Part 49

10K 546 20
                                    

"Pertanyaan yang waktu itu masih berlaku gak? Aku mau jawab sekarang Masby." Farhana mulai terlihat manja, karena di samping Abyan ada rasa nyaman yang luar biasa.

"Em ... pertanyaan yang mana, ya?" Abyan pura-pura lupa, padahal ia tahu maksud Farhana.

"Yaaah ... udah lupain aja, Mas!" Farhana menekuk wajahnya.

"Mau gak kita melangkah ke jenjang yang lebih serius?" Abyan berkata tiba-tiba. "Pertanyaannya sudah diulangi."

Farhana bersemu merah, meski masih dengan wajah tertekuk, ada segaris senyum terbit di wajahnya.

Farhana mendongak, mendapati Abyan sedang menatap dalam ke arahnya. Tak banyak kalimat, Farhana mengulum senyum seraya mengangguk mantap.

Tangan Abyan bergerak meraih tangan Farhana dan menautkan jemarinya di sana. Mereka bergeming. Menikmati semilir angin danau.

"Kamu yakin mau resign?" tanya Abyan. "Apa masalah di kantor berat banget sampe kamu milih untuk resign? Mas yakin kamu kuat ngadepin itu. Atmozver butuh kamu." Abyan coba membujuk.

Farhana terdiam. "Masby sudah tahu semua ceritanya?" tanya Abyan.

Abyan menatap Farhana, tersenyum kemudian mengedipkan matanya dalam. "Mas tahu semuanya walaupun Mas gak ada di sana."

"Aku malu sama Masby. Harusnya Masby ninggalin aku aja! Cewek kayak aku mana pantes buat Masby," ucap Farhana dengan rasa tercekik di tenggorokan. Sesak dalam dada menyeruak tiba-tiba.

"Mas nerima kamu apa adanya. Ini adalah bagian dari resiko mencintai seseorang yang belum lama move on. Bahkan Mas tahu kamu nerima Mas gak sepenuhnya karena cinta. Ada sesuatu yang mendorong kamu buat terpaksa nerima Mas. Iya, kan?" terka Abyan, berhasil membuat mata Farhana memanas.

"Maafin aku."

"Kalo sekarang apa udah ada cinta buat Mas?" tanya Abyan, ia sudah mempersiapkan diri bahkan sebelum menyatakan perasaannya dulu.

"Aku sadar, siapa yang hatiku inginkan setelah Masby menjauh. Ada rasa hilang saat aku pergi bekerja tanpa ada kabar dari Masby. Awalnya aku ngerasa biasa aja saat Masby jauh. Tapi, setelah Masby bilang 'masing-masing' dulu, aku ngerasa kehilangan." Farhana menyandarkan kepalanya di bahu Abyan.

Abyan meresapi kalimat demi kalimat yang keluar dari lisan Farhana.

"Maaf, aku terlambat menyadari. Kalo aku ... cinta sama Mas Abyan."

"Mas juga cinta banget sama Nana." Tangan Abyan melingkari bawah wajah Farhana, jarinya bergerak mengelus-ngelus pipi Farhana.

"Tapi ... Mas tahu fotoku yang disebar di wa story?"

"Tahu."

"Itu gak seperti yang Mas bayangkan. Aku tidur, gak tahu kalau Mas Nizar ngambil foto sedekat itu."

"Iya, Mas tahu."

"Beneran?"

"Mas juga tahu kapan Nizar ngambil foto itu."

"Tahu?! Darimana?" Farhana terkejut dan menegakkan badannya spontan.

"Waktu hujan deras, malam-malam dan Mas tahu kamu lagi sama Nizar saat Mas nelepon dan chat, kamu bilang lagi di luar. Gak lama, Nizar update dia lagi di sebuah cafe dan Ipad kamu dengan stiker warna pink ikut terfoto."

"Maafin aku gak bilang dulu. Masby udah di cabang waktu itu."

"Gapapa. Kamu bikinin desain buat tim marketing Andreaz, kan?"

"Kok tahu lagi?"

"Tahu karena sempet lihat chat Nizar minta tolong waktu itu. Setelah desain jadi, Nizar juga update story WA dan Mas tahu kalau itu buatan kamu." Abyan mendetailkan apa yang diketahuinya.

Farhana nampak berkaca-kaca, ia merasa bersalah karena banyak tak bilang tentang hal itu kepada Nizar. Orang lain mungkin akan sakit hati kalau diperlakukan seperti itu.

"Mas juga telepon kamu waktu itu. Dan ... Nizar yang angkat." Abyan tersenyum kaku. "Kaget dan gak nyangka sebenarnya."

"Gak tahu harus berapa kali aku minta maaf sama Mas Abyan." Ia menyandarkan lagi kepalanya di bahu Abyan.

Abyan mengusap tangan Farhana yang sedang digenggamnya. Ia juga meyakinkan Farhana kalau semuanya baik-baik saja.

"Mas sempat kecewa, tapi Mas gak bisa marah atau ngelarang kamu. Kamu sudah dewasa. Mas hanya mau kamu yakin dengan apapun keputusan kamu. Meskipun ... Mas harus siap kalau kemungkinan buruknya kamu memilih bersama Nizar."

Farhana menegakkan posisi tubuhnya lagi.

"Awalnya aku emang sempet seneng banget karena Pak Nizar jadi lebih care dan menyesali perbuatannya. Tapi, makin ke sini, kok, aku malah biasa aja. Gak ada hal yang istimewa saat kemarin dia tiba-tiba datang. Mungkin sejak tahu jadian sama Adel, aku langsung down, dan gak ngarepin apa-apa lagi dari dia."

"Sekarang ... aku mau fokus sama Masby aja." Farhana menambahkan.

"Makasih, ya. Kamu harus bersiap, mungkin dalam waktu dekat Mas bakal bawa orang tua ke rumah kamu." Abyan mencuil iseng hidung Farhana.

Mereka kemudian tertawa. Tali pengekang yang tak terlihat selama ini sudah terlepas. Beban yang Abyan rasakan berminggu-minggu pun sudah menguap.

Karena kesabaran Abyan, Farhana akhirnya yakin siapa yang lebih baik untuk hidupnya. Nizar hanyalah bagian kecil dari masa lalu. Tak ada cinta yang sesungguhnya. Farhana hanya tak bisa membedakan mana cinta dan mana obsesi.

Ia senang dengan kehadiran Nizar dalam hidupnya. Namun, setelah itu ia merasakan kehampaan lagi. Lain halnya saat ia mendengar kalimat Abyan untuk menjalani hidup masing-masing, yang disusul dengan menghilangnya Abyan dari kehidupan Farhana. Rupanya hal itu lebih menyakitkan. Sampai akhirnya ia sadar kalau Abyan selalu hadir untuknya.

Mereka kemudian berjalan-jalan di sekitar danau. Rupanya rindu itu sudah nampak nyata di hati Farhana. Beberapa bulan Abyan sibuk dengan pembukaan kantor dan tempat produksi di kabupaten. Sekarang Abyan sudah selesai dengan itu semua, dan ia takkan pergi jauh lagi dari Farhana.

Mereka berjalan seraya bergenggaman tangan. Ada cinta yang diam-diam mekar di hati Farhana untuk Abyan waktu itu. Hingga saat ini semakin mekar karena menyadari betapa dicintai itu ternyata mampu meluluhkan hatinya.

Mereka berjalan-jalan dengan santai. Sedangkan di tempat produksi Zendra sedang kebingungan sendiri karena orang-orang yang harusnya mengurus deadline malah asyik berpacaran.

***

Gak bosen buat ingetin, udah follow? 😅😅

Jangan lupa komen yang panjaaaaanggg🥰

Being Love (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin