang. Wajahmu cantik seperti Freya Allan" kata Daniel jujur. "Baiklah, Daniel sayang. Sekarang berbalik menghadap kepada diriku" kata Victoria. "Baiklah, Victoria Turner. Perintahmu adalah tugasku" kata Daniel sambil memeluk. "Baiklah, Daniel Roosevelt. Rasanya aku rindu seperti ini" kata Victoria tersenyum. "Baiklah, Victoria Turner. Berikan aku sebuah ciuman" kata Daniel sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka bermesraan-mesraan.

Sementara itu sebuah kamar, Diana sedang melihat televisi. "Astaga, Daisy Roosevelt. Mainannya bagus sekali" kata Diana sambil tersenyum lebar. "Benar, Diana Roosevelt. Mainannya bagus sekali" kata Daisy sambil ikut tersenyum. "Baiklah, Daisy Roosevelt. Bagaimana jika membelinya?" tanya Diana sambil tersenyum. "Baiklah, Diana Roosevelt. Sebaiknya kita membelinya" jawab Daisy sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka tertawa dengan lebarnya.

Sementara itu di rumahnya, Derek dan Windy berduaan. "Astaga, Windy Spencer. Tolonglah gosok punggungku" kata Derek sambil tersenyum. "Baiklah, Daniel sayang. Wajahmu seperti Henry Cavill" kata Windy sambil memuji. "Baiklah, Windy sayang. Wajahmu cantik seperti Jadin Gould" kata Derek jujur. "Baiklah, Derek sayang. Sekarang berbalik menghadap kepada diriku" kata Victoria. "Baiklah, Windy Spencer. Perintahmu adalah tugasku" kata Derek sambil memeluk. "Baiklah, Derek Roosevelt. Rasanya aku rindu seperti ini" kata Windy sambil tersenyum. "Baiklah, Windy Spencer. Berikan aku sebuah ciuman" kata Derek sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka bermesraan-mesraan.

Sementara itu sebuah kamar, Dante sedang melihat televisi. "Astaga, Damian Roosevelt. Mainannya bagus sekali" kata Dante sambil tersenyum lebar. "Benar, Dante Roosevelt. Mainannya bagus sekali" kata Damian sambil ikut tersenyum. "Baiklah, Damian Roosevelt. Bagaimana jika membelinya?" tanya Dante sambil tersenyum. "Baiklah, Dante Roosevelt. Sebaiknya kita membelinya" jawab Damian sambil tersenyum dengan selebar-lebarnya. Seketika itu juga, mereka tertawa dengan riang.

The Perfect Man 3Onde histórias criam vida. Descubra agora