So go easy on Me

332 57 12
                                    


Pernah dengar kalimat, "Lo jual gue beli?" Agam tidak pernah merasa tertantang, apalagi sekadar masalah perempuan. Namun sekali lagi untuk Maudy Utari ada sedikit pengecualian.

Agam tidak menunggu lama setelah melihat foto yang diposting Maudy. Dengan handphone di genggamannya, dia menelepon Jajang, supir pribadinya untuk membelikannya satu buket bunga mawar secepatnya. Harus mawar yang bewarna merah.

Lalu siapa yang mengambil fotonya? Agam membongkar kotak penyimpanan di dalam lemarinya dan menemukan tripod yang baru dia gunakan satu kali. Asal ada kemauan semua akan mudah! Begitu kata Agam dalam hatinya.

Agam hanya perlu mengedit sedikit agar fotonya terlihat estetik. Kali ini dia benar-benar bersyukur memiliki wajah tampan paripurna. Tulang wajahnya tegas, rambut hitamnya tebal dan ditambah warna kulitnya yang sedikit cokelat. Pakai apa saja dijamin tidak pernah gagal.

Sim salabim .... Ini pertama kalinya Agam melakukan sesuatu seorang diri. Biasanya dia hanya memposting foto dirinya karena terkait kerjasama dengan produk atau memang sedang dalam event promo film terbarunya.

Setelah mengutak-atik kalimat yang ingin dituliskannya, pilihan jatuh pada: "You are the only one ..." apakah cukup sampai disitu? Tentu belum. Masih ada satu lagi, Agam menyentuh tulis follow pada akun Maudy Utari.

Maudy menjadi orang ke sepuluh yang diikuti olehnya. Seharusnya perempuan itu bangga kan? Ada belasan juta orang yang mengikuti akunnya, dan dia dengan tanpa paksaan mengikuti Maudy.

"Kenapa, Bon?" tanya Agam pada Bono yang baru saja meneleponnya.

"Oke bentar gue check. Thanks." Agam mematikan handphone, menaruhnya di sofa. Dia beranjak menuju ruang kerjanya untuk memeriksa email yang masuk. Ada beberapa penawaran kerjasama produk yang harus dibacanya sebelum dia memutuskan untuk menerima atau menolaknya.

Dua jam berlalu, Agam berjalan ke dapur untuk mencari makanan. Perutnya terasa perih dan dia baru ingat terakhir makan adalah saat siang tadi. Dia mengambil lasagna yang dikirimkan Bono tempo hari dan memanaskannya. Baru saja dia ingin menyuap sendok pertama, suara pintu apartemennya terbuka.

"Sakit jiwa ya lo?" Bono dengan kedua tangan di pinggangnya terlihat sangat murka.

Agam yang sedang mengunyah sambil kepanasan, belum bisa menjawab pertanyaan Bono. Setelah dia meminum air putihnya, barulah Agam buka suara. "Ada apa?"

"Kurang tenar apa lo? Sampai bikin sensasi kampungan kayak begini! Norak tahu nggak? N.O.R.A.K...."

Agam berpikir sejenak, belum paham dengan apa yang dikatakan oleh Bono. "Calm down... Coba jelasin pelan-pelan. Gue nggak ngerti lo bahas apa?"

"Ini sejagat raya lagi bahas lo yang lagi nge-bucinin Maudy Utari!"

"Bucin? What is Bucin?" Agam beberapa kali mendengar kata-kata itu, tapi sejujurnya dia tidak terlalu paham. Karena menganggapnya tidak penting, makanya dia tidak ingin tahu.

"Mau sekalian gue kirimin karangan bunga buat Maudy Utari ke kantor manajemennya? Hah?"

Agam baru paham ... dia mencari handphonenya dan terpaksa menunda laparnya. Agam membuka akun instagramnya, dan dia melihat banyak sekali notifikasi yang menyebutkan dirinya.

"Apa gue menyebutkan kalau foto itu untuk Maudy Utari?" Agam berusaha membela diri. "Gue nggak nulis nama dia lho ... ini semua kan cuma asumsi netizen aja!" jelasnya santai dan masih merasa tidak bersalah sama sekali.

"Lo emang nggak nyebutin nama dia terang-terangan! Tapi .... " Bono memijit kepalanya sendiri yang benar-benar pusing. Dia baru saja mau makan malam dengan tenang bersama istrinya lalu teleponnya berdering tak putus-putus memintanya untuk membuatkan janji wawancara dengan Agam.

"Lo bangun karir lo dari bawah dengan segudang prestasi, bersih dari kasus aneh-aneh ... please lah, jangan hancurin diri lo dengan cara-cara murahan kayak gini..."

Sejujurnya Agam tidak berpikir panjang, atau berpikir efeknya akan sejauh ini. Dia hanya ingin menantang Maudy, agar perempuan itu mau menemuinya.

"Sorry." Agam berjalan menuju meja makan untuk menghabiskan lasagnanya.

"Cuma sorry, Gam? Lo nggak ngerasa gitu harus kasih penjelasan ke gue?"

Agam mengangkat kepalanya, menimbang langkah apa yang akan diambilnya. "Lo tahu kan gue nidurin dia ... gue minta maaf dan dia menghindar. Gue pikir cara ini akan berhasil ... gue cuma pengen ketemu sama dia dan bilang maaf yang benar."

"Cuma itu? Nggak ada yang lain?"

Agam mengangkat bahu, "Kalau dia mau yang lain, ya gue sih oke aja!"

"Astagaaaa ...."

Agam balas tertawa. Masih tidak menyesali perbuatannya.

***

I Wish You Were MineWhere stories live. Discover now