Anak kembar yang baru 2

7 3 0
                                    

Sementara itu di kota Denpasar, Charles sedang merasa senang. "Astaga, Christina Goldman. Betapa lucunya cucu kita" kata Charles sambil menggendong. "Benar sekali, Charles Roosevelt. Betapa lucunya cucu kita" kata Christina sambil tersenyum. "Lihatlah, Christina Goldman. Kedua cucu laki-laki kita" kata Charles sambil tersenyum haru. "Benar, Charles Roosevelt. Cucu-cucu perempuan kita juga lucu" kata Christina terharu. Seketika itu juga, mereka menuju ruang tidur para bayi.

Sementara itu di kota London, William masuk dalam kamar. "Astaga, daddy tersayang. Apakah yang kau lakukan?" tanya William sambil tersenyum. "Tidak, William Simanjuntak. Aku tidak melakukan apa-apa" jawab Dimitrio sambil tertawa. "Tetapi, daddy tersayang. Kenapa kau tidak berpakaian?" tanya William sambil terus-menerus merangkak naik. "Ayolah, William Simanjuntak. Kau harus menebaknya" jawab Dimitrio sambil tersenyum. "Entahlah, daddy tersayang. Rasanya aku tidak paham" kata William sambil memeluk. Seketika itu juga, mereka berdua berciuman dengan mesranya.

Sementara itu di sebelah kamar, Jonathan sedang asyik merokok. "Astaga, daddy tersayang. Apakah yang kau lakukan?" tanya William sambil tersenyum. "Tidak, William Simanjuntak. Aku tidak melakukan apa-apa" jawab Dimitrio sambil tertawa. "Tetapi, daddy tersayang. Kenapa kau tidak berpakaian?" tanya William sambil terus-menerus merangkak naik. "Ayolah, William Simanjuntak. Kau harus menebaknya" jawab Dimitrio sambil tersenyum. "Entahlah, daddy tersayang. Rasanya aku tidak paham" kata William sambil memeluk. Seketika itu juga, Jonathan mendadak merasa ereksi hebat.

Sementara itu di kota Denpasar, Daniel dan Victoria berduaan. "Baiklah, Victoria Turner. Apakah kau siap?" tanya Daniel. "Tidak, Daniel Roosevelt. Lukanya baru dijahit" jawab Victoria sambil menolak halus. "Tidak, Victoria Turner. Bagaimana dengan nama anak-anak kita?" tanya Daniel. "Astaga, Daniel Roosevelt. Rasanya aku belum tahu" jawab Victoria sambil mencium bibir. "Baiklah, Victoria Turner. Rasanya aku juga bingung" kata Daniel sambil memeluk erat. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di kamar lainnya, Derek dan Windy berduaan. "Baiklah, Windy Spencer. Apakah kau siap?" tanya Derek. "Tidak, Derek Roosevelt. Lukanya baru dijahit" jawab Windy sambil menolak halus. "Tidak, Windy Spencer. Bagaimana dengan nama anak-anak kita?" tanya Daniel. "Astaga, Derek Roosevelt. Rasanya aku belum tahu" jawab Windy sambil mencium bibir. "Baiklah, Windy Spencer. Rasanya aku juga bingung" kata Derek sambil memeluk erat. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di kota London, Dimitrio dan William berduaan. "Astaga, daddy tersayang. Rasanya aku ingin sekali" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau inginkan?" tanya Dimitrio sambil memeluk. "Baiklah, daddy tersayang. Bagaimana jika aku tidur bersama kakak Jonathan?" tanya William sambil berbisik. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku tidak keberatan" jawab Dimitrio sambil mendesah. "Tetapi, daddy tersayang. Apakah kau bercanda?" tanya William sambil terbelalak. "Tentu saja, William Simanjuntak. Aku tidak keberatan" jawab Dimitrio. "Baiklah, daddy tersayang. Sekarang aku akan pergi" kata William sambil merangkak. "Tidak, William Simanjuntak. Sebaiknya besok saja" kata Dimitrio sambil mencegah. Seketika itu juga, William resah.

Sementara itu di sebelah kamar, Jonathan sedang asyik merokok. "Astaga, daddy tersayang. Rasanya aku ingin sekali" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau inginkan?" tanya Dimitrio sambil memeluk. "Baiklah, daddy tersayang. Bagaimana jika aku tidur bersama kakak Jonathan?" tanya William sambil berbisik. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku tidak keberatan" jawab Dimitrio sambil mendesah. "Tetapi, daddy tersayang. Apakah kau bercanda?" tanya William sambil terbelalak. "Tentu saja, William Simanjuntak. Aku tidak keberatan" jawab Dimitrio. "Baiklah, daddy tersayang. Sekarang aku akan pergi" kata William sambil merangkak. "Tidak, William Simanjuntak. Sebaiknya besok saja" kata Dimitrio sambil mencegah. Seketika itu juga, Jonathan kesal.

Sementara itu di kota Denpasar, Charles merasa sedikit terkejut. "Astaga, Christina Goldman. Kenapa bisa terjadi?" tanya Charles merasa cemberut. "Entahlah, Charles Roosevelt. Tanyakan kepada anak-anak" jawab Christina sambil tersenyum dengan lebar. "Baiklah, Christina Goldman. Nanti akan aku tanyakan" jawab Charles sambil mendesah. "Astaga, Charles Roosevelt. Cucu-cucu perempuan kita mirip dengan Victoria" kata Christina. "Benar, Christina Goldman. Cucu-cucu laki kita mirip Derek" kata Charles sambil tersenyum. "Baiklah, Charles Roosevelt. Tuhan sungguh adil" kata Christina sambil memeluk. Seketika itu juga, mereka berdua terharu melihat para cucunya.

Sementara itu di kamarnya, Daniel dan Victoria berduaan. "Baiklah, Victoria Turner. Apakah kau siap?" tanya Daniel. "Tidak, Daniel Roosevelt. Lukanya baru dijahit" jawab Victoria sambil menolak halus. "Tidak, Victoria Turner. Bagaimana dengan nama anak-anak kita?" tanya Daniel. "Astaga, Daniel Roosevelt. Rasanya aku belum tahu" jawab Victoria sambil mencium bibir. "Baiklah, Victoria Turner. Rasanya aku juga bingung" kata Daniel sambil memeluk erat. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di kamar lainnya, Derek dan Windy berduaan. "Baiklah, Windy Spencer. Apakah kau siap?" tanya Derek. "Tidak, Derek Roosevelt. Lukanya baru dijahit" jawab Windy sambil menolak halus. "Tidak, Windy Spencer. Bagaimana dengan nama anak-anak kita?" tanya Daniel. "Astaga, Derek Roosevelt. Rasanya aku belum tahu" jawab Windy sambil mencium bibir. "Baiklah, Windy Spencer. Rasanya aku juga bingung" kata Derek sambil memeluk erat. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di kota London, Dimitrio dan William berduaan. "Astaga, daddy tersayang. Rasanya aku ingin sekali" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau inginkan?" tanya Dimitrio sambil memeluk. "Baiklah, daddy tersayang. Bagaimana jika aku tidur bersama kakak Jonathan?" tanya William sambil berbisik. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku tidak keberatan" jawab Dimitrio sambil mendesah. "Tetapi, daddy tersayang. Apakah kau bercanda?" tanya William sambil terbelalak. "Tentu saja, William Simanjuntak. Aku tidak keberatan" jawab Dimitrio. "Baiklah, daddy tersayang. Sekarang aku akan pergi" kata William sambil merangkak. "Tidak, William Simanjuntak. Sebaiknya besok saja" kata Dimitrio sambil mencegah. Seketika itu juga, William resah.

Sementara itu di sebelah kamar, Jonathan sedang asyik merokok. "Astaga, daddy tersayang. Rasanya aku ingin sekali" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau inginkan?" tanya Dimitrio sambil memeluk. "Baiklah, daddy tersayang. Bagaimana jika aku tidur bersama kakak Jonathan?" tanya William sambil berbisik. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku tidak keberatan" jawab Dimitrio sambil mendesah. "Tetapi, daddy tersayang. Apakah kau bercanda?" tanya William sambil terbelalak. "Tentu saja, William Simanjuntak. Aku tidak keberatan" jawab Dimitrio. "Baiklah, daddy tersayang. Sekarang aku akan pergi" kata William sambil merangkak. "Tidak, William Simanjuntak. Sebaiknya besok saja" kata Dimitrio sambil mencegah. Seketika itu juga, Jonathan kesal.

The Perfect Man 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang