The Project

460 55 8
                                    


"Tidak ada yang perlu dikomentari, toh juga tidak ada yang terjadi... " kata Alden, manajer PR yang hari ini memimpin rapat. "Isu ini bagai pisau bermata dua. Akan jadi boomerang jika kita menanggapi serius dan ternyata ini semua hanya permainan dari Mahesa Agam—yang kita nggak tahu apa tujuannya." Pandangan Alden beralih pada Fafa. "Lo jaga Maudy, jangan sampai ketemu wartawan."

Fafa mengangguk, mengerti. Sejak kemarin dia tidur tidak nyenyak memikirkan strategi terbaik menghadapi masalah ini.

"Kenapa kita nggak manfaatin momen ini untuk angkat nama Maudy sekalian?" Kevin yang tadi diam, kali ini memberi usul.

"Terkenal dengan skandal apa hebatnya? Akan bertahan berapa lama?" jelas Alden. "Kalau kalian masih mau bertahan di bawah manajemen, tolong ikuti gue. Jangan bertindak seenaknya..." Alden menegaskan, karena dia tidak mau kecolongan lagi dengan kasus seperti ini. "Kalian yang tidak berkepentingan boleh pergi, kecuali Fafa."

Satu per satu orang di ruang rapat bangun dari kursi mereka. Sementara Fafa mendekati kursi Alden yang berada di tengah meja.

"Lo nggak apa-apa?" Alden lebih dulu menanyakan kabar Fafa sebelum dia membicarakan Maudy.

"Pusing ... kayak naik rollercoaster! Di satu sisi gue seneng banyak yang cari nama dia, tapi dengan kondisi kayak gini ... ini jelas mempertaruhkan nama Maudy kedepannya nanti."

"Good! Lega gue kalau lo paham keadaannya. Sebenernya ada apa sih antara Maudy dan Agam?" ini yang dari tadi Alden tahan untuk bertanya ketika di forum.

"Sumpah gue nggak tahu apa-apa, Al! Udah gue coba korek-korek juga... si Maudy bungkam."

Alden mengangguk paham. "Trus kata Kay ada beberapa tawaran proyek yang melibatkan mereka. Sudah ada keputusan?"

"Ini gue sama tim lagi mempertimbangkan... udah ada satu sih yang kayaknya prospek ke depannya bagus."

"Apa?"Alden ikut penasaran.

"Reality Show; The Celebrity Wedding..."

"What's? Ini tuh kita kayak kasih jawaban buat netizen dong!" Alden tertawa. "Oke deh, nanti kabarin gue kalau Maudy setuju." Dia berdiri membereskan tabnya.

"Al ..." Fafa memanggil Alden yang sudah berdiri membuka pintu.

"Hmm," Alden menoleh.

"Kapan ada waktu untuk kita?" Suara Fafa terdengar ragu.

Alden mengerutkan keningnya, berdehem sebelum menjawab pertanyaan Fafa. Mereka sudah berkomitmen tidak akan mencampuradukan masalah pekerjaan dan hubungan tanpa status yang mereka jalani diam-diam selama hampir satu tahun ini.

"Sorry," Fafa menyadari sikap Alden yang langsung berubah.

"Nanti, aku hubungi kamu..."

***

Sudah dua hari, Maudy sengaja menguninstall akun media sosialnya. Dia menghilang, senyap dan benar-benar bersikap tidak peduli. Kata Fafa banyak yang meminta klarifikasi atas yang terjadi antara dirinya dan Agam.

"Lo udah makan?" Fafa mengetuk pintu kamar Maudy. "Ini gue bawain Kimukatsu. Kita makan bareng yuk." Tidak ada jawaban, Fafa pun mundur dan berjalan ke meja makan untuk menaruh paper bag di sana.

Fafa tahu keadaan Maudy sedang tidak baik-baik saja ... dan ini adalah salah satu tugasnya sebagai manajer. Dibanding beberapa aktris yang pernah dipegang olehnya, Maudy ini termasuk dalam kategori langka. Di saat orang-orang melakukan segala cara untuk menjadi terkenal secara instan, Maudy adalah orang yang lebih menikmati setiap prosesnya.

Maudy bukan hanya rekan kerja, melainkan sahabatnya. Fafa masih ingat, siang itu saat Maudy setuju untuk tanda tangan kontrak, Alden menunjuknya untuk mendampingi Maudy.

Hari-hari yang mereka lalui bersama, diawali dengan canggung, terlibat salah paham hingga berada di titik saling memahami satu sama lain. Sekarang Fafa sedih karena Maudy jadi menutup diri begini.

"Gimana kantor?"

Fafa terkesiap, melihat Maudy memakai kaos oversize, rambutnya dikucir asal. Wajahnya polos tanpa make up. "Pasti belum mandi?" tebaknya.

"Kok tau? Tapi wangi kok ... beneran deh!"

Handphone yang sejak tadi dipegang Fafa sengaja diarahkan ke Maudy. "Gue kirim ke kantor!"

"Fa ... kok jahat? Abis makan nanti gue mandi..." wajah Maudy cemberut.

Fafa tertawa melihat Maudy. "Harusnya ya lo tuh happy karena nama lo di mana-mana diomongin orang. Banyak yang noticed, kalau lo tuh cantik... lah ini kenapa kayak orang habis putus cinta gitu?"

Maudy menarik napas, "Kesel sama Mahesa Agam...," jawabnya jujur.

"Kesel? Gue malah lihatnya lucu, ya walaupun norak. Tapi lo tuh cukup beruntung karena track record Agam bersih. Belum pernah gue denger dia ada gossip nggak bener sama siapa gitu."

"Nggak ada gossip, bukan berarti nggak pernah kan? Bisa aja dia memang jago menutupinya..."

"Kok bisa ngomong kayak gitu?" Fafa mencecar.

Maudy buru-buru menggeleng dan mengalihkan dengan membuka paper bag. Dia mengambil alat makan di dapur untuknya dan Fafa.

"Besok kita ke kantor ya, ada tanda tangan kontrak dengan PH," Fafa buka suara saat melihat Maudy mengambil minum. "Pokoknya dress all out, okay?"

"Kontrak apa?" tanya Maudy antusias.

"Reality show. The Celebrity Wedding."

Maudy yang sedang menelan air tersedak saat mendengar nama acara yang baru saja disebutkan oleh Fafa. Kalau memang benar, dia akan berhadapan dengan Mahesa Agam sebagai suami pura-puranya.

Seolah tahu apa yang ingin ditanyakan oleh Maudy, Fafa hanya mengangguk. Membenarkan pikiran Maudy tentang siapa actor yang akan menjadi lawan mainnya.

"Buang rasa kesel lo jauh-jauh ya, Babe! Karena setelah tanda tangan kontrak. Gue udah arrange jadwal lo. Ini program besar, banyak sponsornya—" Fafa tersenyum membayangkan dengan sangat bangga. "Your dream will be come true, Princess..."

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I Wish You Were MineWhere stories live. Discover now