Not Even a Centimeter

353 47 10
                                    


"Not Even a Centimeter..."

"Somehow, adakalanya gue pengen berhenti. Udah stop aja semuanya ..." Maudy melempar badannya ke sofa dengan tangan kanan memegang kaleng soda. Hari ini dia tidak peduli pada dietnya! Biasanya satu hari dalam seminggu hari cheating day-nya, itu pun dia masih membatasi diri. Tapi kali ini dia benar-benar memakan semua makanan yang diinginkannya. Bakso solo, siomay bandung, gelato dan satu slice tiramisu sudah masuk ke perutnya sejak pagi tadi. Dan masih ada beberapa list makanan yang ingin dibelinya.

"Berhenti setelah berdarah-darah?" Fafa berusaha menyadarkan Maudy. Dia tahu betul bagaimana Maudy dikhianati temannya, hampir mengalami pelecehan saat audisi dan menjadi peran figuran yang sama sekali tidak ada dialog.

Tatapan Maudy kosong, ingatannya mengulas balik semua yang pernah dia lewati sampai berada di titik ini. Perannya di project terakhirnya bersama Mahesa Agam seperti batu loncatan untuk karirnya.

Tidak ada satu pun yang menyangka setelah peran antogonisnya di film pendeknya itu bisa melambungkan namanya. Hanya saja itu terjadi bukan karena performa aktingnya yang sempurna, melainkan kata-kata dari Agam yang membuat orang-orang penasaran pada dirinya.

Mungkin ini yang disebut faktor keberuntungan?

"Kalau lo nggak mau cerita tentang apa yang terjadi antara lo dan Agam, nggak apa-apa... tapi please! Pikirkan lagi tentang karir lo selama ini. Jangan berhenti sekarang. "

Terdengar suara desis soda saat Maudy membuka kaleng yang baru saja dibukanya. Matanya berkaca-kaca. Pilihannya hanya dua, take it or leave it... tidak akan ada kesempatan keduanya untuknya jika dia menolak kali ini. Dewi keberuntungan hanya akan datang padanya satu kali.

Maudy memejamkan matanya, merasakan manis cola di lidahnya. Inilah dunia yang dia pilih. Dunia yang penuh dengan tipu daya ... ada sedikit sesal yang muncul dalam hatinya. Kalau saja waktu itu dia menuruti mami dan papi untuk kuliah, lulus dan bekerja kantoran mungkin saat ini dia bisa memiliki kehidupan normal.

Fafa's Calling ....

Wake up, Maudy. Satu centimeter pun nggak ada pilihan lo untuk mundur. Ucapnya sambil menatap layar depan iphone-nya. Seraya menyadarkan dirinya sendiri.

"Ya?" ucapnya setelah menslide icon bewarna hijau.

"Sorry kalau kemarin gue keterlaluan," Fafa berdehem. "Take your time, Dy... ambil sebanyak apa pun lo butuh untuk tenang."

"Pilih yang bagus, Fa... gue percaya sama lo. Kalau semuanya udah deal, lo kasih tau gue ya." Inilah keputusan yang dipilihnya, tidak boleh ada kata setengah dalam hidupnya.

Agam ... dia hanya seorang laki-laki hidung belang, lelaki brengsek dalam bentuk rupawan. Maudy meyakinkan dirinya, dia tidak akan terjatuh di lubang yang sama. Dia akan menghadapi Agam dengan professional.

***


Hi universe. part ini ditulis saat macet, tiba-tiba pengen baca cerita sendiri dan jadilah part ini yang aku tahu pendek sekali. Enjoy ya. Btw, so happy to comeback here...

I Wish You Were MineWhere stories live. Discover now