006 "Pulang"

720 123 5
                                    

katanya tempat ternyaman untuk pulang adalah keluarga?

♾♾♾


Raisa dan Daehan sudah berada di bandara, siap untuk kembali ke ibu kota, mengunjungi orangtuanya. Daehan sudah sangat rindu pada mereka. Canu dan Hana ikut mengantar keduanya, pesawat yang mereka tumpangi sebentar lagi berangkat.

"Kalau udah sampai langsung hubungi aku!" perintah Canu mengingatkan untuk segera menghubunginya.

"Bener, Kakak jangan lupa kasih kabar kalau udah sampai, Daehan nanti kalau udah sampai langsung minta Bunda hubungi Cici ya?!" ujar Hana ikut memperingati bahkan pada Daehan.

"Iya, iya, nanti aku hubungi, udah kayak pisah puluhan tahun, aku di jakarta cuma seminggu, nanti balik lagi kerjaan dan sekolah Daehan ada disini," balas Raisa dengan kedramatisan dua orang tersebut.

"Raisa, maaf aku nggak bisa ikut, padahal aku pengen ketemu orangtua kamu, dadakan sih bilangnya jadi aku nggak bisa ambil cuti," eluh Canu karena tidak bisa ikut.

"Hehehe, maaf nggak dadakan sih, tiap tahun aku emang pulang tanggal ini," balas Raisa yang tidak mengatakan alasan utamanya pulang kali ini, rasanya tidak sopan mengatakan itu pada Canu.

"Daehan jaga Bunda ya? Kalau Bunda nakal hubungi Papa!" anak lelaki itu hanya mengangguk, "Nanti kalau Daehan pulang, Papa beliin mainan lagi,"

"Bener ya Pa," semangat Daehan mendengar kata mainan, Canu mengangguk.

"Aku sama Daehan naik sekarang ya, jaga diri kalian baik baik, Hana salam buat Rey,"

Raisa menarik kopernya dan mengandeng Daehan memasuki pesawat, Canu dan Hana hanya melihatnya hingga pesawat yang ibu dan anak itu lepas landas, baru mereka pergi.

"Mau gue anter pulangnya?" tanya Canu pada Hana, tadi mobil Canu memang yang digunakan untuk mengantar Raisa, jadi Hana tidak membawa kendaraan, ikut mereka.

"Makasih Kak, nggak perlu. Aku pesen taksi aja, mau nyamper Rey soalnya," jawab Hana menolak tawaran itu, Canu hanya mengangguk dan menuju mobilnya sedangkan, Hana menunggu taksi yang dia pesan disana.

♾♾♾


Sebuah mobil lebih tepatnya, taksi berhenti di depan rumah yang cukup besar, Raisa dan Daehan turun dari taksi tersebut, menunggu koper yang di keluarkan oleh supir.

"Terima kasih," ucap Raisa pada supir, setelahnya taksi itu pergi, Raisa dan Daehan melangkah ke pekarangan rumah, tidak ada yang berubah semua masih sama dengan terakhir dia datang.

"Ayah, Mama... Raisa pulang!"

"Grapa, Grama... Daehan pulang!" Daehan mengikuti ucapan Raisa, suaranya mengemaskan membuat Raisa ingin tertawa saja.

Suara langkah kaki terdengar mendekat "udah sampai, kenapa nggak hubungi minta jemput sih?" ucap Ibu Raisa saat sudah berada di depan untuk menyambut kedatangan anak dan cucunya.

"Raisa nggak lupa jalan Ma, nggak perlu di jemput juga, Ayah mana?" Raisa mencari Ayahnya karena tumben tidak ikut menyambutnya, biasanya pria paru baya itu berada paling depan.

"Ayah ada kerjaan mendesak, makanya nggak bisa nyambut putri tersayangnya ini, kalau nggak mendesak juga pasti Ayah udah ada disini juga," jawab Mama, seperti tau isi pikiran Raisa.

Raisa hanya terkekeh mendengar jawaban Mama, melihat Daehan yang masih memegang tangannya, Raisa berharap nanti mendapatkan suami seperti Ayahnya yang mencintai ibunya dan anak sambungnya, tidak pernah menganggap dirinya adalah anak sambung melainkan anak sendiri, kasih sayang dan perhatiannya bahkan lebih besar daripada Ayah kandungnya yang tidak pernah diberikan.

"Cucu Grama, udah capek ya? Istirahat dulu sana, masih ingat kamar Daehan?" Mama melihat Daehan yang menyadari mulai oleng, anak itu sudah mengantuk, Daehan mengangguk lesu dan berjalan ke kamarnya.

"Hati hati jalannya!" peringat Raisa karena anak itu hampir menabrak barang barang di depannya, "Melek dulu, awas nabrak!"

"Daehan makin gede mirip Jehan ya?" ujar Mama yang membuat Raisa mengangguk setuju, "Masih mau sembunyiin Daehan dari keluarga Ardiethama?"

"Ma, aku nggak pernah sembunyiin Daehan, kalau mereka tau kehadiran Daehan, aku juga nggak papa, asal mereka nggak ambil Daehan dari aku," terang Raisa, jujur dia tidak masalah jika Ardiethama tahu, menemuinyapun tak apa, asal tidak mengambil Daehan saja.

"Ma, aku nyusul Daehan dulu," Raisa berusaha menghindari pertanyaan Mama yang akam diajukan lagi, apalagi tidak ada sang Ayah yang menghentikan pertanyaan pertanyaan itu nanti.

♾♾♾


Malam harinya Raisa dan keluarganya makan malam bersama, Ayah juga sudah pulang sore tadi yang langsung menghampiri putrinya dan memeluk dengan erat, melepas rindu.

"Kamu nggak usah balik ke Sidoarjo deh, tinggal sini aja," ucap tiba tiba Ayah setelah makan malam selesai, mereka sekarang berkumpul diruang keluarga.

"Pekerjaan aku sama sekolah Daehan ada disana, Yah. masa mau aku tinggal?" balas Raisa, "Lagian aku bahagia di sana, janji deh Raisa bakal sering sering pulang," Raisa sudah tau arah pertanyaan Ayahnya selanjutnya, karena itulah Raisa kembali berucap sebagai jawaban dari pikiran Ayahnya.

"Boong, kadang kamu aja pulang satu sampai tiga kali dalam setahun, bahkan nggak pulang kalau Ayah sama Bunda yang nyamper," kesal Ayah membuat istri dan anaknya tertawa. "Ayah ngambek!"

"Granpa udah besar nggak boleh merajuk!" tegur Daehan saat mendengar Granpanya ngambek, "Kata Papa kalau udah besar nggak boleh ngambek, nggak lakik!" 

"HAH? PAPA?!" kaget dua orang paru baya itu, melihat Raisa bergantian, "Daehan udah ketemu Jehan?" tanya Mama sedikit berbisik.

Raisa menggeleng, "Bukan, Papa yang Daehan maksud, dokter di tempatku  kerja, dokter Canu yang bantu kelahiran Daehan dulu, mereka deket akhir akhir ini sampai Daehan manggil Papa," jelas Raisa sebelum ada kesalahpahaman.

"Calon kamu?"

"Yah, aku bakal berusaha buka hati buat siapapun asal dia mau nerima Daehan sebagai bagian aku, aku buka hati buat Canu yang katanya suka aku, ini lagi berusaha,"

"Kalau dia berniat serius sama kamu suruh datang menghadap Ayah nanti. Ayah nggak kecolongan lagi kayak dulu lepasin kamu ke cowok yang nggak baik dan nyakitin kamu,"

"Iya Ayah, sebenarnya dia mau ketemu Ayah juga, tapi karena tujuan aku pulang nggak sekedar berkunjung, aku nggak kasih tau dia kepulangan aku yang terkesan mendadak menurutnya,"

"Kamu masih mau terus ikut memperingati kematian mereka? Kamu bukan lagi bagian dari mereka," sela Mama yang jelas tau tujuan lain Raisa pulang.

"Kalau aku bukan menantu mereka lagi, apa aku harus lupain kebaikan mereka sama aku, sebelum aku menjadi menantu mereka, aku udah dianggap putri mereka,"

"Daehan, ke kamar dulu ya, pasti udah ngantuk," suruh Raisa pada Daehan yang asik dengan mobil mobilannya, "Nanti Bunda nyusul,"

Tanpa diperintah dua kali Daehan berjalan menuju kamar, Raisa tidak ingin anaknya itu mendengar obrolan tiga orang dewasa itu yang sangat berat untuk anak anak seusianya.

"Ma, Yah, tanyakan semua yang mau tau, Raisa bakal jawab sejujur jujurnya," Raisa mempersilakan kedua orangtuanya untuk bertanya segalanya, dirinya akan menjawab jujur.

♾♾♾

Bunda sama Daehan pulang nih, apa bakal ketemu Ayah?

Gimana ya respon mereka kalau ketemu Raisa, seneng, sedih, marah, atau campur aduk?

Apa yang bakal dilakukan atau ucapkan saat pertemuan pertama nanti?

DOUBLE UP?

BROKEN FAMILYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora