Part 17

11.2K 575 33
                                    

“Kata siapa susah? Kita bikin keluarga baru aja sesuai dengan yang kamu inginkan,” ucap Nizar tanpa menoleh, pandangannya lurus ke jalan.

Nizar tak tahu kalau ada yang ketar ketir hatinya karena kalimat spontan itu. Dengan sekuat tenaga berusaha untuk menghalaunya agar tak salah menerjemahkan. Suasana dalam mobil sedan sport mewah berwarna putih itu mendadak jadi gerah, padahal AC sudah menyala.

Farhana bingung harus menjawab apa.

“Gak segampang itu membuat pertemanan terasa seperti keluarga, Mas.” Setelah cukup lama memutar otak akhirnya Farhana bisa menanggapi kalimat Nizar dengan tenang, padahal jantungnya berdetak cukup kencang.

“Keluarga menurutku itu adalah yang namanya ada dalam satu KK. Betul, kan?” Lagi, Nizar hendak membuat Farhana semakin merasa panas dalam mobil. Ingin rasanya turun dan melanjutkan perjalanan sendiri.

“Loh, Mas, ke rumahku harusnya belok ke sana. Ini kok lurus?” Karena sudah malam, Farhana tidak terlalu memperhatikan jalanan, tahunya sudah terlewat.

"Boleh gak, saya minta waktu kamu sebentar? Cuma pengen jalan-jalan malem aja. Besok subuh saya harus pulang," ucap Nizar dengan sedikit lemah. Ia bahkan masih ingin tinggal.

"Loh, bukannya mau di sini sampe beres soft launching, Mas?" Farhana tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Iya awalnya. Sayangnya besok ada urusan yang mengharuskan saya turun langsung," jelas Nizar. Mata itu seolah ingin menjelaskan beratnya hati untuk kembali menjauh.

"Kalo kamu setuju, kita beli makanan ringan. Bisa sambil ngemil dan ngobrol. Tenang aja, jam sembilan saya balik kanan nganter kamu pulang." Ini lebih ke memerintah, bukan meminta. Nyatanya Nizar tak bertanya pendapat Farhana.

Dan, jangan diragukan lagi kalau Farhana begitu setuju dengan usulan Nizar. Ia ingin cari angin sebentar setelah pulang kerja.

Nizar pun mulai menyalakan musik, ia sambungkan bluetooth yang ada di ponselnya. Ia mencari lagu yang cocok diputar saat sedang turun hujan seperti ini. Akhirnya ia memilih menepi, karena ia juga mendapati Farhana tengah memeluk dirinya sendiri.

Nizar pun mencondongkan tubuhnya ke arah seat dua, Farhana agak menjauh —mendekat ke arah pintu mobil— karena tubuh Nizar cukup dekat dengannya.

Rupanya Nizar mengambil sebuah jaket —yang sengaja selalu ia simpan di mobil— unruk Farhana. Farhana seolah masuk dunia lain menerima perlakuan Nizar ini, dunia yang dipenuhi taman bunga yang sedang mekar dan wangi.

"Makasih, Mas," bisik Farhana. Suasana hati itu sedikit menahan suaranya.

Nizar pun melanjutkan mencari lagu sampai ia menemuka sebuah lagu dari Hivi! dengan judul Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi?.

Setelah lagunya berhasil diputar, ia pun melajukan kembali mobilnya.

"Kita nyari minimarket terdekat buat beli beberapa makanan dan minuman, biar gak sepi." Nizar melirik ke kanan dan kiri, mencari tempat yang dimaksud.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Nizar, membuat lagu yang sedang diputar turun volumenya secara otomatis untuk membiarkan notifikasi masuk.

Sekilas ia melihat nama seorang perempuan di sana. Pantas saja terlihat oleh Farhana karena ponsel ia simpan di tempat kecil dekat tuas gigi mobil.

Farhana mengabaikannya karena Nizar sendiri asyik bersenandung.

Meski bibir ini tak berkata
Bukan berarti ku tak merasa
Ada yang berbeda di antara kita
Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena
Diriku tak mampu untuk bicara
Bahwa aku inginkan kau ada di hidupku
Pikirlah saja dulu
Hingga tiada ragu
Agar mulus jalanku
Melangkah menuju ke hatimu

Begitu lirik yang menjadi senandung Nizar seraya menyetir. Farhana diam saja menikmati butiran air hujan yang menerpa kaca mobil.

Saat menyanyikan lirik tersebut, Nizar beberapa kali menoleh ke arah gadis di sampingnya. Farhana sendiri sibuk menata hatinya yang kian kalang kabut karena sikap Nizar ini.

Susah payah ia melupakan Nizar selama beberapa tahun terakhir, yang dilupakan malah dengan seenaknya membuat kuburan rasa yang telah lama terpendam, perlahan terbuka dan kembali siap menjalani waktu dengan rasa yang sama.

Mereka tak banyak bicara, tak jadi membeli makanan dan minuman. Keduanya menikmati keheningan. Hanya rintik air hujan dengan suara halus saja yang mengisi suara.

Nizar sebenarnya sangat ingin memiliki Farhana seutuhnya, sayangnya ia masih perlu waktu untuk meyakinkan bahwa Farhana yang terbaik untuk hidupnya.

Rupanya kali ini Nizar sedikit pemilih.

Ponsel Nizar berdering, sambungan bluetooth masih terkoneksi, Nizar mengangkat telepon itu tapi lupa mematikan sambungan bluetooth, Farhana bisa mendengar kalau si penelepon itu adalah seorang perempuan.

"Mas, besok kita bisa ketemu, kan?" tanya wanita di seberang telepon.

Nizar baru menyadari kalau suara si penelepon masuk ke speaker mobil. Ia kemudian mematikan sambungan bluetooth lebih dulu sebelum meneruskan percakapan di telepon.

"Besok saya sibuk. Gak bisa ketemu." Dengan tegas Nizar menolak.

"..."

"Saya udah gak bisa ketemu kamu kapan pun."

"..."

"Apapun yang terjadi, saya gak mau denger apapun lagi."

Farhana termangu mendengar Nizar menjawab panggilan itu. Ia cukup ketus di telepon. Entah siapa wanita itu. Farhana bahkan enggan untuk bertanya. Takut malah menoreh luka di hati sendiri.

"Maaf, ya, Na. Barusan Airi, mantan gebetan saya. Tapi itu dah lama banget. Sampe akhirnya saya nyerah karena dia bilang dah punya cowok yang katanya lebih baik segalanya dari saya." Nizar senyum sebelah bibir, ia seolah mengejek sesuatu yang pernah terjadi.

"Emangnya sekarang Mas Nizar gak punya temen deket perempuan? Ya, maybe, untuk Mas jadikan pendamping hidup suatu hari nanti." Iseng Farhana bertanya seperti itu.

"Ada. Sudah cocok. Mudah-mudahan dia juga punya perasaan yang sama." Nizar tersenyum, kemudian ia menoleh ke arah Farhana yang sedang menatap —menunggu— kalimat-kalimat selanjutnya.

Seolah ada yang menghimpit di dada Farhana. Ia merasa udara di sekelilingnya seperti menghilang sebagian. Dadanya terasa berdetak nyeri.

Farhana pun tersenyum miring, mengejek dirinya yang sedari tadi ditimpa perasaan geer.

"Mas Nizar itu pengen temenan sama kamu, pengen tetap dengan posisi saat ini. Deket sama kamu tanpa menjalin hubungan apapun. Dia pengen kamu selamanya di sampingnya, tapi bukan dengan hubungan spesial. Dia hanya takut pertengkaran dalam sebuah hubungan akan menjauhkanmu darinya." Begitu ucapan dari Fani, teman Farhana yang juga kenal Nizar.

Fani tahu Farhana menyukai Nizar, terlihat dari caranya bicara tentang Nizar yang berbinar-binar. Sayangnya, Fani merasa kasihan dengan Farhana yang seperti bertepuk sebelah tangan. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya pada Nizar setelah berbasa basi panjang.

Begitu Fani mengetahui jawabannya, ia pun langsung memberitahu Farhana dan membacakan pesan yang Nizar kirim sebagai balasan pertanyaannya.

Dari situlah Farhana tetap menyukai Nizar meski sepihak. Bisa pergi berdua bersama Nizar saja Farhana sudah sangat senang. Ia tahu diri, tak ingin berharap lebih, namun ia pun sebenarnya sedang menghancurkan perasaannya sendiri. Setiap jalan bareng Nizar selalu bercerita tentang gebetan-gebetannya tanpa menyadari kalau Farhana ada rasa. Padahal binar mata Farhana sudah lebih banyak memberitahu.

***

Jangan lupa like dan komennya, Beeeebbb😘

Sedih bener ya jadi Farhana. Dia menikmati waktu bersama Nizar cuma buat jadiin itu bom waktu. Saat meledak, ia sudah baik-baik saja.

Being Love (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin