Chapter 95 ♗

290 42 3
                                    

Norra di depannya bersidekap dada.

"Apakah sangat sakit?" tanya remaja itu.

Valias tidak mengerti.

"Yang tadi itu karena mu?"

"Benar. Tampaknya aku bisa memanfaatkan keberadaan kutukan itu untuk membuat kita terlepas dari masalah." Norra mengedikkan bahu.

Valias masih tidak mengerti. "Kutukan apa?"

"Rasa sakit kepala dan darah dari hidung itu." Norra memiringkan kepalanya. "Sebelum kau muncul aku harus berurusan dengannya setiap hari."

Valias terdiam.

"Kutukan macam apa itu?"

"Aku tidak tau. Sebenarnya awalnya aku mengira itu adalah suatu penyakit. Aku berpikir kalau umurku akan pendek makanya aku mencoba memunculkan diriku di depan orang itu." Norra bicara. "Tapi lalu kau muncul. Dan kau tidak pernah mengalami sakit kepala itu. Jadi aku mendapatkan kesimpulan kalau itu adalah suatu kutukan untukku."

"Ini sangatlah aneh, tapi, sejak aku ada di dalam sini, aku menemukan banyak hal."

"Kau lihatlah." Norra menolehkan wajahnya ke samping. "Waktu itu hanya dengan melihatnya saja aku sudah langsung dapat menduga kalau itu adalah suatu perwujudan dari kutukan itu."

Valias melihat apa yang tengah ingin ditunjukkan Norra di kejauhan. Penampilannya seperti sebuah asap gelap dengan pendar berwarna lembayung di sekitarnya. "Waktu itu aku hanya coba menyentuhnya sedikit saja." Norra melanjutkan. "Yang terjadi adalah kau merasakan apa yang seharusnya dirasakan olehku. Saat itu aku berpikir bahwa kau akan benar-benar mati di tangan orang itu. Jika kau mati aku pun akan mati. Itu adalah waktu yang cukup tepat untukku mencoba melihat apa yang akan terjadi jika aku menyentuh asap aneh itu."

"Jika kau ingin memanfaatkan keberadaan kutukan itu kita tinggal membangun kesepakatannya saja. Kapan kau ingin aku mulai menyentuhnya. Tapi yang akan dibuat merasakan sakitnya adalah kau. Aku tidak mau." Norra menyeringai miring.

Dia bicara begitu tapi Valias di depannya hanya bisa terdiam tidak membuat suara apapun.

Dia tau betul seperti apa rasa sakit kepala itu. Apalagi mendapati darah keluar dari hidung dalam kuantitas yang tidak begitu sedikit. Sakit kepala itu sudah cukup buruk tapi lalu dia harus mendapati pusing dari kehilangan darah.

Tidak aneh penampilan tubuh Norra tampak begitu sakit ketika dia pertama kali menempati tubuhnya itu.

Dia menghadapi rasa sakit itu setiap hari.

Sebuah tangan terangkat dan tangan itu mendarat di kepala Norra. Valias saat ini sedang memiliki penampilannya yang sesungguhnya sebagai Abimala. Dia lebih tinggi dari Norra, dia dapat menempatkan tangannya di kepala remaja itu dengan sangat mudah.

"Kau sudah sangat kuat. Kau bertahan sampai sejauh ini. Kerja bagus."

Norra termenung mendapati sikap yang dilakukan sosok Paman dari dunia lain itu. Dia tidak mengira orang itu akan menjadi seseorang yang akan mengucapkan sesuatu seperti itu. Kepadanya.

Tapi dia yakin orang itu hanya sebatas mengalami rasa simpati biasa. Hanya orang dengan masalah mental yang tidak akan merasakan simpati bahkan setelah mendengar apa yang dialaminya. "Ya, ya, ya. Aku memang sangat hebat." Dia menggerakkan tangannya melepaskan tangan Abimala dari kepalanya. "Sekarang kau mau mencoba mendengarkan? Mereka yang membuat keributan karena melihat kita kehilangan kesadaran dengan hidung dan baju bersimbah darah."

Abimala tidak mengerti tapi lalu Norra membuat satu jari telunjuknya menunjuk ke atas. Lalu baru dia sadari kalau dia dan Norra saat ini tidak betul-betul dalam keadaan tertidur. Mereka masih bisa mendengarkan apa yang berlangsung di sekitar.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt