Kurt Roosevelt 3

20 6 2
                                    

Sementara itu di kota Denpasar, Charles sedang asyik berjemur. "Astaga, Diana Roosevelt. Udaranya sejuk sekali" kata Charles sambil tersenyum lebar. "Benar, grandfather Charles. Udaranya sejuk sekali" kata Diana sambil tersenyum lebar. "Astaga, Diana Roosevelt. Belaian tanganmu lembut sekali" kata Charles sambil tersenyum lebar. "Tetapi, grandfather Charles. Kenapa daddy dan uncle Derek berbulu dada?" tanya Diana. "Tenanglah, Diana Roosevelt. Semuanya adalah rahasia" jawab Charles sambil tersenyum lebar. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di dekat pantai, Christina sedang tersenyum. "Astaga, Daisy Roosevelt. Udaranya sejuk sekali" kata Christina sambil tersenyum. "Benar, grandmother Christina. Udaranya sejuk sekali" kata Daisy sambil tersenyum. "Baiklah, Daisy Roosevelt. Saatnya kita bermain lagi" kata Christina sambil tersenyum. "Tetapi, grandmother Christina. Kenapa dada pria berbulu?" tanya Daisy sambil tersenyum. "Tenanglah, Daisy Roosevelt. Semuanya adalah rahasia" jawab Christina sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di sebuah kamar, Daniel sedang merasa senang. "Astaga, Victoria Turner. Akhirnya kau hamil lagi" kata Daniel sambil tersenyum lebar. "Benar, Daniel Roosevelt. Akhirnya aku hamil lagi" kata Victoria sambil memeluk. "Baiklah, Victoria Turner. Apakah kau ingin sesuatu?" tanya Daniel sambil berbaring. "Tenanglah, Daniel Roosevelt. Aku hanya ingin membelai-belai bulu dadamu" jawab Victoria. "Baiklah, Victoria Turner. Seluruh tubuh kekarku hanya untuk dirimu" kata Daniel. "Baiklah, Daniel Roosevelt. Letakkan kedua tangannu di belakang kepala" kata Victoria. Seketika itu juga, mereka berdua saling bermesraan-mesraan.

Sementara itu di kamar lainnya, Derek dan Windy berduaan. "Astaga, Windy Spencer. Akhirnya kau hamil lagi" kata Daniel sambil tersenyum lebar. "Benar, Derek Roosevelt. Akhirnya aku hamil lagi" kata Windy sambil memeluk. "Baiklah, Windy Spencer. Apakah kau ingin sesuatu?" tanya Derek sambil berbaring. "Tenanglah, Derek Roosevelt. Aku hanya ingin membelai-belai bulu dadamu" jawab Windy. "Baiklah, Windy Spencer. Seluruh tubuh kekarku hanya untuk dirimu" kata Derek. "Baiklah, Derek Roosevelt. Letakkan kedua tangannu di belakang kepala" kata Windy. Seketika itu juga, mereka berdua saling bermesraan-mesraan.

Sementara itu di sebuah kedai, Matthew sedang merasa sedih. "Sudahlah, uncle Matthew. Jangan sampai kau sakit" kata Dante sambil mencium tangan. "Benar, uncle Matthew. Janganlah sampai kau sakit" kata Damian sambil mencium tangan. "Astaga, anak-anak manis. Terima kasih atas perhatiannya" kata Matthew sambil tersenyum. "Baiklah, uncle Matthew. Sebaiknya kita makan siang" kata Damian sambil tersenyum. "Baiklah, anak-anak manis. Saatnya kita makan siang" kata Matthew sambil bersemangat. Seketika itu juga, mereka bertiga makan siang bersama-sama.

Sementara itu di sebuah penjara, Dustin dan Jennifer berduaan. "Astaga, Jennifer Montoya. Akhirnya kau hamil" kata Dustin sambil tersenyum dengan lebar. "Benar, Dustin Smith. Akhirnya aku hamil" kata Jennifer sambil memeluk dengan erat-erat. "Baiklah, Jennifer Montoya. Apakah kau ingin sesuatu?" tanya Dustin sambil berbaring. "Tenang, Dustin Smith sayang. Aku hanya ingin membelai-belai dada otot dadamu" jawab Jennifer sambil merayu. "Baiklah, Jennifer Montoya. Seluruh tubuh kekarku hanya untuk dirimu" kata Dustin. "Baiklah, Dustin Smith sayang. Letakkan kedua tangannu di belakang kepala" kata Jennifer. Seketika itu juga, mereka berdua saling bermesraan-mesraan.

Sementara itu di kota London, Dimitrio sedang asyik merokok. "Astaga, daddy tersayang. Apakah yang kau lakukan?" tanya William sambil mencium. "Tidak, William Simanjuntak. Aku hanya ingin bersantai" jawab Dimitrio tersenyum lebar. "Baiklah, daddy tersayang. Tolong buka ponselmu" kata William sambil memeluk erat. "Astaga, William Simanjuntak. Ada apakah dengan ponseku?" tanya Dimitrio sambil terkejut. "Tenang saja, daddy tersayang. Nanti kau mengerti" jawab William sambil tersenyum lebar. Seketika itu juga, Dimitrio menangis karena terlalu senang.

Sementara itu di kota Denpasar, Charles sedang melepas bajunya. "Astaga, Charles Roosevelt. Apakah yang kau lakukan?" tanya Christina sambil terkejut. "Tenanglah, Christina Goldman. Aku hanya olahraga" jawab Charles sambil tersenyum. "Tetapi, Charles Roosevelt. Udaranya dingin sekali" kata Christina sambil tersenyum. "Sudahlah, Christina Goldman. Aku tidak apa-apa" kata Charles. Seketika itu juga, Christina mulai merasa semakin bergairah.

Sementara itu di sebuah kamar, Daniel sedang merasa senang. "Astaga, Victoria Turner. Udaranya dingin sekali" kata Daniel sambil memeluk. "Tenanglah, Daniel Roosevelt. Aku masih belum puas" kata Victoria sambil membelai. "Tetapi, Victoria Turner. Rasa-rasanya aku beku" kata Daniel sambil memeluk. "Tenanglah, Daniel Roosevelt. Aku masih belum puas" kata Victoria sambil membelai. "Astaga, Victoria Turner. Tolonglah tutup jendelanya" kata Daniel sambil menggigil. Seketika itu juga, Victoria patuh.

Sementara itu di kamarnya, Derek sedang merasa senang. "Astaga, Windy Spencer. Udaranya dingin sekali" kata Derek sambil memeluk. "Tenanglah, Derek Roosevelt. Aku masih belum puas" kata Windy sambil membelai-belai. "Tetapi, Windy Spencer. Rasa-rasanya aku beku" kata Derek sambil memeluk. "Tenanglah, Derek Roosevelt. Aku masih belum puas" kata Windy sambil membelai. "Astaga, Windy Spencer. Tolonglah tutup jendelanya" kata Derek sambil terus menggigil. Seketika itu juga, Windy patuh.

Sementara itu di kamar lainnya, Matthew sedang asyik melihat. "Astaga, Windy Spencer. Udaranya dingin sekali" kata Derek sambil memeluk. "Tenanglah, Derek Roosevelt. Aku masih belum puas" kata Windy sambil membelai-belai. "Tetapi, Windy Spencer. Rasa-rasanya aku beku" kata Derek sambil memeluk. "Tenanglah, Derek Roosevelt. Aku masih belum puas" kata Windy sambil membelai. "Astaga, Windy Spencer. Tolonglah tutup jendelanya" kata Derek sambil terus menggigil. Seketika itu juga, Matthew sedih.

Sementara itu di kota London, Dimitrio sedang asyik bermimpi. "Astaga, William Simanjuntak. Udaranya sejuk" kata Dimitrio. "Benar, daddy tersayang. Udaranya sejuk sekali" kata William sambil memeluk. "Baiklah, William Simanjuntak. Ada apakah denganmu?" tanya Dimitrio sambil tersenyum. "Tidak, daddy tersayang. Rasanya aku tidak percaya" jawab William sambil terbelalak.
"Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Dimitrio sambil mencium. "Baiklah, daddy tersayang. Rasanya aku senang bertemu denganmu" jawab William. "Tenang, William Simanjuntak. Aku merasakan hal serupa" kata Dimitrio sambil tersenyum. Seketika itu juga, Dimitrio memeluk William erat-erat.

The Perfect Man 3Where stories live. Discover now