5 | Hilang Wibawa

12.3K 999 12
                                    

Setelah menyetir kayak orang kesetanan dijalan. Untungnya mereka sampai dengan selamat, dalam keadaan utuh.

Sepertinya hari ini Jakarta jadi lebih bersahabat, dikarenakan imbauan pemerintah untuk menggunakan transportasi umum. Alhasil jumlah kendaraan pribadi dijalanan sedikit berkurang dan karena hari ini dia membawa city car, jadi lumayan bisa menyalip dijalanan.

Dia pikir Nadhira bakalan ketakutan, tapi sepertinya ini cewek bar-bar juga.

Bukannya ngeri, perempuan itu malah memberi arahan. Memberi tahu lokasi jalan-jalan tikus dan memberi informasi apakah ada lawan dari arah yang berlawanan. Sudah sejauh apa eksplor ini perempuan sampai-sampai jalan tikus sekalipun dia hafal? Padahal seperempat hidupnya nggak dihabiskan di Jakarta.

Kalau begini, maps juga minder sama ini cewek.

Kiran tebak ini cewek tipikal ukhti-ukhti pembalap. Wajar kalau pak Hasan rada ngeri membiarkan anak perempuan satu-satunya membawa motor dijalanan.

Sesampainya dikantor,dia buru-buru menuju ruangannya. Mengambil laptop dan menyiapkan powerpoint. Nggak lucu aja kalau dia telat briefing pagi ini. Wong yang ngasih materinya dia.

Bisa-bisa hilang wibawa dia diantara staff-staff nya.

Tapi memang ya, yang namanya staff itu datengnya selalu mepet waktu. Nggak mau lebih cepat sedikit. Bukankah seharusnya dia terima beres dan nggak perlu repot-repot menghindupkan proyektor begini?

Sepertinya wibawa yang dia takutkan itu sudah hilang dimata para staff nya.

Edan emang.

"Pagi pak Kiran. Pagi-pagi udah ganteng aja." puji Edgar yang suara nya mendayu-dayu kayak perempuan.

Tapi sebenarnya Edgar ini laki-laki normal, pakaiannya necis dan nggak pake apa-apa dimuka selain sunscreen dan lipbalm yang colourless pula. Ada desas desus dia jadi kemayu begini karena saudara nya perempuan semua.

Usianya sudah 28 tahun, sudah didesak untuk berkeluarga. Tapi setiap kencan, dia selalu gagal karena rata-rata perempuan selalu kabur begitu ini cowok buka suara, langsung ilang machonya.

"Eh, anak baru udah nyampe aja." sapa Edgar pada Nadhira yang sudah duduk diruang meeting.

"Pagi mas Edgar." Nadhira balas menyapa.

Bukannya senang, bibir Edgar malah mengerucut.

"Panggil nama aja ih. Nggak usah pake mas. Kita seumuran keleus. Ya nggak pak Kiran?"

"Seumuran sama eyang nya, kayaknya." cetus Kiran.

Nadhira tertawa kecil.

Mulut Edgar semakin mengerucut. "pak Boss emang nggak asyik, nggak bisa diajak bercanda." sungut Edgar pura-pura ngambek. Tapi Kiran nggak peduli dan tetap fokus menyiapkan laptopnya.

"Yang lain pada kemana?" tanya Kiran pada Edgar.

Ini cowok biasanya paling update perihal berita. Kalau lima menit lagi para staffnya belum nyampe dikantor. Kurang asem sih.

"Aris sakit perut, izin telat. Naomi lagi haid katanya cuti dulu." sahut Edgar sambil scroll-scroll ponselnya.

"Cuti lagi?"

"Biasa pak boss. Kalau urusan pms mah, gabisa diganggu gugat. Sudah hal mutlak." Komentar Edgar berusaha meyakinkan.

"Aris sakit perut kenapa? Lagi haid juga?" tanya Kiran dengan nada sarkas.

"Ooh-inii... katanya abis makan ayam geprek kemarin. Bocor boss! Bocor." Jawab Edgar agak gelagapan.

"Yang lain gimana, Zidan, Raya?" tanya Kiran.

Terlanjur ResepsiWhere stories live. Discover now